[caption id="attachment_206721" align="alignleft" width="300" caption="(sumber: http://chossi.wordpress.com/2009/09/18/jangan-matikan-hapemu-di-pesawat/)"][/caption] Salah satu aturan di dalam kabin pesawat yang seringkali membuat penumpang menggerutu dan para pramugari gregetan adalah dilarangnya menyalakan HP (handphone) saat di dalam kabin pesawat. Penumpang menggerutu wong ini HP-HPnya sendiri kok dilarang digunakan he..he...sementara para pramugari selalu takut mendapat teguran dari atasannya kalau ditemukan masih ada penumpang yang menyalakan HP saat pesawat sudah dalam persiapan take off. Bulan lalu saat bersama keluarga terbang dari Balikpapan ke Jakarta menggunakan pesawat Garuda versi Citilink (biar agak keren sedikit nih he..he..) lagi-lagi saya menemui adegan yang membuat gregetan ini. Ceritanya siang itu hampir semua penumpang sudah masuk ke dalam kabin. Tapi entah kenapa kok pintu belum ditutup-tutup juga. Ternyata masih ada 2 penumpang yang masih tertinggal. Dan benar saja 2 orang ibu-ibu memasuki kabin pesawat dengan tergesa-gesa di hadapan tatapan mata para penumpang lain yang sudah duduk manis di kursinya. Ah....lagi-lagi pemandangan menyebalkan itu terjadi di depan mata saya. Salah seorang ibu tersebut memasuki kabin dengan salah satu tangannya masih memegang HP dan masih berbicara melalui HP-nya. Padahal di belakangnya beberapa pramugari dengan muka agak masam sudah meminta mereka untuk segera duduk dan meletakkan bawaannya di tempatnya. Eh...si ibu tersebut masih aja ngobrol lewat HP-nya tersebut, kayak nyawanya mau copot saja kalau jauh dari HP-nya he..he... Kebetulan tempat duduknya sederetan dengan saya hanya mereka di seberang. Wah, dalam situasi seperti itu, saya nguping si ibu itu masih aja ngobrol macam-macam, yang dia hampir ditinggal pesawatlah, yang dia kebagian duduk di bagian paling belakanglah dan bla-bla-bla, sambil tertawa-tawa lagi. Kayaknya si ibu ini tidak peduli kalau dia sudah terlambat dan pesawat sudah harus segera bergerak ke landasan pacu. Dan ini adegan yang saya suka. Salah satu pramugari yang mengenakan seragam kasual T-shirt ala anak muda itu dengan gagah gemulainya memperingatkan si ibu untuk segera mematikan HP-nya. Si ibu menjawab, sebentar ya Mbak (sialan, mungkin begitu batin sang pramugari, emangnya siapa dia he..he...). Habis itu masih sempat-sempatnya dia menyerahkan HP tersebut ke temannya untuk melanjutkan obrolannya lewat HP. Saya, yang kebetulan duduk di seberangnya saja sudah bete nggak karuan dengan polah si ibu ini. Kalau saja dia anak buah saya, sudah saya beri surat peringatan tingkat 3 ibu ini he..he...Untungnya sang pramugari datang kembali dan kali ini meminta si ibu mematikan HP-nya. Bahkan dia tunggui sampai si ibu itu benar-benar mematikan HP-nya. Demikianlah, sang pramugari cantik tersebut akhirnya berhasil melaksanakan tugas dengan baik, plok..plok...plok...... Sepengetahuan saya, belum banyak maskapai penerbangan domestik yang benar-benar menegakkan aturan tentang HP ini, dalam arti pramugarinya benar-benar mau bersikap galak terhadap penumpang model seperti ibu di atas. Yang saya lihat Garuda, Citilink dan Mandala sudah lumayan galak dalam urusan seperti ini. Semoga yang lainnya juga begitu. Malah untuk pesawat Mandala ada kejadian yang lebih ekstrim lagi. Anda bisa baca di sini. Pada akhir Desember 2009 yang lalu, seorang ibu dan 5 anggota rombongannya dikeluarkan secara paksa dari Pesawat Mandala RI-103 dengan rute Pekanbaru - Batam. Ceritanya si ibu tersebut (kok lagi-lagi ibu ya, maaf pemilihan tokoh tidak disengaja lho he..he..) terus-menerus berbicara lewat HP-nya saat pesawat mulai bergerak ke landasan pacu. Pramugari sudah meminta untuk HP-nya dimatikan tapi sang ibu membandel. Malah dia sempat berjalan menuju ruang pilot dan menggedor-gedor pintu ruang pilot. Katanya, dia minta sang pilot menghentikan pesawatnya dahulu supaya suaminya yang tertinggal bisa ikut naik juga. Weleh...weleh....memangnya pesawat itu sama dengan bemo kali ya menurut ibu itu he..he.. Atas kejadian ini sang pilot menghentikan pesawat dan menelpon petugas keamanan bandara untuk menangkap paksa ibu itu dengan dakwaan mengganggu keselamatan penerbangan. Bahkan pihak Mandala tetap meneruskan proses hukum terhadap kelakuan ibu ini berdasarkan UU no.1/2009 dengan