Mohon tunggu...
Ahmad Ali Akbar
Ahmad Ali Akbar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

saya Ahmad Ali Akbar dari Surabaya, saya suka menulis karna dengan menulis kita bisa berbagi pengetahuan dengan orang lain. Dan saya berharap hasil tulisan say bisa bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Review buku Gus Dur

16 Oktober 2014   17:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:47 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Menggerakkan Tradisi ; Esai-Esai Pesantren

“Pesantren bersifat dinamis, terbuka pada perubahan dan mampu menjadi penggerak perubahan yang diinginkan” begitulah pendapat Gus Dur mengenai pesantren.

Siapa yang tidak kenal Abdurrahman Wahid, sosok presiden yang mempunyai wawasan yang luas dan juga dikenal humoris dengan gaya uniknya yaitu kata-kata “Gitu aja kok repot”. Gus Dur dikenal sebagai orang yang terlahir di kalangan pesantren, namun masih belum banyak yang mengetahui pemikirannya mengenai pesantren dalam menghadapi gelombang perubahan. Melalui buku ini kita bisa mengetahui pemikiran Gus Dur yang sangat mendukung pembangunan pesantren agar menjadi lembaga pendidikan yang lebih baik lagi. Dan dari pemikiran gus dur tersebut, diharapkan bisa menjadi pedoman untuk membangkitkan pesantren yang keberadaannya kini mulai diabaikan.

Buku ini adalah kumpulan dari esai-esai yang pernah dimuat di kompas, jurnal Pesantren, dan beberapa diantaranya merupakan bahan presentasi di berbagsi sminar/pelatihan. Rentang waktu perumusannya terjadi antara awal tahun 1970-1980 dimana rezim Orde Baru sedang gencar melakukan melakukan program pembangunan(modernisasi). Fokus pembahasan dalam buku ini adalah hubungan antara pesantren, negara dan pembangunan.

Buku ini juga mengkritik dunia pendidikan yang kini semakin krisis dimana banyak anak putus sekolah (drop out). Pemecahan masalah mengenai semakin krisisnya dunia pendidikan di Indonesia adalah pendirian sekolah umum oleh pesantren. Pesantren dihadapkan pada permasalahan sulit dalam mendirikan sekolah dimana pesantren yang mengembangkan sistem pendidikan seperti SMP dan SMA atau aliyah direpotkan dengan tersusunnya kurikulum baru (20% agama 80% umum) sehingga mengikuti kurikulum tersebut sama saja dengan "sekolah umum" sedangkan mempertahankan kurikulum lama yang lebih mementingkan agama tidak dikehendaki oleh siapapun. . Alasan utama pesantren tidak mendirikan sekolah umum adalah Tidak sesuainya "sekolah umum" dengan tujuan keagamaan yang dimiliki pesantren. Hal tersebut sebenarnya bisa diatasi oleh Gus Dur dengan cara mendirikan sekolah umum yang dikombinasikan dengan pengajaran agama melalui pengajian weton atau bandongan. Pendidikan jenis ini mengembalikan pengajaran pengetahuan agama ke tempatnya semula, yaitu di luar bangku sekolah. Tentu saja bentuk pendidikan ini mengakibatkan perubahan-perubahan yang sangat berarti dalam pembentukan tata nilai baru di pesantren. (hal 35)

Gus Dur juga membuat strategi dasar pembangunan pesantren oleh pemerintah dan kerja sama dengan pihak-pihak lain, anatara lain :

* usaha meyakinkan pesantren bahwa keadaan rawan yang ada hanyalah merupakan sebagian saja dari keadaan umum yang melanda kehidupan bangsa dewasa ini. keadaan ini dapat mereka atasi dengan melaksanakan proyek-proyek perbaikan yang bersifat selektif dan bertahap. dengan demikian, kemampuan yang betapa terbatasnya sekalipun akan dapat dipusatkan pada penggarapan sebuah proyek saja pada suatu waktu/tahap. pandangan itu tentu saja berbeda dengan anggapan umum kalangan pesantren bahwa penyelesaian simultan bagi semua persoalan yang dihadapi adalah jalan terbaik perkembangan pesantren.

* jika keyakinan itu dapat ditumbuhkan di kalangan pesantren, tentu saja dengan cara persuasif maka mereka dapat diajak untuk memilih penggarapan proyek yang paling mendesak pemecahannya di tempat masing-masing. pilihan proyek yang akan digarap itu tentu saja bergantung juga pada penilaian yang cermat atas kemampuan sendiri untuk memecahkannya

* berdasarkan pilihan proyek yang akan digarap itu maka barulah dicari cara-cara terbaik untuk mempersiapkan penggarapannya. pengembangan kecakapan tenaga pelaksana, perbaikan struktur manajemen pesantren yang diperlukan untuk menyukseskan proyek yang akan digarap, serta usaha teratur untuk menyiapkan dana bagi pembiayaan proyek, kesemuanya itu dilaksanakan pada tahap ini

