Namun, seiring waktu berjalan saya semakin menyadari bahwa sedikit banyak saya belajar dari dia.
Saya suka sastra karena dia. Saya suka baca novel karena dia. Dan saya juga belajar qiro'ah dari dia.
Meski belum bisa masak seenak dia, tapi saya, toh, masih belajar untuk itu. Meski tidak bisa bikin puisi seindah dia, tapi teman-teman saya banyak yang bilang kalo tulisan saya 'asyik' buat dibaca. Meski tidak pernah dinobatkan sebagai mahasantri terbaik, tapi saya cukup puas jadi mahasiswa terbaik di fakultas Sastra Inggris *yeah, kasian deh banggain diri sendiri* :p
Dia sebenernya kakak yang baik. Sering mengalah untuk banyak hal, bagi-bagi ilmu ke saya. Mungkin satu hal yang dia tidak tahu:
I love her so much. I do really count on her on the level i don't even understand. We're two very different people. She's the ice and I'm the fire. But somehow we're existing together without destroying each other.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H