Mohon tunggu...
Oscar Oyi
Oscar Oyi Mohon Tunggu... -

a man in punk

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang Seorang Wanita

20 April 2013   16:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:53 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suaranya masih merdu.  Hanya bermodal sawut sepiring, lupis seadanya, beberapa cenil, dan gula merah, terik matahari ia lawan.  Harga yang tidak sepadan dengan kerja keras, melalui hari bertetangga debu.

Malang adalah kota, trotoar itu saksinya.  Riwa-riwi pengunjung pasar di seberang jadi penyemangat.  Serasa muda meski badan sudah berat.  Kadangkala saya pikir, kemana anak-anaknya? Atau apakah ia terlalu tegak untuk dirawat? Anda dapat menjadi saksi perjuangan hidup ini di daerah Gadang, Kota Malang.  Distrik yang tersohor dengan terminal.  Disana sebuah makam luas jadi penanda.  Berseberangan dengan SD induk yang bersebelah pasar.  Mungkin ibu ini tidak kuasa lagi menyeberang jalan ramai untuk mencapai pasar, hingga cukup berada di seberangnya saja. Yang dijualnya sebuah makanan tradisional.  Selera menengah ke bawah, tidak semua orang suka.  Tapi lestarinya juga pertanda bahwa taraf hidup tinggi masih impian kebanyakan. Omzetnya pun saya kira sedikit.  Mungkin penghasilan maksimal sehari dua puluh ribu.  Itu pun jika habis dagangan hari ini ditebas orang-orang baik. Istimewanya, konsistensi.  Istimewa lagi, kerasnya keinginan untuk survive. Bertahan hidup, sebagai syukur nikmat atas rezeki yang telah dilimpahkan Tuhan pada tubuh.  Pada suara, pada usia.  Tempaan zaman yang sudah berlalu adalah pelajaran.  Kini, pembuktian. Semoga tetap mulia ia disana.  Senantiasa dipertemukan pembeli baik yang bukan hanya menginginkan makanan, tetapi pula kebaikan.  Pembeli yang membeli bukan sekedar untuk dikonsumsi, tetapi berbagi.  Semoga tidak ada pengganggu yang khilaf pada masalah, sehingga mencari sasaran yang lemah.

13664495141875754744
13664495141875754744
Oh, iya, semoga Anda juga punya kesempatan kesana. Sekedar bersaksi, atau baiknya juga membeli. Sebagai pengingat bahwa saya dan Anda juga sama, akan berakhir tua. Dan ditinggal orang-orang tercinta.

13664496951124514131
13664496951124514131
Foto ini diambil sebelum pohon di sebelahnya itu menjadi lahan atribut kampanye pasangan calon walikota Malang. Maunya saya foto lagi kemarin, dengan view yang lebih jelas.  Tapi keduluan ditempelin baliho. Jadi ogah mau foto.  Ini saja, ya, semoga potret suasananya bisa Anda tangkap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun