Saya bermaksud menulis secara berseri pengalaman kami sekeluarga saat berwisata di Sulawesi Utara beberapa tahun yang lalu. Semoga bisa berguna bagi para pembaca dan bisa menjadi sekedar info kalau mau jalan-jalan ke Manado dan sekitarnya.
Â
Â
Di tahun pertama kami tinggal dan bekerja di Balikpapan, kami sudah putuskan untuk segera berkunjung ke Manado mengingat pengalaman buruk di masa lalu di mana kesibukan kerja seringkali menghambat rencana untuk menikmati obyek wisata di mana kami dulu bekerja. Jadi tanpa pikir panjang kami putuskan untuk berangkat di tahun itu juga, 2006.
Â
Â
Sedikit tip dari kami, lebih murah ongkos pesawat ke sana saat habis liburan Lebaran ketimbang saat liburan Natal. Tentu saja ini diakibatkan pas Natal seringkali menjadi saat-saat sibuk teman-teman Manado yang Kristen untuk mudik ke kampung halamannya. Memang kelemahannya, kalau tidak pas Natal, Anda akan kehilangan momen kemeriahan Natal di sana, sesuatu yang tidak akan Anda jumpai di daerah-daerah lain di negeri tercinta ini.
Â
Â
Bersyukur bahwa di tahun 2006 itu, lebaran jatuh di minggu terakhir bulan November jadi saat kami ke sana ongkos pesawat tidak terlalu mahal karena belum peak season, tapi kami juga tidak kehilangan momen melihat persiapan Natal di sana karena biasanya di minggu terakhir ada pawai Natal yang sangat meriah di sana.
Â
Â
Berangkat dari Balikpapan jam 20.00, kami mendarat di Bandara Sam Ratulangi Manado sekitar jam 22.00. Dan kemudian sesuai dengan perjanjian sebelumnya kami pun dijemput dan diantar oleh pemilik villa tempat kami menginap, yaitu Onong Palace di Tomohon. Kalau Anda bertanya kenapa langsung pemilik villa yang menjemput kami (nantinya juga akan mengantar kami pergi berkeliling Sulawesi Utara) semata-mata karena pegawainya lagi libur Lebaran jadi dia sendiri yang turun tangan.
Â
Â
Setelah 1 jam berjalan dengan mobil dari Manado ke Tomohon akhirnya hawa dingin terasa di kulit, tanda kami sudah sampai di Onong Palace. Bagus juga villa ini. Kalau Anda tertarik Anda bisa melihatnya di www.onongpalace.com.
Â
Â
Satu lagi tip dari kami. Kalau Anda pergi ke Tomohon, usahakan untuk sudah sampai di sana pada hari Jumat Malam. Supaya Anda tidak akan kehilangan momen menarik di hari Sabtu pagi saat pasar Tomohon sedang buka dengan meriahnya.
Â
Â
Sabtu pagi itu, kamipun sebenarnya tidak tahu dengan pasti kenapa pemilik villa membawa kami ke Pasar Tomohon sebagai obyek pertama yang harus kami kunjungi. Waktu kami bertanya, Pak Onong menjawab dengan senyuman khasnya, lihat saja nanti, nggak rugi kok.
Â
Â
Benar saja saat kami tiba di Pasar Tomohon kami disuguhi dengan suasana pagi yang meriah. Dikelilingi oleh bukit-bukit hijau yang asri, tampak Pasar Tomohon ini terlihat indah dengan hawa dinginnya. Hari Sabtu ternyata hari pasaran yang ramai bagi orang-orang Tomohon. Kami menjumpai para pedagang tanaman bunga hias dengan dagangannya yang menarik untuk dilihat. Demikian pula dengan pedagang sayur mayur, buah dan segalanya seperti di pasar-pasar lainnya. Beberapa kali kami melihat oma-oma yang menari-nari gembira saat iringan musik menggema di pasar, sesuatu yang jarang kami jumpai di pasar-pasar lain di Jawa maupun di Balikpapan.
Â
Â
Dan ternyata inilah yang mendebarkan dari Pasar Tomohon, yang tadi disembunyikan oleh Pak Onong untuk kami. Ternyata di hari Sabtu ini segala macam makanan hewani juga dijual di pasar ini. Mulai daging sapi, kerbau, ayam dan ikan lalu ini yang membuat jantung berdebar, juga ada babi, tikus, monyet, kelelawar.
Â
Â
Dari seorang teman Menado saya diberitahu memang di Tomohonlah mereka berani memakan apa saja. Isteri saya tidak berani mendekat saat orang-orang menjual tikus-tikus yang sudah diasap atau dibakar. Jangankan mendekat, melihat saja nggak he..he.. Dari keterangan Pak Onong, tikus-tikus yang dijual itu sebenarnya tikus-tikus hutan yang besar dan dagingnya gurih. Tapi terkadang tikus-tikus rumahan juga dijual juga kalau stok tikus hutan sedang menipis. Dari beberapa tikus yang diperdagangkan, memang kami melihat tampaknya ada beberapa di antaranya yang adalah tikus rumahan di sana, Cuma bentuknya yang agak panjang dan lebih besar dari tikus yang kita lihat di Jawa. Membayangkan tikus-tikus dimakan hiiiiiiii, takuuut he..he...
Â
Â
Di kios penjualan daging babi kami melihat ada kepala babi yang masih utuh hiiiii. Isteri saya sudah wanti-wanti untuk tidak memotret adegan yang mengerikan tersebut. Demikian juga di kios penjualan daging kelelawar, Anda akan menjumpai pemandangan yang mengerikan saat para kelelawar yang sudah disembelih itu dipotong-potong sayapnya.
Â
Â
Tapi ada satu kios yang sangat disukai oleh istri saya, yaitu kios ikan asap. Ada juga beberapa ikan Roa asap yang sudah siap diolah sebagai sambal ikan Roa. Karena cerita Pak Onong, kami pun membeli beberapa ikan Roa asap tersebut, Untuk kami buatkan sambal saat sudah sampai di Balikpapan nanti.
Â
Â
Lumayanlah pengalaman mendebarkan di hari Sabtu pagi ini. Indonesia memang negeri yang besar dengan suku bangsa yang beranekaragam dengan budaya dan kebiasaannya. Sayang kalau dilewatkan begitu saja.
Â
Â
(Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 17 Januari 2010)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H