* jika telah ada bukti terlaksananya ketiga pokok di atas dengan baik, barulah pada pesantren ditawarkan konsep-konsep yang lebih lengkap dan kompleks, meliputi bermacam-macam aspek (hal 57-58)

Mengingat strategi dasar itu menentukan penggarapan proyek-proyek selektif sebagai prasyarat, sebelum pesantren dapat menggarap konsep yang lebih bersifat menyeluruh maka berikut proyek-proyek garapan selektif pesantren secara umum:

* kelompok pembinaan pesantren, yang dititikberatkan pada pengembangan pola-pola kepemimpinan yang lebih sesuai dengan kepentingan pesantren di masa depan. program latihan kepemimpinan dan juga penyusunan pola-pola peremajaan bagi pesantren, adalah beberapa di antara proyek-proyek yang dapat digolongkan ke dalam kelompok ini

* kelompok pembinaan mutu pengajaran di pesantren, yang meliputi proyek-proyek berikut: penyusunan kurikul yang lebih relevanbagi kebutuhan masyarakat, penyusunan silabus pengajaran yang dapat mengembangkan rasa kesejarahan (historicy) pada ahli-ahli agama kita di masa depan, penataan periodik bagi tenaga-tenaga pengajar, penyediaan alat-alat pengajaran yang lebih memadai bagi kebutuhan dan sebagainya

* kelompok pembinaan pola-pola hubungan pesantren dengan lembaga kemasyarakatan lainnya, meliputi pola-pola hubungan dengan lembaga keagamaan di luar islam, lembaga pengembangan dan penyelidikan di berbagai lapangan, serta lembaga-lembaga pemerintahan

* kelompok pembinaan keterampilan bagi para santri, baik meliputi pendidikan jurusan teknik maupun pendidikan karakter yang mampu menyandang beban penyebaran ide keterampilan itu sendiri dengan baik (hal 58-60)

Apabila pesantren secara individual mulai menggarap proyek tersebut, maka waktu bersamaan dapat dikerjakan persiapan bagi pelaksanaan sebuah konsep yang bersifat integral. berikut proyek persiapan kegiatan tersebut:

* proyek pembinan hubungan antar pesantren, guna mengatasi kekurangan terpokok dalam struktur kehidupan pesantren di negeri kita dewasa ini: tidak ada pimpinan efektif yang ditunduki oleh semua kalangan pesantren, seperti telah dikemukakan di atas. sebagai akibat, tidak akan dapat tersusun pula garis kebijaksanaan lengkap yang diikuti oleh semua pihak

* pengembangan nilai-nilai sosial budaya di kalangan warga pesantren secara lebih teratur. termasuk dalam kegiatan ini adalah penciptaan sebuah badan yang bertugas membuat penilaian periodik atas bahan-bahan pengajaran yang digunakan, dan proyek untuk mengusahakan penerbitan buku-buku wajib yang lebih sempurna bagi para santri

* kegiatan penelitian peranan pesantren di masyarakat, meliputi proyek-proyek berikut: berdirinya sebuah lembaga penelitian yang bersifat lanjut, penciptaan forum-forum bagi dialog yang konstan antara kalangan pesantren dan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan kita yang lainnya, serta berdirinya sebuah perpustakaan nasional yang mengumpulkan dan msngembangkan literatur tentang pesantren secara intensif. dari inventarisasi pemikiran-pemikiran dari dan tentang pesantren yang akan muncul dalam literatur itu, akan dapat kita ketahui secara tepat bagaimana pengarahan kebangunan pesantren dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya (hal 61-62)

Untuk bisa melakukan pembangunan maka harus ada watak mandiri, dan hal tersebut harus dimiliki pesantren. Untuk mengetahui watak mandiri pesantren maka harus dimengerti dulu latar belakang pertumbuhan pesantren itu, baik yang bersifat historis, kultural maupun sosial ekonomis. Lalu kita juga harus mengenal nilai-nilai utama yang berkembang di lingkungan pesantren. Watak mandiri yang dimiliki pesantren dapat dilihat dari 2 sudut yaitu dari fungsi kemasyarakatan pesantren secara umum dan dari pola pendidikan yang dikembangkan didalamnya. Dilihat dari fungsi kemasyarakatannya secara umum, pesantren adalah sebuah alternatif ideal bagi perkembangan keadaan yang terjadi di luarnya. Sedangkan dari pola pendidikan yang dikembangkan didalamnya watak mandiri pesantren dapat dilihat baik dalam sistem pendidikan dan strukturnya maupun dalam pandangan hidup yang ditimbulkannya dalam diri santri.

Mungkin tulisan saya kurang dapat menjelaskan pemikiran dari Gus Dur dalam buku ini. Namun melalui buku ini kita bisa mengetahui bahwa sebenarnya pesantren juga memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan baik itu melalui individu-individu yang dicetak maupun mengubah pola kehidupan masyarakat disekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun