(sebuah refleksi)
Oleh: Oswaldus Dagur
Berdasarkan kodratnya, manusia merupakan pribadi-pribadi yang istimewa yang tidak dapat ditandingi oleh makhluk hidup mana pun. Salah satu keistimewaan manusia itu terletak pada kemampuannya untuk membedakan antara yang baik dengan yang tidak baik menurut rasio atau akal budinya. Dalam kenyataan seperti ini manusia juga memiliki kebebasan untuk menilai sesuatu apakah itu baik atau tidak. Saat itulah manusia kadang-kadang menggunakan kemampuannya untuk menilai orang lain. Apakah orang itu baik atau tidak. Pada kesempatan yang sama pula peran manusia itu berubah menjadi seperti cermin yang mendeskripsikan orang yang berhadapan dengannya.
Cermin memang sangat bermanfaat bagi orang yang menggunakannya, namun pada tempat-tempat tertentu cermin itu menampilkan bayangan yang tidak sesuai dengan realitas. Orang yang berwajah cakep tiba-tiba menjadi jelek ketika berkaca pada cermin yang rusak atau pun sebaliknya, orang yang kurang cakep berubah menjadi cakep karena cerminnya baik. Kita sebagai manusia kadang-kadang mengambil peran demikian untuk menilai orang lain. Sikap seperti ini memang ada baiknya, jika digunakan pada saat yang tepat. Sayangnya kita kerap kali menyalahgunakannya; kita kadang-kadang melupakan diri kita sendiri. Kita bahkan tidak tahu seperti apa diri kita yang sebenarnya; sebaik apa diri kita ketimbang orang lain. kita sering kali sibuk dengan mengurusi urusan orang lain; sibuk dengan cara hidup orang lain; sibuk dengan kejelekkan orang lain; dan sibuk membanggakan diri sendiri dengan mengatakan “saya lebih baik dari pada dia atau dari mereka”. Ironinya kita seringkali lupa bahwa dalam diri kita ada sejuta kejelekkan dan ada segudang keburukan yang perlu diperbaiki dan ditata.
Tulisan singkat ini hendak mengajak kita sekalian untuk sejenak melihat kembali diri kita bukan melihat diri orang lain. Diajak untuk menata kembali hati kita bukan menata hati orang lain; memperbaiki diri sendiri bukan memperbaiki keperibadian orang lain. Kita diajak untuk menjadi cermin bagi diri sendiri untuk melihat keadaan kita yang sebenarnya, sebelum menjadi cermin bagi orang lain.
Pada akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih atas kesediaan dari pembaca untuk membaca tulisan yang sederhana ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H