Oleh: Osti Lamanepa, Mahasiswa Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang
CKA (Cinta dari Sang Kebjiaksanaan Abadi) adalah satu dari sekian banyak buku hasil mahakarya Santo Louis Grignion de Montfort. Buku ini memberikan konteks mendasar bagi buku-buku tulisan St. Montfort yang lain. Dalam buku ini Montfort berbicara tentang relasi antara Allah dan manusia. Tekanannya pertama-tama dan terutama, pada cinta Allah kepada manusia dan rencana yang ditemukan Montfort untuk menyelamatkan manusia dari perhambaan dosa. Dengan menggunakan literature perjanjian Lama, khususnya Kitab-kitab Kebijaksanaan Allah Sang Penyelamat Yesus Kristus sebagai penjelmaan Kebijaksanaan Allah dan mengenakan Kristus gelar “Kebijaksanaan yang Abadi dan Kebijaksanaan yang mnejelma” – dengan demikian Kebijaksanaan Abadi yang menjadi judul buku ini tidak lain adalah Yesus Kristus sendiri. Dalam permenungannya atas Cinta Allah kepada manusia, Montfort menggambarkan kematian Kristus di salib, merupakan pengungkapan diri yang tertinggi dari cinta ini. Itulah sebabnya salib tidak dapat dipisahkan dari Sang Kebijaksanaan. Montfort dengan indah mengungkapkan identifikasi mutlak antara Salib dan Kebijaksanaan ketika dia menulis “Kebijaksanaan adalah Salib dan Salib adalah Kebijaksanaan”. Dengan asumsi bahwa semua manusia mengharapkan kebahagiaan dan bahwa kebijaksanaan (dalam arti harafiahnya) adalah jalan untuk mencapainya. Montfort bicara tentang beragama kebijaksanaan yang ada. Namun dia sampai pada pernyataan bahwa kebijaksanaan yang sejati adalah Yesus Kristus, kebijaksanaan Allah yang menjelma. Yesus Kristus sang Kebijaksanaan yang menjelma inilah yang harus selalu dirindukan dan dicari oleh semua orang kristiani atau dengan rumusan lain “setiap orang Kristiani dipanggil untuk mengenal dan mencintai Yesus Kristus. Untuk itu, Montfort mengusulkan empat sarana utama guna dapat mengenal dan mencintai Sang Kebijaksanaan: 1) Kerinduan yang menggelora, 2) Doa yang terus-menerus, 3) Bermatiraga secara terus-menerus, 4) Bakti yang lembut dan sejati kepada Santa Perawan
Montfort adalah salah satu dari orang kudus, yang tulisan-tulisannya terlebih khusus dalam tulisannya Cinta dari Sang Kebijaksanaan (CKA) menguraikan dengan begitu indah tentang cinta dari kebiijaksanaan. Kalau dilihat secara teliti dalam buku CKA (Cinta dari Sang Kebijaksanaan Abadi) Montfort banyak mengutip ayat-ayat Kitab Suci khususnya dalam kitab Kebijaksanaan Salomo. Selain itu dia juga mengutip Kitab Sirakh, Kitab Amsal, Kitab Kidung Agung, Kitab Kejadian, Kitab Pengkotbah, dan kitab-kitab yang lain. Selain itu dia juga mengutip Kitab Perjanjian Baru misalnya dalam Injil Lukas. Pertanyaan penting yang di ajukan oleh Romo Fidel SMM dalam tulisannya studi atas karya kristologis Louis De Montfort Cinta dari Sang Kebijaksanaan Abadi sangat baik untuk saya dalami. Ada empat pertanyaan pokok yang diajukan oleh Romo Fidel SMM dalam tulisannya sudi atas karya kristologis Louis De Montfort halaman 38 antaralain; Gambaran atau wajah Kristus manakah yang paling kuat dibicarakan Montfort? Apakah Kristologi Montfort mempunyai relevansinya untuk kehidupan iman umat Kristiani zaman ini? Apakah kita menemukan suatu hubungan yang erat dengan tulisan-tulisan Montfort yang lain seperti Bakti Sejati kepada Maria? Apa kontribusi yang di berikan Montfort untuk hidup perutusan saya saat ini?
Keempat pertanyaan yang diajukan oleh Romo fidel SMM ini, ingin saya jawab dan dalami dalam refleksi singkat saya ini. Dalam Bab 1-14 dalam CKA, Montfort menjelaskan sangat baik siapa itu Sang Kebijaksanaan. Gambaran atau Wajah Kristus yang paling kuat di bicarakan Montfort di sini adalah Pernafasan Allah, Pantulan cahaya kekal, dan cermin tak bernoda dari kebesaran Allah, dan gambar kebaikan-Nya (CKA 16), Firman Allah (CKA 17), Ia adalah awal mula sebelum segala sesuatu (CKA 18), Dia adalah terang, kemuliaan, dan keluhuran (CKA 19), Ia adalah sahabat umat manusia (CKA 47) Ia adalah sabda Allah yang menjelma menjadi manusia CKA 46) Itulah gambaran Wajah Kristus yang saya temukan dalam CKA.
