[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Pekerjaan Habibi (Kompasiana)"][/caption]
Cukup menarik membahas jawaban seorang anak SD bernama Habibi yang 80% salah, yang hasil tersebut merupakan bimbingan dari kakaknya yang seorang mahasiswa. Pertanyaan 4+4+4+4+4+4 = 4x6=24 adalah salah secara teknis dan teoritis adalah salah. Saya teringat dengan salah satu soal “legenda” di UMPTN yang lebih dari satu dekade lalu digelar. 4+4 = ? Jawabannya bisa saja 8 atau bisa saja tidak terdefenisi karena “+” tidak selalu berarti penjumlahan (Mohon koreksinya bagi pakar matematika). Ke”abu-abuan” inilah yang membawa saya pada satu persepsi, matematika bisa menjadi sangat sederhana, dan bisa menjadi sangat rumit. Melalui berbagai argumentasi yang beredar untuk memberikan referensi yang tepat untuk hal ini, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa memang hal ini “tidak tepat.”
Kembali ke substansi awal. Tugas siapakah yang berisikan soal 4+4+4+4+4+4 ini? Hanyalah tugas seorang anak Sekolah dasar yang bahkan belum memahami berbagai alasan teoritis yang membuktikan 4x6 tidak sama dengan 6x4. Mereka hanya bisa memahami bahwa penjumlahan dan berbagai kalkulasi sederhana lainnya harus berorientasi pada hasilnya, bukan kepada prosesnya yang terkesan “teoritis”
Sebuah pertanyaan sederhana yang mirip dengan hal ini juga adalah coba anda tanyakan kepada seorang anak sekolah dasar, klasifikasi dari mahluk hidup yang diketahuinya. Mereka akan menjawab: Manusia, Hewan dan Tumbuhan. Mereka bukan tidak pantas mengetahui kebenaran bahwa manusia adalah bagian dari hewan, dan Jamur bukanlah bagian dari Tumbuhan, melainkan sebuah divisi/kelas yang berbeda, namun apakah pantas mereka mendapatkan semua itu dalam usia semuda mereka?
Anak kecil yang duduk di sekolah dasar adalah anak-anak yang butuh perhatian dan penghargaan. Dengan berbagai kepolosan yang menandai kemampuan analisis mereka yang masih minim, saya rasa sikap sang guru menyalahkan pekerjaan rumah Habibi adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal. Guru tersebut lupa bahwa Habibi adalah seorang anak sekolah dasar yang tidak memahami perbedaan 4x6 dengan 6x4, karena di usianya, dia hanya paham bahwa hanya sebuah penyelesaian berorientasi hasil yang dapat dipahaminya, yaitu hasilnya 24. Bagaimana mungkin anda memberikan tugas dengan level untuk anak sekolah dasar, namun anda memeriksanya dengan memproses tugas itu adalah sebuah pekerjaan mahasiswa? Menggelikan.
Tulisan ini bukan sekedar tulisan untuk mendikreditkan profesi “guru”. Guru adalah pekerjaan yang Mulia, dan orangtua saya adalah seorang guru. Namun, perlu dipertimbangkan bahwa dibalik tugas mulia itu, tujuan utamanya adalah memberikan “pengajaran yang tepat sesuai dengan porsi yang tepat, sesuai dengan waktu yang tepat.” Jangan mengajarkan metode mahasiswa sains kepada seorang anak Sekolah dasar yang sebagian waktunya dihabiskan untuk bermain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H