Mohon tunggu...
Osa Kurniawan Ilham
Osa Kurniawan Ilham Mohon Tunggu... profesional -

Sebagai seorang musafir di dunia ini, menulis adalah pilihan saya untuk mewariskan ide, pemikiran, pengalaman maupun sekedar pengamatan kepada anak cucu saya. Semoga berguna bagi mereka...dan bagi Anda juga. Beberapa catatan saya juga tercecer di http://balikpapannaa.wordpress.com ataupun di http://living-indonesiacultural.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mendaki Gunung Mahawu di Tomohon

17 Maret 2010   04:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:22 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berikut ini adalah tulisan ke 5 dari serial reportase hasil berkunjung di Sulawesi Utara tahun 2006 yang lalu. Setelah pada hari pertama kami mengunjungi Pasar Tomohon, komplek Waruga dan menjelajahi hutan Tangkoko, pada hari kedua kami gunakan untuk mengunjungi Bunaken yang terkenal dengan terumbu karang itu. Nah, pada hari yang terakhir kami manfaatkan untuk mendaki Gunung Mahawu dan mengunjungi Danau Tondano dan Danau Linow. Berikut ini adalah pengalaman kami saat mendaki Gunung Mahawu.

 

 

 

Kalau Anda tinggal di vila-vila di Tomohon, Anda pasti akan disuguhi pemandangan indah berupa 2 gunung yang menjulang dan terlihat indah. Gunung yang lebih tinggi bernama Gunung Lokon dan gunung yang lebih rendah bernama Gunung Mahawu. Keduanya masih aktif, ditandai dengan asap yang yang masih mengepul dari kawahnya. Karena niat saya adalah untuk mengajak anak pertama (Laksmana) yang saat itu masih berumur 4 tahun, maka saya memilih Gunung Mahawu untuk kami daki.

 

 

 

Gunung Mahawu memiliki ketinggian 3.333 meter di atas ketinggian laut. Kalau Anda mau mendakinya, lebih baik Anda melakukannya di pagi hari sekitar jam 8 atau 9 serta lebih baik kalau cuaca pas tidak ada hujan. Juga bawalah bekal minuman atau makanan karena tidak ada warung atau toko di kaki gunung ini. Kawasan kaki Gunung Mahawu adalah hamparan kebun sayuran yang terlihat indah dengan kobis, kol maupun tanaman palawija yang lain.

 

 

 

Pendakian pun dimulai. Istri lebih memilih menunggu di mobil saja karena anak ke-2 kami Lentera yang saat itu masih berumur 1 tahun sudah tertidur. Karena itu saya hanya membawa si sulung saja. Anak saya senang karena pemilik vila; Pak Onong; mengajak anak lelakinya pula yang seusia dengan anak saya untuk mendaki gunung bersama kami. Beberapa ratus meter pertama kami masih melalui kebun sayuran. Itu pun pemandangan ke bawah sudah kelihatan indah. Kami bisa melihat pemandangan di mana mobil kami berada, yang ternyata indah sekali. Kami juga bisa melihat danau Tondano dari kejauhan. Indah sekali. Ditambah lagi dengan beberapa bunga dan serangga yang kami jumpai, perjalanan pun tidak terasa melelahkan.

 

 

Selanjutnya kami pun memasuki kawasan hutannya. Tapi rutenya tidak berat kok. Sudah ada jalan yang lumayan nyaman untuk dilalui. Kami juga bertemu dengan beberapa kelompok turis asing yang baru turun dari puncak. Tapi ada saat di mana anak saya merengek minta beristirahat dulu, membuat perjalanan ke puncak memakan waktu hampir 1,5 sampai 2 jam.

 

 

 

500 meter terakhir rute mulai berat dengan kemiringan lebih dari 60 derajat dan dipenuhi tanaman alang-alang. Ditambah lagi anak mulai merengek kecapekan dan minta digendong lengkaplah sudah penderitaan saya menuju puncak gunung he..he...

 

 

 

Tapi setelah sampai di puncak, lunaslah sudah rasa capek ini. Kami bisa melihat kawah Gunung Mahawu yang saat itu mengering. Kami juga bisa melihat kota Manado dari kejauhan dan ketinggian seperti itu. Tapi kalau Anda tidak membawa topi lumayan menderita juga karena teriknya sinar matahari di sana.

 

 

 

 

Setelah beberapa menit menikmati suasana di puncak gunung serta mengabadikan keberhasilan kami mendaki Gunung Mahawu, kami pun kembali turun gunung untuk melanjutkan perjalanan ke Danau Tondano dan Linow.

 

 

Sampai jumpa di tulisan berikutnya yang merupakan tulisan terakhir serial ini.

 

 

 

(Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 17 Maret 2010) .

 

 

Tulisan terkait:

1. http://wisata.kompasiana.com/2010/02/11/tidak-menyelam-di-bunaken/

2. http://wisata.kompasiana.com/2010/02/10/menemukan-tarsius/

3. http://wisata.kompasiana.com/2010/02/06/mengunjungi-kuburan-kuno-leluhur-minahasa/

4. http://wisata.kompasiana.com/2010/01/17/merasakan-suasana-horor-di-pasar-tomohon/

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun