Kebijakan Transfer Man. United
Meneer Kehilangan Sentuhan?
Toni Kroos, Thomas Muller, Holdger Badstuber adalah sekelompok anak muda generasi emas Jerman. Promosi dari tim muda Bayern, dengan cepat para pemuda ini mengambil alih line-up Bayern dan berujung pada pengokohan status sebagai sebagai penggawa timnas Jerman. Dibalik kesuksesan Bayern dengan pemain muda, ada sosok Luis Van Gaal (LVG) yang memang terkenal dengan sistem kerjanya yang identik dengan pemain muda. Sebagai sosok yang mengedepankan kedisiplinan tingkat tinggi, dan juga totalitas dalam permainan sepakbola, Van Gaal kerap dikaitkan dengan gaya kepelatihan “tangan besi” yang memaksa semua pemainnya mengeluarkan potensi terbaik, berjuang keras untuk tempat utama, tanpa pandang bulu. Di satu sisi, hal ini memberikan efek positif bagi para pemain muda, namun di sisi lain, tidak jarang keadaan inilah yang justru menimbulkan stereotipe bahwa sang Meneer Van Gaal adalah sosok yang kerap bersinggungan dengan pemain bintang.
Sukses dengan pasukan muda belanda di ajang Piala Dunia 2014, LVG siap melakoni tugas baru di Manchester United (MU). Ya, sang Meneer ditugaskan untuk mengembalikan status MU sebagai salah satu klub terbaik di dunia. Apapaun keinginan sang Meneer mengenai kebutuhan taktis maupun transfer nyaris terpenuhi oleh pihak klub. Total MU adalah klub terboros di bursa transfer, dengan menghabiskan dana kurang lebih 160 juta pound. Bila memandang kepada dampak instan transfer ini, pengaruh para pemain anyar belum terlihat. MU hanya mengemas dua poin dari potensi sembilan poin, yang membuat mereka menjadi salah satu bahan olok-olok beberapa media dan fans lawan. So, ada apa dengan MU, apakah sang Meneer telah kehilangan sentuhannya? Menarik untuk dibahas.
Talent Scout Terbaik, Wonderkid Berlimpah
Harus diakui bahwa dari waktu ke waktu, MU adalah salah satu tim dengan sistem pengembangan pemain muda wahid. Meski tidak terlalu sering menelurkan pemain muda asli didikan klub semejak kehadiran Class of ’92, MU berhasil menjaring bakat-bakat muda yang tidak terendus tim lain dan menjadikannya sebagai pemain berkelas. Contoh paling sederhana adalah duo Rafael dan Fabio, yang direkrut MU sewaktu berusia 16 tahun dari klub Brazil, Javier Hernandez yang diangkut dari Klub Mexico, Chivas, hingga Mame Biram Diouf yang direkrut dari klub Norwegia, Molde, Paul Pogba dari klub Prancis, Le Havre. MU tidak pernah menutup kemungkinan dari segala penjuru dunia bisa mengendus pemain berbakat tanpa terendus oleh tim lain. Rafael terbukti menjadi salah satu pemain paling dipercaya mengisi pos bek kanan oleh Sir Alex Ferguson di era akhir karirnya sebagai pelatih MU. Javier Hernandez membukukan 20 gol di musim perdananya bersama MU, menjadi pemain terbaik pilihan fans MU. Paul Pogba yang memilih hengkang karena kurang dipercaya Ferguson, membuktikan bakatnya kepada Ferguson saat bermain di Juventus dan menjadi salah satu talenta terbaik yang dimiliki oleh Prancis pada saat ini. Mame Biram? Penggemar Liga Inggris tidak akan pernah melupakan kemenangan Stoke berkat aksi solorun nya saat menjebol gawang Manchester City pada pekan teranyar Liga Inggris. Sebelum bersama Stoke, Mame bermain di Bundesliga dengan catatan 26 gol dari 57 penampilan, bukan sebuah catatan buruk bagi seorang pemain yang underrate.
[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Pogba menjadi salah satu bukti kehebatan Talent Scout Manchester United (Sky Sport)"][/caption]
Hasil dari akademi juga cukup menjanjikan. Sebut saja Jonny Evans, Tom Cleverley dan Adnan Januzaj. Ketiganya menjadi salah satu bagian penting bagi MU disaat merajai Liga Inggris bersama dengan Sir Alex Ferguson dalam beberapa tahun terakhir. Dengan kondisi seperti ini, LVG telah diberikan sebuah lingkungan yang baru yang tak ubahnya seperti yang didapatkannya di berbagai tim yang pernah dilatihnya. MU selalu memiliki stok wonderkid yang direkrut dari berbagai belahan dunia maupun diorbitkan dari akademi. Namun, apa yang dilakukan Meneer saat ini justru antitesis dengan apa kebiasaannya selama ini. Satu persatu, pemain yang dibuang oleh LVG adalah pemain muda.
Menanti Pesona yang Terbuang
Secara umum, LVG lebih memilih membuang Kagawa untuk mendatangkan Di Maria, meminjamkan Zaha ketimbang Ashley Young, meminjamkan Cleverley ketimbang Fellaini, dan menjual Welbeck dan meminjamkan Javier Hernandez untuk memberikan pos kepada Falcao. Dipandang dari segi usia, jelas bahwa pemain yang keluar adalah pemain yang lebih muda, dan sebagian adalah bagian penting dari era akhir kejayaan Sir Alex Ferguson. Well, apakah benar mendatangkan semua pemain berkelas ini menjadi solusi instan bagi MU bersama dengan LVG?
Menariknya, satu persatu pemain yang keluar dari MU menunjukkan kualitasnya. Zaha menjadi cameo dalam pertandingan Newcastle vs Crystal Palace dalam laga teranyar Liga Inggris. Datang dari bangku cadangan, Zaha mencetak satu gol di menit terakhir untuk mengamankan satu poin untuk timnya. Danny Welbeck yang bergabung di Arsenal tidak mau kalah. Welbeck yang mengungkapkan kekecewaannya karena kerap dipasang sebagai penyerang sayap, membuktikan ucapannya bila dipasang sebagai penyerang tengah, dia akan sangat berbahaya. Dua gol disumbangkan oleh Welbeck ke gawang Swiss untuk mengamankan start bagus Timnas Inggris dalam kampanye menuju Euro 2016. Kagawa yang kembali ke Dortmund bisa menjadi salah satu senjata berbahaya bagi Dortmund. Kisah manisnya bersama dengan Jurgen Klopp yang “menemukan” dirinya bisa menjadi alasan kuat bagi Kagawa untuk membuktikan LVG salah membuangnya. Demikian halnya dengan Javier Hernandez yang bergabung dengan Real Madrid dan Cleverley yang bergabung dengan Aston Villa.
[caption id="attachment_323012" align="aligncenter" width="700" caption="2 Gol Welbeck ke gawang Swiss menjadi awal yang baik membuktikan LVG salah menjualnya (Daily Mail)"]
Alih-alih terpuruk, para pemain yang terbuang di era LVG saat ini bisa membuktikan kesalahan LVG membuang mereka. Mereka adalah sekumpulan pemain muda yang seharusnya bisa menjadi bagian penting dari skema LVG. Ironisnya, LVG saat ini lebih menyukai memainkan pemain berumur ketimbang pemain muda. Hal ini bisa terlihat dari “cadangan abadi” Fletcher menjadi salah satu starter dalam beberapa pertandingan MU. Demikian halnya dengan Ashley Young dan Fellaini. Apakah Meneer sudah kehilangan sentuhannya? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H