Pertanyaan Kedua, Apakah Kristologi Montfort mempunyai relevansinya untuk kehidupan iman umat Kristiani zaman ini? Senada dengan apa yang dikatakan Romo Fidel SMM, saya pun berpendapat bahwa Kristologi Montfort ini masih relevan dengan konteks zaman ini. Seperti yang diuraikan oleh Romo Fidel SMM, relevansi Kristologi Montfort ini mencakup tiga hal penting yakni Kristosentrisme, teologi penciptaan, dan teologi penebusan. Berkaitan dengan Kristosentrisme, umat Kristiani sampai saat ini masih mengakui dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Hal ini tampak dalam pengakuan iman kristiani bahwa Yesus adalah Putera Allah yang turun dari surga dan menyelamatkan umat manusia dari dosa. Teologi penciptaan juga diyakini oleh umat beriman Kristiani bahwa Allah yang menciptakan segala sesuatu. Bumi serta isinya adalah ciptaan Allah. Berkaitan dengan teologi penebusan, Montfort menjelaskan secara baik dalam CKA 154, di sana dikatakan bahwa Penderitaan yang Dia alami untuk membuktikan cinta-Nya bagi kita. Menurut hemat saya, penderitaan,wafat, dan kebangkitan yang di alami Yesus, merupakan penebusan bagi seluruh umat manusia dari dosa. Dalam pelajaran kristologi, mengutip santo Anselmus dari Canterbury, dia pernah mengatakan; "Seandainya manusia tidak berdosa apakah inkarnasi dan penebusan tetap terjadi atau tidak"? Menanggapi hal ini Thomas Aquinas sangat baik menjelaskan bahwa seandainya manusia tidak berdosa, inkarnasi dan penebusan tetap terjadi. Dia menjelaskan bahwa rencana Allah tidak dibatasi apakah manusia berdosa atau tidak. Penebusan yang di lakukan Yesus adalah satu kali untuk selama-lamanya bagi seluruh umat manusia. Walau pun demikian, teologi penebusan ini hanya diakui oleh umat beriman Kristiani. Umat beragama lain masih berbeda pendapat dengan umat beriman Kristiani tentang penebusan ini.
Saya menemukan ada hubungan yang sangat erat antara CKA, dan tulisan Montfort yang lain seperti Bakti Sejati Kepada Maria khususnya dalam tema tentang Maria dan Yesus Kristus. Dalam CKA 106 dikatakan bahwa; "Banjir kebaikan Allah yang meluap-luap yang dihentikan secara kasar oleh dosa manusia sejak awal dunia, mengalir lagi tak terbendung, dan selengkapnya dalam hati Maria". "Kerendahan hatinya yang sedalam jurang memikat Allah. Kemurniannya yang seluruhnya ilahi menarik Allah. Dan imannya yang hidup, dan doa-doanya yang begitu sering dan mesrah membujuk Allah (CKA 107)". Kekaguman Montfort kepada Maria dan Yesus ini tampak jelas dalam tulisannya yang lain dalam Bakti Sejati. Dalam Bakti Sejati nomor 1 dikatakan; "Melalui Santa Perawan Maria, Yesus Kristus telah dating ke dunia, Melalui Maria pulalah, Dia harus berkuasa di dunia". Allah Bapa telah memberikan Putera tunggal-Nya kepada dunia, tidak lain dari pada melalui Maria. Para bapa bangsa telah memohon harta ini, para nabi, dan para kudus Perjanjian Lama telah berdoa empat ribu tahun lamanya untuk mendapatkannya. Tetapi hanya Maria yang memperolehnya dan mendapat kemurahan di mata Allah berkat kekuatan doanya dan keluhuran keutamaannya. Santo Agustinus berkata; "Dunia tidak layak menerima Putera Allah langsung dari tangan Bapa dan bahwa karena itu, Bapa telah memberikan Putera-Nya kepada Maria agar dunia menerimanya melalui Maria (BS 16)". Begitu pentingnya Maria dan Yesus ini, membuat Montfort selalu menempatkan nama Maria dan Yesus dalam seluruh tulisan-tulisannya yang lain seperti dalam Rahasia Rosario, Kidung Montfort, dan kantik-kantik Montfort. Montfort juga mengatakan bahwa; "Untuk sampai kepada Yesus, orang harus menempuh jalan melalui Maria". Manusia yang berdosa tidak bisa menggapai Allah yang kudus, karena itu manusia harus melalui jalan Maria agar sampai pada Allah. Ajaran Montfort ini sejalan dengan iman Gereja akan peran penting dari Maria sehingga Maria juga di gelari oleh Gereja sebagai Bunda Allah dan Bunda pengantara segala rahmat.
Ada dua kontribusi yang di berikan Montfort untuk hidup perutusan saya saat ini yakni cara hidup dan keheningan. Cara hidup yang saya uraikan ini lebih mengarah pada cara hidup Bunda Maria dan cara hidup Yesus. Dalam menjalani panggilan Tuhan ini, saya mesti belajar dari cara hidup Yesus dan Bunda Maria. Kedua figur ini menurut saya merupakan figur yang sempurna bagaimana menjadi murid Tuhan yang sejati. Saya juga perlu belajar bagaimana menjadi pribadi yang hening. Saya percaya bahwa dengan memelihara keheningan saya bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam seluruh hidup panggilan saya. Menjadi pribadi yang hening tentu mengalir dari kehidupan doa. Saya juga harus merawat kehidupan doa dengan baik. Yesus juga dalam seluruh hidupnya selalu mencari tempat yang hening untuk berdoa dan menjalin percakapan dengan Bapa-Nya. Apakah saya bisa menjadi pribadi yang hening dan bisa mengikuti cara hidup Bunda Maria dan Yesus? Semoga rahmat Tuhan memampukan saya agar bisa mengikuti teladan Bunda Maria dan Yesus dan bisa menjaga keheningan dalam seluruh hidup panggilan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H