Mohon tunggu...
Yosep Mau
Yosep Mau Mohon Tunggu... Penulis - Debeo Amare

Hic et Nunc

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendekatnya "Pejuang Bangsa Sejati"

9 Agustus 2023   11:26 Diperbarui: 9 Agustus 2023   11:28 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kami kaum nasionalis Indonesia. Kami selamanya akan menjunjung tinggi perdamaian dan keamanan. Kami tak mempunyai keinginan atau niat menumpahkan darah. Kami malahan tak akan puas-puasnya berusaha, supaya hari kemudian itu hanya membawa keamanan dan perdamaian belaka" seperti itulah deretan kata yang lahir dari buah pikiran (Bung Karno dalam Indonesia Menggugat). Sebagai seorang anak bangsa, sudah tentu bersyukur atas seluruh perjuangan para fondator bangsa dan negara ini. 78 tahun sudah kemerdekaan ini diraih dengan darah maupun keringat. Semua itu bukanlah sebuah kemungkinan, tetapi kepastian yang didasari oleh kesadaran. 

Jika melihat dan mamahami apa yang disampaikan oleh Bung Karno, sangatlah fundamental dan relevan bagi bangsa dan negara kita dewasa ini. Saya kerap berpikir bahwa apa yang terjadi dalam negeri ini, sejatinya sudah diwanti-wanti oleh para kaum nasionalis. Ketakutan terbesar pun ada di sana, "menumpahkan darah bukanlah keinginan para nasionalis" pernyataan inilah yang harus dipelajari bersama dalam menyambut 78 usia kemerdekaan negara kita. Memang kita sadari usia 78 tahun, sudah merujuk pada usia-usia bijak. Kata Orang Timur, usia-usia sudah "makan garam" (pahit manisnya hidup) telah dilalui, sehingga memang pada tahap ini, hanya kebijaksanaanlah yang boleh diterima oleh masyarakat pada umumnya dan negara secara khusus. Namun lihatlah apa yang sedang terjadi; sentimen terhadap sesama bangsa terjadi, itu hanyalah perbedaan sudut pandang, kepentingan pun agama di dalam. Hakikatnya, apa yang sebenarnya kita cari dari bangsa dan negara yang sudah merdeka sedemikian lama ini. 

Kita bukanlah bangsa yang baru mekar. Kita bukanlah negara yang baru melatih berjalan. Kita adalah kusuma bangsa yang di dalam diri masing-masing pribadi sudah tertanam aroma-aroma kebaikan dan kebenaran yang tumbuh dari patriotisme pendahulu bangsa kita. Oleh karena itu sangat disayangkan bila hal sederhana dalam negara dibuat sedemikian rupa untuk membesarkan polemik. Sadar ataupun tidak, ketika polemik itu dibesarkan, maka yang terjadi adalah pertumpahan darah. Dalam artian ide-ide konfrontasi dan konspirasi diutarakan tanpa menganalisis duduk persoalan.

Mendekatnya pejuang bangsa yang sejati, secara langsung ingin mengatakan bahwa saatnya bersama menguburkan polemik-polemik yang ingin memeca-belah bangsa. Bangun pondasi hidup baru dengan sikap nasionalis, agar setiap usaha dan karya yang dibuat di dalam negara ini, dirasakan oleh semua pihak tanpa terkecuali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun