Mohon tunggu...
Oleh Solihin
Oleh Solihin Mohon Tunggu... profesional -

Menulis beberapa buku untuk remaja, di antaranya Jangan Jadi Bebek (2002); Jangan Nodai Cinta (2003); LOVING You Merit Yuk! (2005); Yes! I am MUSLIM (2007); Jomblo's Diary (2010) dan beberapa buku lainnya | Instruktur Menulis Kreatif di Rumah Gemilang Indonesia [www.rumahgemilang.com] dan Pesantren MEDIA [www.pesantrenmedia.com] | Sekadar berusaha memberikan sedikit pengalaman hidup melalui tulisan. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi siapapun. Boleh juga kunjungi blog saya: http://osolihin.net. | website kepenulisan yang saya kelola: [www.menuliskreatif.com]

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Syauqi, Muncul di Tengah Kelesuan Nasyid

7 Mei 2010   11:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:21 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Album: Rajin-Rajinlah | Grup Nasyid: Syauqi | Produksi: Risalah Production dan Naw Production | Info dan Pemesanan CD Syauqi: +6285691307396 | +622191765625

[caption id="attachment_3750" align="alignleft" width="300" caption="dok. pribadi"][/caption] Grup nasyid asal Depok ini mencoba menawarkan genre nasyid yang mengingatkan saya kepada salah satu grup nasyid asal Malaysia, Raihan. Meski tidak sama persis, tetapi bagi saya dan telinga par5a pendengar lainnya yang akrab dengan Raihan akan menemukan rasa Raihan dalam album-album Syauqi. Baik lirik maupun musiknya easy listening. Ringan, menghibur dan mudah dihapal liriknya. Namun demikian, urusan vokal pasti sangat berbeda. Punya ciri khas tersendiri. Kualitas vokalnya lumayan oke juga. Album Rajin-Rajinlah dibuka dengan lagu pertama berjudul “Shalatlah”, lalu “3 Tanda Orang Sholeh” dan empat lagu lainnya. Ada yang menarik dalam lagu “Suratan Badan”. Arrangment musiknya yang rapi dan mixingnya bersih membuat lagu ini terasa nikmat didengarkan lirik-liriknya. Meski sedikit mendayu-dayu, ini karena isi liriknya yang merupakan perenungan. Entah Syauqi hadir pada saat yang tepat atau kurang tepat. Tapi yang pasti kehadirannya memberikan alternatif nasyid di tengah kelesuan nasyid secara umum. Sejak band-band konvensional menyerbu dengan lagu-lagu religi yang muncul setiap Ramadhan, masa kejayaan nasyid mulai pudar. Pendengar remaja pada umumnya lebih menyukai lagu-lagu dari musisi idola mereka yang memang sudah dikenalnya melalui lagu-lagu umum sebelumnya. Band-band seperti Ungu, Wali, ST 12, Gigi, termasuk yang ikut menembus pasar penyuka musik religi. Dengan kualitas vokal dan arransmen musik yang sudah mapan, mereka hanya tinggal mengolah liriknya saja. Dan, memang bagus-bagus dan digandrungi pendengar setianya. [caption id="attachment_3751" align="alignright" width="300" caption="dok. pribadi"]

[/caption] Namun demikian, sebenarnya masih ada pasar fanatik para pendengar nasyid, meski jumlahnya sedikit jika dibandingkan dengan pendengar musik pop pada umumnya. Inilah yang barangkali ingin dibidik oleh grup-grup nasyid ‘tradisional’. Syauqi, sepertinya ingin bertahan pada segmen tersebut. Syauqi mencoba mengandalkan kekuatan pada lirik nasyid, dan mengemas dengan musik yang menjadi penarik perhatian pendengar awam tentang nasyid yang biasanya lebih banyak accapela. Jadi, tak ada salahnya untuk mencoba mendengarkan nasyid-nasyid dari Syauqi. Rasakan sensasinya. Meski anda yang terbiasa dengan Raihan mungkin akan menyangka Syauqi mengekor kesuksesan Raihan. Tetapi menurut saya, Syauqi hanya memanfaatkan inspirasi dari pendahulunya, mengolah dan mengemasnya dengan lebih baik lagi sesuai kreativitas yang mereka miliki. Tetap asik untuk didengarkan, kok. Namun, saya memiliki catatan khusus: Mungkin pada album berikunya, lagunya diperbanyak dalam satu album dan liriknya lebih ‘menggigit’ dalam menerjemahkan fenomena kehidupan yang ada. Jadi, lagu-lagunya terinspirasi dari kondisi perkembangan kehidupan. Agar terasa lebih dekat dan membumi. Salam, O. Solihin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun