Mohon tunggu...
Kurniawati Fadillah
Kurniawati Fadillah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Gizi

Sedang berjuang menjadi sarjana gizi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Lawan Hipertensi dengan Flavonoid

27 Desember 2023   14:08 Diperbarui: 27 Desember 2023   14:10 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tatalaksana pengobatan hipertensi pada pasien usia 18-65 dapat dilakukan dengan tatalaksana farmakologis dan non farmakologis. Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi saat seseorang memiliki tekanan di pembuluh darah terlalu tinggi yaitu 140/90 mmHg atau lebih tinggi (WHO, 2023). Hipertensi dapat memicu penyakit komplikasi seperti penyakit jantung koroner ketika tidak diobati. Berdasarkan penelitian Hamzah, et al (2022), penanganan secara farmakologis (menggunakan obat medis) dapat menggunakan obat antihipertensi. Konsumsi obat antihipertensi pada pasien usia 18-65 tahun dapat menurunkan tekanan darah, pasien yang teratur mengkonsumsi obat anti hipertensi memiliki tekanan darah lebih terkontrol sebesar 1,31 kali dibandingkan dengan pasien yang tidak patuh mengkonsumsi obat antihipertensi. Berdasarkan penelitian Andrian dan Tommy (2019), pengaturan berat badan, diet menggunakan metode Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), melakukan diet rendah garam, konsumsi suplemen kalium, peningkatan aktivitas fisik dengan olahraga rutin dan mengurangi konsumsi alkohol merupakan cara efektif yang telah terbukti secara klinis untuk menurunkan tekanan darah pasien secara non-farmakologis. Diet DASH pada pasien hipertensi usia 18-65 tahun dapat menurunkan tekanan darah sistol 5,5-6,7 mmHg dan diastole 3-3,5 mmHg (Iqbal dan Handayani, 2022). Oleh karena itu, pengobatan hipertensi pada pasien secara farmakologis dengan memakai obat antihipertensi dan melakukan pengaturan gaya hidup seperti diet DASH sebagai pengobatan secara non farmakologis.

Selain pada obat, anti hipertensi juga dapat ditemukan pada zat gizi. Salah satu zat gizi yang memiliki fungsi anti hipertensi adalah flavonoid. Flavonoid merupakan sebuah kelompok senyawa alamiah dengan variabel struktur fenolik dan ditemukan pada banyak tumbuhan (Hariadi, 2022). Antosianin, flavon, flavanol, flavanon, isoflavon merupakan contoh jenis-jenis flavonoid yang ditemukan di tumbuhan. Bahan makanan yang tinggi kandungan flavonoid seperti teh hijau, coklat, buah-buahan, sayur-sayuran hingga kacang-kacangan (Yang, et al, 2020).  Menurut penelitian Ningrum et al (2021) teh hijau yang telah diproses menjadi ekstrak dapat melindungi bagian tonus pembuluh darah melalui mekanisme penyeimbangkan zat vasokonstriksi, termasuk angiotensin II, prostaglandin, endothelin-1, dan zat vasodilatasi. Namun konsumsi teh secara berlebihan dapat memiliki dampak yang membahayakan.  Berdasarkan penelitian uji efektivitas daun sungkai yang memiliki kandungan flavonoid kepada lansia yang mengalami hipertensi, oleh Carolina, et al (2022), menunjukkan setelah mengkonsumsi seduhan daun sungkai tekanan darah pasien turun, yaitu sebelum diberikan  seduhan daun sungkai tekanan darah sebesar 154,76/92,28 mmHg sedangkan setelah diberi seduhan daun sungkai rata rata tekanan darah yaitu sebesar 136,44/84.48 mmHg.  Selain itu, dari penelitian yang dilakukan oleh da Silva, et al (2022) menyebutkan bahwa rosella (Hibiscus sabdariffa), bawang putih (Allium sativum L.), Phyllanthus amarus, Ginkgo biloba dan Chamomile (Matricaria chamomilla) berguna untuk mengontrol hipertensi. Kemudian, pada penelitian Parmenter, et al (2022) menyimpulkan pada lansia sehat yang memiliki kebiasaan konsumsi flavonoid memiliki kekakuan arteri yang rendah sehingga tekanan darah lebih terkontrol. Oleh karena itu, konsumsi flavonoid dari konsumsi makanan berpotensi untuk mengatur tekanan darah.

Flavonoid dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Komponen aktif flavonoid tertentu akan menghasilkan aktivitas antioksidan yang digunakan untuk menghambat pendarahan. Flavonoid juga memiliki peran dalam pembekuan darah atau proses koagulasi , di mana memberikan dampak  perlindungan terhadap fungsi endotel (Hariadi, 2022). Husna, et al (2019) melaporkan penderita hipertensi yang diberikan diet tinggi flavonoid akan mengalami penurunan tekanan darah. Hal ini terjadi karena flavonoid akan memperbaiki fungsi dari  sel endotelial pembuluh darah dengan cara meningkatkan produksi NO. Pada penelitian Widasari (2018) menunjukkan, zat flavonoid ini mempengaruhi kinerja Angiotensin Converting Enzym (ACE). Flavonoid akan mencegah enzim tersebut untuk merubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Kemudian, vasodilatasi akan terjadi ketika angiotensin II tidak terbentuk akibat kinerja enzim ACE dihambat oleh antioksidan, sehingga akan terjadi tahanan resistensi perifer dan menurunnya tekanan darah. Selain itu, efek antioksidan flavonoid dapat mencegah hipertensi karena efek antioksidan dapat menetralisir radikal bebas (radicalis) dalam tubuh. Ketika radikal bebas dalam tubuh dinetralisir, penumpukan radikal bebas (radicalis) yang mengganggu homeostasis dan mengakibatkan hipertensi dapat dihindari. Selain itu, molekul radicalis ini juga salah satu penyebab terjadinya aterosklerosis dimana memiliki efek buruk pada tekanan darah dan mengakibatkan kerusakan sel endotel (Husna, et al, 2019). Dengan demikian, flavonoid memiliki fungsi menurunkan tekanan darah dengan menghambat kinerja dari enzim ACE dan menetralisir radikal bebas dalam tubuh.

Selain menurunkan tekanan darah, konsumsi flavonoid juga dapat mengurangi resiko penyakit akibat hipertensi seperti penyakit jantung. Konsumsi buah yang mengandung flavonoid tinggi dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit jantung. Zat flavonoid memiliki pengaruh pada risiko penyakit jantung. Asupan flavonol, salah satu jenis flavonoid,  yang tinggi dari asupan makan dapat menurunkan mortalitas (angka kematian) akibat penyakit kardiovaskular secara langsung atau menurunkan dampak terhadap faktor penyakit kardiovaskular tertentu. Kemudian, konsumsi flavonoid pada  kelompok pasien tertentu (pria perokok, hipertensi dan pasien diabetes) melalui modifikasi makanan atau suplementasi dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular (Popiolek-Kalisz, et al, 2022). Berdasarkan penelitian Yang, et al (2020) konsumsi buah buah yang mengandung flavonoid lebih banyak terlebih buah sitrus kemungkinan akan menurunkan resiko penyakit jantung koroner sekitar 2 kali dibandingkan buah lain. Valls, et al (2021)  menyampaikan bahwa kandungan hesperidin yang merupakan zat turunan dari flavonoid memiliki pengaruh pada tekanan darah. Konsumsi zat hesperidin dari jus jeruk dapat mengurangi tekanan darah sistolik dan tekanan nadi pada orang hipertensi dengan konsumsi yang berkelanjutan selama 12 minggu sehingga dapat mengurangi risiko penyakit jantung pada penderita hipertensi.  Oleh karena itu konsumsi flavonoid bisa digunakan  untuk penurunan risiko penyakit jantung pada penderita hipertensi.

Flavonoid mudah ditemukan pada tumbuhan. Flavonoid ini merupakan sebuah senyawa fenol alam yang dapat ditemukan hampir di setiap jenis tumbuhan, bagian tumbuhan yang banyak ditemukan zat ini yaitu pada daun, batang, bunga, buah, biji atau kulit batang tumbuhan. Pengujian yang dilakukan pada tanaman herbal yaitu pada bagian daun dari tumbuhan sirih merah, kembang sepatu, dan kapuk memiliki kandungan flavonoid. Kadar flavonoid yang ada  pada tanaman herbal tersebut sebesar 1,8131%, 1,3578% dan 1,2985% (Purnamasari, et al, 2020). Sayur seperti daun kelor juga memiliki kandungan flavonoid sebagaimana dalam penelitian Wahid dan Raudah (2022), ekstrak daun kelor mempunyai kadar flavonoid sebesar 155,61 mgQE/g per ekstrak. Selain itu, pada produk olahan puding dari daun kelor menurut penelitian Hariadi (2022), Puding ekstrak daun kelor memiliki kandungan flavonoid 2,59 mg, kadar flavonoid ini menyumbang kebutuhan flavonoid sebesar 18,28% dari kebutuhan harian. Buah-buahan yang memiliki kandungan flavonoid  tinggi yaitu lebih dari 50 mg per 100 gram meliputi apel, pir, jeruk, jenis jeruk lainnya, stroberi, anggur, pepaya, kesemek, melon, buah persik, kiwi, nanas, pisang hingga semangka (Yang, et al, 2020). Kristiyani, et al (2020) juga menyebutkan semangka memiliki kandungan flavonoid yang tinggi pada bagian putihnya. Bagian putih dari buah semangka ini memiliki total flavonoid sebesar 0,6159 g/mL. Oleh karena itu, flavonoid dapat ditemukan pada tanaman herbal, sayuran hingga buah-buahan di sekitar kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun