Mohon tunggu...
Osa Kurniawan Ilham
Osa Kurniawan Ilham Mohon Tunggu... profesional -

Sebagai seorang musafir di dunia ini, menulis adalah pilihan saya untuk mewariskan ide, pemikiran, pengalaman maupun sekedar pengamatan kepada anak cucu saya. Semoga berguna bagi mereka...dan bagi Anda juga. Beberapa catatan saya juga tercecer di http://balikpapannaa.wordpress.com ataupun di http://living-indonesiacultural.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Yang Lucu, Unik dan Menarik Ketika Terbang (tulisan ke 26)

24 Juli 2011   13:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:25 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1311514497143894883

Excess bagage atau kelebihan muatan juga menjadi isu penting bagi maskapai penerbangan di luar negeri. Selain berkaitan dengan kepentingan keselamatan penerbangan, isu ini juga sangat berkaitan dengan kepentingan bisnis. Karena itu, kalau isu ini dikelola dengan kreatif dan cerdas pastilah akan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit terhadap maskapai penerbangan. Harap maklum, beberapa maskapai penerbangan komersial juga memanfaatkan bagasinya untuk melayani jasa pengiriman kargo lho. Sebagai salah satu maskapai berbiaya rendah (low cost carrier) di Eropa, saya mengenal Ryanair sebagai maskapai yang benar-benar menjalankan bisnisnya dengan efisien. Saya pernah cerita kalau 3 tahun lalu pernah mendapatkan tiket Barcelona - Roma hanya dengan harga 10 Euro, dan itu sangat-sangat membantu saya saat berpetualang menjelajah Eropa saat itu. Tapi tahukah Anda ada apa di balik harga 10 Euro itu? Ada syarat dan ketentuan yang berlaku di balik harga semurah itu, yaitu harga itu hanya berlaku untuk muatan yang bisa dibawa ke dalam kabin. Kalau membawa muatan lain yang harus dimasukkan ke bagasi, maka penumpang harus membayar ongkosnya dengan harga yang relatif mahal. Untungnya, saya sudah membaca dengan teliti syarat dan ketentuannya tersebut. Lagian saat itu saya berkelana sebagai backpacker, jadi hanya tas yang melekat di punggung saja yang saya bawa ke mana-mana. Padahal tas punggung saya itu kayak tas Doraemon lho, di dalamnya ada laptop, ada beberapa stel baju dingin, mie instan, biskuit, kamera, buku dan barang-barang printhilan yang lain. Nah saya sempat kuatir kalau tas punggung ini diharuskan dimasukkan ke bagasi karena ukurannya yang agak besar itu. Tapi waktu saya check-in di Girona Barcelona, oleh petugasnya saya diijinkan membawa masuk ransel saya itu ke kabin. Jadi benar-benar saya terbang dengan harga 10 Euro jadinya. Saya pernah cerita ada kejadian mengenai kelebihan muatan saat mau pulang dari kunjungan pertama saya ke Paris. Karena itu kunjungan pertama, jadi saya benar-benar masih polos-polos saja saat itu. Namanya juga habis dari konferensi, maka koper yang saya bawa sekarang agak membengkak beratnya karena ketambahan beberapa buku dan brosur berisi materi konferensi. Belum lagi harus beli oleh-oleh, dan belum lagi ada titipan dari beberapa teman kerja di sana untuk teman-teman di Indonesia. Saya sudah memilah-milah mana yang harus ditinggal, tapi sepertinya beratnya tidak berkurang. Padahal kelebihan muatan yang dijatahkan oleh perusahaan hanya 10 kg saja. Tapi menjadi orang baik ternyata memang tidak ada ruginya kok. Saat bertemu dengan sang Madamme di lapak check-in Air France, muatan saya ternyata seberat 13 kg. Padahal biaya kelebihan muatannya sangat mahal lho, 30 Euro per kilogramnya. Beruntung sebelum ritual penimbangan saya berusaha bersikap baik dan ramah dengan sang Madamme yang cantik itu. Kami ngobrol ngalor kidul selama proses check-in itu. Dia sangat senang saat mengetahui saya orang Indonesia, bukan karena naksir saya he..he.. tapi karena dia juga memiliki adik yang tinggal di Bali bersama suaminya. Dan tahukah Anda ternyata orang Perancis bisa ketularan virus fleksibilitas kala berteman dengan orang Indonesia? Itu nyata kala dengan senyum manisnya sang Madamme mengatakan walau saya kelebihan muatan seberat 13 kg, dia akan mencatatnya menjadi 10 kg saja. Nah lho. Dan tentu saja saya menyambut kebaikan sang Madamme dengan memberikan senyum termanis yang saya punya saat itu. Pada kunjungan yang kedua ke Perancis saya mulai berpengalaman. Rute saya sama yaitu Silk Air (Balikpapan - Singapura), Air France (Singapura - Paris) dan Air France (Paris - Pau). Untuk menghemat biaya kelebihan muatan saat berangkat, saya memberanikan dulu untuk memanfaatkan fasilitas connection flight antara Silk Air (Singapore Air) dengan Air France. Kenapa harus memberanikan diri, karena sudah pernah memiliki pengalaman buruk dengan fasilitas itu saat berkunjung ke Amerika Serikat dulu (saya pernah ceritakan hal ini dalam tulisan sebelum-sebelumnya). Akhirnya saya masukkan muatan saya ke Silk Air untuk kemudian dialihkan ke Air France sesuai dengan tiket saya. Jadi saya hanya membayar kelebihan muatan di Balikpapan saja, dan tidak perlu membayar lagi saat check-in di Singapura nanti. Lebih irit kan? Dan ternyata tidak ada masalah dengan muatan saya, tidak ada yang hilang atau tertinggal seperti dulu. Mungkin itu karena saya menanyakan berkali-kali ke petugas check-in di Changi Singapura untuk memastikan bahwa bagasi saya sudah dialihkan dari Silk Air ke Air France. Masalah baru muncul saat saya mau melanjutkan penerbangan ke Pau. Soalnya saya harus mengambil semua bagasi saya di Bandara Charles de Gaulle Paris dulu lalu pergi dengan taksi ke Bandara Orly di Paris untuk melanjutkan penerbangan ke Pau. Nah, saat check-in di Orly inilah saya baru mendapat masalah mengenai muatan. Ternyata jatah muatan saya dengan isteri saya berbeda beratnya. Bukan hanya berbeda jatah, saya juga kebingungan berbicara dengan madamme-madamme di lapak check-in Air France di Orly itu. Tidak hanya saya, mereka juga bingung. Harap maklum, Bahasa Perancis saya masih grothal-grathul sementara Bahasa Inggris mereka patah-patah. Jadi kloplah kebingungan di antara kedua pihak itu. Solusi yang saya dapatkan dari mereka juga luar biasa aneh. Saya sudah bilang, kalau memang terpaksa harus membayar biaya kelebihan muatan saya mau membayarnya. Tapi mereka memaksa saya untuk tidak perlu membayarnya. Mereka menyarankan kepada saya supaya mengurangi berat muatan dalam koper saya. Caranya dengan mengeluarkan beberapa isi koper saya lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik yang mereka. Saran mereka sih sebenarnya sederhana. Tapi untuk melakukannya itu yang membuat kikuk. Bayangkan, sudah capek-capek saya dan isteri mempersiapkan koper kami dan sekarang harus dibuka di dalam bandara lalu dipilihi lagi untuk dipindahkan ke kantong plastik. Apalagi banyak barang-barang pribadi di dalam koper, entah apakah calon penumpang lain melihatnya. Yang jelas, kami jadi penumpang yang paling sibuk pada pagi itu he..he..Dan inilah kantong plastik itu akhirnya. Ini untuk bela-belain supaya tidak membayar biaya kelebihan muatan. [caption id="attachment_124800" align="aligncenter" width="300" caption="Kantong plastik itu (koleksi pribadi)"][/caption] Ceritanya belum berhenti sampai di sini. Saat kami harus kembali ke Indonesia dengan berat muatan yang tentu saja bertambah (maklum sudah 3 bulan hidup di negeri orang), kami tidak menjumpai hal-hal yang ribet seperti di atas. Semuanya berjalan dengan lancar. Saya hanya membayar kelebihan muatan sebesar 100 Euro untuk semua kelebihan yang ada. Itu pun saya cuma membayar sekali karena lepas dari Pau saya tidak pernah lagi melihat koper-koper saya itu sampai kemudian saya tiba di Balikpapan, dua hari kemudian. Padahal saya sempat menginap semalam di Singapura lho. (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 25 Juli 2011)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun