Mohon tunggu...
Daniel Oslanto
Daniel Oslanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Rasanya lebih sulit berganti klub kesayangan ketimbang berganti pasangan (Anekdot Sepakbola Eropa) - 190314

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

[Kolom]Secercah Rivalitas di Tengah Industri Sepakbola: Danke, Borussia Dortmund

13 Januari 2014   22:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:51 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(AS Monaco menjadi salah satu klub kaya baru yang mengubah peta Liga Prancis)

Secercah Rivalitas di Tengah Industri Sepakbola:

Danke, Borussia Dortmund

Beberapa hari yang lalu, saya mengecek sebuah berita di harian Spanyol, Marca, bahwa Ikey Gundongan berpeluang besar mengepak barang dari Dortmund di akhir musim dengan status gratis ke Manchester United. Well, tentunya berita ini bukan sebuah barang baru, mengingat Dortmund identik dengan melepas pemain dengan cara yang tidak lazim. Salah satu transfer yang menguntungkan Dortmund adalah saat mendatangkan Shinji Kagawa dengan nilai tak lebih dari setengah juta euro, kemudian melepasnya ke MU dengan nilai 17 juta pounds. Meskipun demikian, sudah barang tentu sebenarnya Dortmund tidak ingin melepas pemain terbaiknya ke klub lain, namun kontrak yang akan kadaluarsa dalam setahun membuatnya melepas si pemain. Sebelum Kagawa, Dortmund juga melakukan hal yang sama kepada pemain bintangnya, Nuri Sahin. Persis dengan kasus Kagawa, Sahin direkrut Madrid dengan nilai yang lebih murah, 10 juta euro.

[caption id="" align="aligncenter" width="485" caption="(Kagawa dilepas Dortmund ke MU karena sang pemain tidak ingin memperpanjang kontrak)"][/caption]

Tahun lalu, Dortmund kehilangan salah satu pemain bintangnya dengan berat hati bernama Mario Gotze. Adalah Bayern Munich yang membajak sang pemain dengan menebus klausul trasfer buy-out Gotze senilai 37 juta euro. Tak ayal, hal ini membuat Dortmund sakit hati kepada si pemain dan klub pembajaknya, Bayern Munich. Kisah lebih pahit terulang lagi di musim ini. Dortmund harus merelakan pemain depan terbaik mereka Robert Lewadownski ke Bayern di akhir musim nanti dengan status bebas transfer alias cuma-cuma. Tak ayal, Lewadownksi menjadi bulan-bulanan publik Signal Iduna Park. Tak hanya Lewadownski, Ikay Gundongan yang diincar MU juga sedang dalam proses menyusul rekannya tersebut keluar dari Dortmund secara gratis. Ada apa dengan Dortmund?

[caption id="" align="aligncenter" width="476" caption="(Gundongan (kiri), berpeluang mengikuti jejak Lewandownski meninggalkan Signal Idura Park)"]

[/caption]

Sebagai sebuah klub yang memiliki keterbatasan dalam belanja pemain beberapa tahun lalu, Dortmund tentu memilih membeli pemain-pemain muda murah berbakat dari seluruh dunia. Dortmund tidak membeli bintang, tapi menciptakan bintang. Tak kurang dari Robert Lewadownski, Kuba, Gotze, Gundongan, Kagawa dihasilkan dengan mengeluarkan uang transfer kurang dari lima juta euro, padahal harga akumulasi semua pemain itu lebih mencapai 200 juta euro. Sebuah pencapaian yang luar biasa oleh Dortmund. Namun, sekali lagi, pencapaian itu tidak membuat Dortmund lantas berniat menghasilkan uang dalam jumlah besar. Ya, Dortmund keuh-keuh tidak melepas bintangnya, terlebih kepada rivalnya yang bermain di Bundesliga seperti Bayern Munich. Well, Dortmund adalah pebisnis yang idealis dan selektif.

Ya, apa yang dilakukan oleh Dortmund jelas sebuah kesejukan ditengah semakin terkikisnya nilai kompetisi sepakbola seiring dengan berkembangnya sepakbola sebagai sebuah industri. Tak sedikit klub lebih mementingkan fulus ketimbang mempertahankan nilai kompetisi sebuah liga. Kita mungkin dibawa kepada Lyon, yang medio 2000-an mendominasi Liga Prancis, dengan cara membajak para pemain bintang rival-rivalnya. Bergeser sejenak, dengan modal besar dan suntikan dana sugar daddy, para KKB (klub kaya Baru) seperti Manchester City, Chelsea, AS Monaco, dan PSG mengubah peta persaingan dan kompetisi di liga masing-masing.

[caption id="" align="aligncenter" width="634" caption="(AS Monaco menjadi salah satu klub kaya baru yang mengubah peta Liga Prancis)"]

[/caption]

Mungkin sebagian pihak skeptis menganggap sikap Dortmund. Sebagian menganggap Dortmund terlalu idealis. Namun, sikap Dortmund yang mempertahankan pemain bintangnya, bahkan bila harus melepasnya dengan cara gratis hingga kontrak berakhir patut diacungi jempol. Dortmund tetap mempertahankan rivalitas antar klub yang menjadi ciri khas sepakbola, meskipun dunia industri dan bisnis semakin kuat menancapkan kukunya di permainan ini. Dortmund, menjaga sebuah nilai kebanggaan dari kekuatan sepakbola. Dortmund, mencoba mempertahankan rivalitas melalui sikap idealisnya.

Trims, Dortmund! Danke, Dortmund!

Sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun