Mohon tunggu...
Dr. Abdullah Oski Illiandri
Dr. Abdullah Oski Illiandri Mohon Tunggu... Ilmuwan - Akademisi dan Peneliti

Musafir di padang pasir..

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pertanyaan untuk Kaum Atheis

26 Desember 2012   15:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:00 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillahirrahmaanirahiim. Inilah risalah singkat untuk mengembalikan kaum atheisme kembali menjadi seorang Hamba Allah, Tuhan Semesta Alam. Atheisme menurut istilah bahasa adalah sistem keyakinan yang membuat seseorang menolak adanya kepercayaan adanya sang Pencipta Alam Semesta Raya . Penganutnya disebut sebagai atheis. Seorang atheis terkadang memilih untuk tidak beragama karena agama menurutnya mengekang kebebasan fikirnya dan inilah asal muasal atheis!! Tidaklah seorang menjadi atheis kecuali karena dia menggunakan akal rasionya. Dengan akal rasio nalar maka atheisme mempertanyakan sesuatu yang diluar nalar dan atheis menganggap bahwa tuhan merupakan area di luar nalar. Karena tuhan tidak dapat dicapai oleh indra dan akal tentu saja keberadaanya tidak ada. Tentu saja ini kekeliruan dan kerancuan dalam proses berpikir. Ambillah sebuah contoh. Gelombang radio. Bagaimana mungkin kita bisa mengelak dari keberadaan gelombang radio dengan segala frekuensinya hanya karena kita tidak melihat meraba dan mendengar gelombang itu? Tentu saja kita meyakini gelombang itu ada karena ada bukti keberadaannya diudara setelah ditangkap oleh pesawat radio. Hal yang sama ketika seseorang atheis mempertanyakan bagaimana anda meyakini Allah itu ada jika anda tidak melihat meraba dan mendengarkan keberadaannya? Maka atas pertanyaan ini seorang hamba Allah akan menjawab dengan jawaban analogi dengan gelombang radio diatas. Benar Allah memang tidak bisa dan belum bisa dilihat tapi Allah diketahui dari bukti keberadaanNya. Bukti keberadaanNya adalah jejak-jejak yang bisa kita rasakan dan kita pikirkan. Bayangkan bagaimana mungkin tubuh kita manusia berbeda dengan binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan? Siapakah yang mengatur keteraturan malam dan siang sehingga manusia bisa hidup dan beristrahat? Mengapa bumi yang kita tinggali memungkinkan kita manusia untuk tinggal dan mengapa bumi kita tidak sepanas Merkurius atau sedingin Yupiter? Mengapa ada ketertarikan antara jantan dengan betina dan mengapa air hujan yang sama menumbuhkan bermacam-macam buah dengan warna dan rasa berbeda-beda? Ini semua bukan kebetulan dan jikalau kebetulan maka betapa teraturnya kebetulan ini semua? Ini menjadi bahan renungan bagi mereka yang mau menggunakan rasionya tentang adanya desainer semesta alam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun