Mohon tunggu...
Daniel Oslanto
Daniel Oslanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Rasanya lebih sulit berganti klub kesayangan ketimbang berganti pasangan (Anekdot Sepakbola Eropa) - 190314

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bumerang Teman Ahok

16 Maret 2016   17:26 Diperbarui: 17 Maret 2016   08:34 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ahok didesak oleh Teman Ahok untuk maju melalui jalur Independen di Pilkada DKI 2017? (Liputan 6)"][/caption]Langkah Ahok untuk maju dalam Pilkada DKI 2017 sudah ditentukan. Ahok akhirnya memilih jalur independen dikarenakan tidak ditemukannya “titik temu” kesepakatan antara Teman Ahok, sebuah basis terbesar pendukung Ahok untuk maju di Pilkada DKI 2017 dengan partai politik, dalam hal ini adalah Parpol PDI-Perjuangan. Teman Ahok meminta PDIP merestui Ahok untuk meminang Wagub saat ini, Djarot Saiful yang juga kader PDIP, untuk menjadi wakilnya di Pilkada DKI 2017.

Sayang beribu sayang, sikap PDIP yang terkesan “lambat” menanggapi hal ini, membuat Teman Ahok mendesak Ahok untuk menyerahkan nama lain menjadi wakilnya, agar mereka bisa bekerja untuk meloloskan Ahok sebagai calon Independen di Pilkada DKI 2017. Dan singkatnya, Ahok memutuskan untuk mengikuti keinginan Teman Ahok, maju sebagai calon independen.

Di pandang di satu sisi, kehadiran Teman Ahok menjadi sebuah fenomena baru. Keinginan akan figur yang terbukti mampu mengubah DKI selama ini menjadi alasan terkuat kenapa kelompok ini sangat tendensius memuluskan Ahok kembali untuk menjadi salah satu calon gubernur melalui Pilkada DKI 2017. Tidak tanggung-tanggung, Teman Ahok sudah berhasil mengumpulkan sekitar 700-an ribu KTP warga Jakarta, yang sudah melewati persyaratan maju sebagai calon Independen.

 Tugas berikutnya adalah memverifikasi ulang KTP yang telah mereka kumpulkan dulu. Dengan tenggat waktu yang semakin menipis, membuat Teman Ahok semakin giat dalam mencari dukungan kepada Ahok. Berbabagi bootcamp untuk menampung KTP buat Ahok tersebar di berbagai lokasi publik seperti Mall.

Uniknya, setelah kampanye KTP untuk Ahok muncul, kemudian lahirlah berbagai kampanye yang provokatif. Sebut saja kampanye di sosial media yang menyatakan, “Saya Muslim, saya mendukung Ahok.” Dengan dalil menggunakan agama, ada sebuah usaha dari kampanye tersebut untuk memainkan Ahok sebagai victim. Terlebih, komentar-komentar yang lahir dari berbagai acara di media televisi semakin memperkuat hal tersebut. 

Perdebatan siapa kandidat lawan yang baik untuk Ahok, hingga majunya Ahok melalui jalur Independen dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai bentuk Ahok adalah korban dari partai Politik. Tak Ayal, sikap ini memicu muncul anggapan Ahok Playing Victim, seolah-olah menjadi korban padahal…

Bila harus jujur, baik Ahok maupun Partai Politik tidaklah melakukan kesalahan. Keduanya memiliki pandangan yang berbeda menanggapi hal ini. Sebut saja PDIP yang menjadi “sasaran tembak” pendukung Ahok dalam menggiring opini publik bahwa Ahok menjadi korban Parpol. Padahal, PDIP sudah menekankan bahwa ada mekanisme partai bila ingin dimajukan oleh Parpol, harus mendaftar dan mengikuti seleksi Parpol. Menilik popularitas dan elektabilitas Ahok yang tertinggi diantara calon yang lain, dan statusnya sebagai incumbent, bukanlah pertimbangan sulit bagi Parpol manapun untuk mendukung Ahok kembali maju di Pilkada DKI 2017.

Sayangnya, rasa kecurigaan tidak mendasar Teman Ahok yang mendesak Ahok maju melalui jalur Independent membuat hal ini urung terjadi. Tentu saja, sikap Ahok memilih Independen ini juga bertetangan dengan pernyataan “religius” nya, yang menyatakan Nothing to Lose bila tidak menjadi gubernur lagi. Alih-alih untuk mempertegas pernyataannya, Ahok malah terkesan oportunis dengan kesempatan yang ditawarkan oleh sekelompok anak muda yang sebenarnya menjadi “biang kerok” dari penggiringan stigma negatif public terhadap partai politik.

Militansi Teman Ahok dan Kekalahan Rubio

Dalam sebuah grup Whatsapp saya, yang berisikan oleh teman-teman seangkatan semasa kuliah dulu, Topik mengenai Ahok menjadi daya tarik, terlebih mayoritas kami saat ini berada di DKI. Diawali dengan sebuah tawaran siapa yang menginginkan form KTP untuk Ahok dari Teman Ahok, salah seorang berceletuk, “Bagaimana bila Ahok gagal maju di pilkada?” Bukan Pesimis, penasaran aja.” Saya tertegun membacanya. Saya percaya, semua orang yang digrup saya adalah orang berintelektual baik, dan tidak sedikit berstatus “swing voter”. 

Sebuah pertanyaan provokatif yang terlontar membuat sebuah opini dalam pikiran saya, “Apakah Teman Ahok juga sama militannya seperti dia? Atau sikap militan pendukung Ahok yang membuat dia seperti ini?” Sebagian berceletuk, Yagapapa. Sebagian berkata, bakal ditarik Jokowi untuk jadi Menteri, dan saya berpikir, “Emang kenapa kalo gagal maju?”

Baru beberapa jam yang lalu, saya membaca berita mengenai Senator Florida, Marco Rubio, yang mengundurkan diri dari bursa calon Presiden AS dari partai Republik. Hal ini dikarenakan kekalahan telaknya dari kompetitornya di partai Republik, Donald Trump di negara bagian yang dipimpinnya sendiri, Florida. Sebagian pihak memandang ini sebagai sebuah sikap yang dipilih oleh Rubio, yang dikabarkan akan maju dalam pemilihan di Florida. Sebagian menganggap hal ini dikarenakan Rubio terlalu sering menyerang Donald Trump dengan isu-isu personal, membuat dia gagal memenangkan elektabilitas di daerahnya sendiri. Terus, apa hubungannya dengan Ahok?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun