Najib Atamimi, Presiden Direktur Atamimi Group of Companies, mengatakan sering mendengar lagu berjudul "Sayang" ini. "Tapi begitu dibawakan di tempat ini, jadi luar biasa," ujarnya.
Dengan iringan musik dan lagu "Damai Bersamamu", "Tatu", "Tanjung Mas Ninggal Janji", "Kemesraan" "Perjalanan" dan "Rungkat" yang dilantunkan Shinta, Lusyani bercerita tentang kisahnya sampai mencalonkan diri untuk jadi anggota DPR RI sampai dua kali ini. Pertama ia gagal hingga ia malu dan putus asa. Tapi kini ia coba lagi, antara lain memasang ratusan baliho dan spanduk di Jakarta Selatan dan Pusat.
Kisahnya dimulai tahun 1975, ketika Lusyani berusia lima tahun. Ia mengikuti ayah, ibu dan kakak adiknya meninggalkan kampung halamannya di Pulau Belitung (Sumatra). Keluarganya ingin meninggalkan "kemiskinan".
Perjalanan dimulai dengan naik rakit atau getek. Kemudian bus sampai di Jakarta. Lulus SMS Lusyani mencoba jadi pengusaha dan cukup berhasil.
"Seseorang menasihati saya untuk masuk partai politik, karena selama menjadi pengusaha saya sering ditipu," ujarnya. Rekan-rekan Lusyani yang hadir dalam silaturahmi ini antara lain mantan pejabat Kementerian Pertanian Jan Maringka, Pendeta Sephard Supit, Ade Andrini (artis dan pengusaha), aktivis partai Fritz Alor Boy, Amin Balbaid (pengusaha) dan Elma Theana (artis).
Pengusaha kondang Najib Atamimi mengatakan, acara santai ini punya arti yang dalam dan pendidikan, luar biasa. Menjawab pertanyaan wartawan Atamimi banyak menyampai kritik sosial seperti berkaitan dengan kasus berdarah Sambo dan tragedi berdarah sepakbola di stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu 1 Oktober 2022.
Acara ini ditutup dengan renungan dengan iringan lagu ciptaan kakak beradik Franky Sahilatua (almarhum) dan Jhony Sahilatua, berjudul "Sesambating Manah" (Keluhan Hati).
Cuplikan lirik lagu ini antara lain berbunyi seperti ini:
"Sinten-sinten kang kang kersa mirengaken, lelakonig tanah Nuswantoro... Duh Pangeran gung pangaksami, dumateng pamong nagari, kathah pitutur wiso ing lamis, tumindak lan polah aji mumpung, jejamu ing pelataran... (Siapa pun yang ingin mendengarkan, peristiwa di bumi Indonesia, ... Oh Tuhan mohon ampun, untuk pemimpin negeri ini, banyak ucapannya dari mulut berbisa atau munafik, tingkah dan tindakannya ajing mumpung atau mumpung berkuasa)."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H