tuntutan maksimal 15 tahun penjara dan denda 100 - 500 juta rupiah. Secara pribadi saya mendukung tindakan sang pilot tersebut karena memang hal itulah yang harus dilakukan untuk menjaga keselamatan penumpang yang lain. Ibu itu masih mending, kalau di Amerika Serikat, bisa-bisa ibu-ibu tersebut langsung digelandang dan diinterogasi oleh petugas Homeland Security yang terkenal galak-galak itu dengan tuduhan terorisme. Cuma yang membuat saya heran, seringkali orang-orang Indonesia mau taat aturan mematikan HP kalau naik pesawat maskapai asing seperti Singapore Airlines, Silk Air atau sejenisnya, sementara mereka memandang remeh aturan itu di maskapai nasional. Apakah ini watak inlander sebagian warga Indonesia yang lebih takut pada orang asing ketimbang pada teman sendiri ?! Sekedar informasi mungkin bisa membantu kita memahami aturan mematikan HP di kabin pesawat ini sehingga kita tidak akan menggerutu lagi kalau ditegur oleh awak kabin. Kebetulan tugas akhir saya dulu adalah membuat devais mikroelektronika lalu meneliti pengaruh radiasi sinar X terhadap unjuk kerjanya. Secara kasar, apapun gelombang elektromagnetika-nya (entah sinar X, gelombang infra merah, ultraviolet dan lainnya) ternyata bisa mempengaruhi unjuk kerja peralatan mikroelektronika kita. Apalagi kalau energi gelombangnya sangat besar ditambah lagi dengan kualitas mikroelektronik kita yang tidak bagus, semakin cepatlah penurunan unjuk kerja peralatan kita. Karena itulah, setiap peralatan elektronika yang menggunakan gelombang eletromagnetika diwajibkan untuk lulus uji electromagnetic compatibility. Kalau Anda membuka-buka buku manual HP Anda, seharusnya tercantum juga tentang hal ini. Dengan pengujian ini bisa dipastikan bahwa gelombang elektromagnetika yang dipancarkan oleh peralatan tersebut tidak berinterferensi dan mengganggu peralatan lain yang juga menggunakan gelombang elektromagnetika. Masih penasarankah Anda, memangnya ada apa kalau terjadi interferensi ? Ini sekedar contoh. Saya bekerja di sebuah industri yang banyak menggunakan kompressor dan turbin sebagai penggeraknya. Ngomong-ngomong tentang turbin, mirip-miriplah dengan turbin yang nyantol di sayap pesawat itu. Dulu, pernah ada seorang karyawan yang menggunakan Radio HT dekat kompressor dan tiba-tiba kompresornya mati. Usut punya usut, terjadi interferensi antara gelombang elektromagnetika yang digunakan oleh Radio HT dengan peralatan elektronika yang mengendalikan kompresor tersebut sehingga membuat pengendali terganggu dan kemudian berbuntut pada matinya mesin. Bayangkan kalau yang mati itu mesin turbin pesawat Anda. Tapi sekarang kan teknologi sudah sedemikian canggih ? Benar, teknologi sudah canggih. Mesin elektronika pengendali pesawat juga sudah sedemikian canggih karena pada prinsipnya tingkat integritas keselamatan penerbangan adalah SIL level 4 (tingkat keselamatan yang paling tinggi), dalam artian didesain tidak ada toleransi terhadap fault, kesalahan. Tapi elektronika juga punya umur, semakin tua umurnya, semakin turun juga unjuk kerjanya. Begitu juga HP Anda. Mungkin saja HP Anda keluaran terbaru dan sudah dilengkapi dengan sertifikat "electromagnetic compatibility" sehingga tidak mungkin akan mengganggu peralatan di pesawat. Tapi bagaimana tentang HP penumpang-penumpang yang lain ? Siapa tahu HP mereka masih berteknologi kuno (seperti punya saya he..he..). Siapa tahu HP mereka adalah HP rekondisi yang didapat dari Glodok sana ?! Siapa tahu HP mereka adalah merek yang nggak jelas dari Cina atau selundupan dari mana sehingga tidak yakin sudah lulus ujian electromagnetic compatibility ?! Saya yakin Anda pasti masih mendebat teori saya tersebut. Baiklah, saya mengaku, anggap saja kemungkinan terjadinya interferensi adalah sangat kecil (asumsinya semua HP milik penumpang adalah sudah keluaran baru semuanya). Tapi bagaimana kalau kemungkinan yang kecil itu tetap saja akan terjadi ? Kalau kejadiannya di mobil, kereta api atau kapal laut mungkin kendaraan akan mogok dan tinggal diderek saja untuk diperbaiki di bengkel. Tapi kalau kejadiannya di pesawat yang sedang terbang ? Masak Anda berharap Gatotkaca atau Superman akan datang menolong Anda ? he..he... (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 28 Juli 2010)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H