Mohon tunggu...
Zaskia Osya Denaya
Zaskia Osya Denaya Mohon Tunggu... -

15. trying to think positively and never wanna stop learning

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pengemis

30 November 2013   09:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:30 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengemis sering kali aku temukan di jalanan manapun, baik Cimahi maupun Bandung. Bermacam-macam topengnya, ada yang ngamen, ada yang gendong anak, ada yang pura-pura buta, ada yang pura-pura pincang, ada anak-anak, ada yang sudah lanjut usia. Dari dulu, hal yang selalu terbesit di pikiranku ketika melihat sosok mereka adalah; kasihan sekali, ya. Setidaknya, sampai sekitar satu bulan yang lalu.

Sekarang, di Bandung udah banyak spanduk-spanduk yang isinya ngehimbau kita untuk jangan bersedekah ke pengemis-pengemis. Eits, jangan dipandang sebelah mata dulu! Mereka mungkin berperawakan lusuh, sebagian terlihat buta, sebagian pincang, sebagian mungkin juga terlihat sehat. Sekarang (mumpung aku baru ngerti), jangan deh sekali-sekali yang namanya sedekah ke pengemis-pengemis jalanan! Kenapa? Bukannya bersedekah kepada orang nggak mampu itu perlu? Betul. Tapi, untuk aku, lebih baik disedekahkan kepada lembaga-lembaga sosial atau ke orang-orang yang bersusah payah bekerja, seperti tukang sampah gerobak, atau tukang sapu-sapu jalan.

Dengan kita memberi sedekah kepada pengamen atau jalanan, mereka bakal semakin betah untuk meminta-minta. Banyak diantaranya yang masih sehat, bukankah lebih baik kalau mereka dipekerjakan aja? Nah, masalahnya, si pengemis dan anjal (anak jalanan) itu nggak tahu diri. Mereka udah ditawarkan gaji 700 ribu perbulan, tempat penampungan yang layak, makanan dan baju ganti oleh pemerintah kita sebagai pembersih jalanan, tapi masih menolak, dengan alasan nggak memenuhi kebutuhan. Dalem hati sih aku langsung ngumpat; dikasih hati minta jantung.

Bayangin aja, kalau setiap 5 menit lampu merah menyala dan mereka beroperasi dan tiap kalinya mereka dapat 3000 rupiah, lalu dikalikan satu jam, lalu dikalikan lagi sebanyak jam mereka beroperasi, gaji yang mereka dapatkan setiap harinya sangat menguntungkan. Padahal hanya dengan minta-minta doang loh. Budaya kita yang seringkali 'nggak tega' dan akhirnya menyedekahkan mereka bikin mereka malas. Pantas aja mereka menolak dipekerjakan oleh pemerintah yang gajinyaa sekitar 40.000 rupiah perhari! Iya nggak, sih?

Jadi, semua ini berasal dari sikap kita terhadap pengemis. Kita boleh-boleh aja kasihan kepada pengemis yang minta-minta di jalanan. Tapi ingat, perlakuan kita yang memanjakan mereka malah membuat mereka malas. Akan lebih baik kalau kita menyedekahkan anak jalanan atau pengemis di luar sana dengan makanan (asal jangan makanan bekas aja :p). Jauh lebih baik lagi kalau kita menyedekahkan uang kita kepada lembaga-lembaga sosial seperti pondok yatim. Tapi, yang paling baik ini nih: sedekahkan uang kita untuk mereka yang tidak mampu, tetapi masih bekerja.
Sering, kan, melihat kakek-kakek mendorong gerobak sampah, pemulung sampah, atau menyapu jalanan? Mereka udah berjasa banget buat kita, menjaga lingkungan kita tetap bersih. Mereka jelas jauh lebih layak mendapatkan sedekah yang kita beri, dibandingkan pengamen jalanan (terutama yang masih anak-anak). Meskipun begitu, semua ini ada di pilihan masing-masing. Buatku, bersedekah itu baik apabila jatuh di tangan orang yang tepat. Selamat bersedekah! :)

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun