Mohon tunggu...
Daniel Oslanto
Daniel Oslanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Rasanya lebih sulit berganti klub kesayangan ketimbang berganti pasangan (Anekdot Sepakbola Eropa) - 190314

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Menakar Ke-special-an The Special One

8 Mei 2014   18:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:43 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Mourinho menuju jalan keluar dari Chelsea? (Credit : The Guardian))

Menakar Ke-special-an The Special One

Jose Mourinho, menjuluki dirinya sendiri The Special One setelah berlabuh ke Chelsea pada 2004. Membawa Porto berhasil menjadi juara Liga Champions sebagai acuan kepantasan gelar tersebut sekaligus tiket memuluskan jalan Mourinho ke Stamford Bridge. Mourinho benar-benar special. Di musim perdananya, dia memberikan Chelsea gelar juara Liga Inggris yang telah mereka rindukan selama 50 tahun. Melanglang buana ke berbagai klub setelah Chelsea, Mourinho selalu berhasil memberikan gelar di musim perdananya di Inter Milan dan Real Madrid. Kerberhasilan ini membuat Roman Abramovic, sang pemilik Chelsea “luluh” dan melobi kembalinya The Special One ke Chelsea musim ini.

Musim ini, Chelsea kembali berpeluang untuk mengakhiri dengan status nirgelar. Tentunya ini sebuah sinyal bahaya bagi Jose Mourinho, mengingat Roman Abramovic bukanlah seorang yang sabar atas kegagalan. Mari kita menilik sejenak napak tilas keputusan Abramovic mengenai nasib pelatih Chelsea. Semejak Mourinho mengundurkan diri, Chelsea memberikan kesempatan kepada asistennya, Avrant Grant. Grant tidak bisa dikatakan gagal. Grant berhasil membawa Chelsea ke Final Liga Champions 2008 dan menjadi runner-up Liga Inggris. Namun, Abramovic memandang ini sebagai sebuah kegagalan. Pelatih selanjutnya adalah Carlo Ancelotti. Juru taktik yang melatih Real Madrid saat ini berhasil mengawinkan gelar juara Liga Inggris dan Piala FA di musim perdananya. Sayangnya, di musim kedua, Chelsea diterpa badai cedera yang sangat memprihatinkan hingga Ancelotti bahkan sampai memainkan pemain reserves Chelsea sebagai pemain inti di Liga Inggris akibat tidak tersedianya pemain utama. Sayangnya, kegagalan di musim kedua akibat cedera parah tidak bisa menjadi alasan bagi Abramovic.

[caption id="" align="aligncenter" width="460" caption="(Roman Abramovic, tidak menolerir Chelsea nirgelar (credit: The sun))"][/caption]

Carlo Ancelotti digantikan oleh Gus Hiddink. Di akhir musim, Hiddink berhasil memberikan gelar Piala FA bagi Chelsea. Namun Hiddink yang saat itu berstatus pelatih timnas Rusia tidak berminat untuk meninggalkan tim Beruang Merah. Di awal musim, Abramovic "membeli" Andre Villas Boas (AVB) dari Porto dengan nilai 13 juta euro, sekaligus mencetak nilai rekor transfer pelatih termahal di dunia. Prestasi AVB yang berhasil membawa Porto treble winner di musim sebelumnya menjadi daya tarik bagi Abramovic. Sayangnya, AVB gagal memenuhi ekspektasi Abramovic, dan menjelang akhir musim digantikan sama Roberto Di Matteo, asistennya. Di Matteo memberikan sentuhan keajaiban di Chelsea di ajang Liga Champions. Kalah 3-1 di leg pertama melawan Napoli, Chelsea bisa menang 3-0. Bisa mengalahkan Barcelona 3-2 di babak selanjutnya, dan memenangi adu penalti melawan Bayern di final Liga Champions, kendati bermain di kandang Bayern Munchen. Meski tidak diperhitungkan, karena gelar juara Liga Champions yang diberikan Di Matteo kepada Chelsea membuat Abramovic memberikan hadiah kontrak dua tahun kepada Di Matteo. Sayangnya, performa Chelsea buruk di tangan di Matteo dan di tengah musim Abramovic memecatnya. Abramovic lantas menujuk Rafael Benites sebagai pelatih sementara, dan Rafa di akhir musim berhasil memberikan gelar juara Europa League dan Piala FA kepada Chelsea. Sayang, Rafa memilih untuk pindah ke Napoli. Di Musim ini, Chelsea mengontrak Jose Mourinho dan berpeluang tanpa gelar.

Menilik sikap “no execuse” yang dimiliki oleh Abramovic, seharusnya ini menjadi jalan pintu keluar bagi Jose Mourinho. Namun, Jose Mourinho jelas sedikit berbeda dengan pelatih sebelumnya. Jose adalah pelatih yang dikagumi oleh para fans Chelsea, pelatih yang memberikan banyak kenangan bagi fans dan juga anak buahnya. Sebagai pelatih dengan gelar The Special One, Jose Mourinho dihadapkan pada kemungkinan pemecatan yang akan dilakukan oleh Abramovic atas dirinya meskipun media belum memberikan isu panas mengenai hal ini. Hal ini tentunya semakin beralasan mengingat Abramovic sangat menyukai timnya bermain menyerang, aktraktif dan menghibur, sesuatu yang jarang terlihat di pola permainan Chelsea musim ini.

[caption id="" align="aligncenter" width="460" caption="(Mourinho menuju jalan keluar dari Chelsea? (Credit : The Guardian))"][/caption]

Abramovic adalah pemilik yang tegas dan ambisius, yang tidak menolerir kesalahan nirgelar. Apakah memang Jose Mourinho benar-benar Special di mata Abramovic atau memang Abramovic tidak mendapat sosok ideal yang jauh lebih baik untuk menangani Chelsea? Awal kompetisi Liga Inggris musim depan akan menjadi jawaban, seberapa Specialkah The Special One. Kita tunggu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun