Seandainya Pustaka Rayjarayja I Bhumi Nusantara benar dan catatan kisahnya valid, maka sebenarnya ada hubungan antara Kerajaan Salakanagara dengan Kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur. O, ya, sebenarnya beberapa prasasti tidak menyebut nama "Kerajaan Kutai", hanya karena posisi penemuan prasasti adalah di Muara Kaman Kutai makanya kerajaan tersebut diberi nama oleh para ahli sebagai Kerajaan Kutai. Riwayat berdirinya Kerajaan Kutai itu pun sebenarnya juga mirip dengan sejarah berdirinya Kerajaan Salakanagara, bukan melalui penaklukan tapi melalui pernikahan dengan penduduk asli. Penasaran ? begini ceritanya. Pustaka Rayjarayja I Bhumi Nusantara mencatat bahwa sebelum Kerajaan Kutai berdiri, di sana sudah terdapat sebuah komunitas desa dengan seorang pemimpin bernama Kudungga. Mirip dengan tokoh Aki Tirem dalam kisah berdirinya Salakanagara. Naskah kuno itu bercerita kalau Kudungga juga berasal dari India (sama seperti Dewawarman di Salakanagara), tapi beberapa ahli sejarah (misal Bernard H.M. Vlekke dalam Nusantara: Sejarah Indonesia) menduga bahwa Kudungga bukanlah nama Sansekerta dari India tapi nama khas orang Nusantara. Alkisah, masih menurut Pustaka yang sama, Kudungga ini berteman akrab dengan Prabu Dharmawirya yang adalah Raja Dewawarman VIII. Karena itulah ketika putra Dewawarman VIII yang bernama Aswawarman ini sudah besar, dinikahlah dia dengan puteri Kudungga. Mirip seperti kisah berdirinya Salakanagara, demikianlah sepeninggalnya Kudungga, Aswawarman diwariskan untuk memerintah wilayah Kutai tersebut sampai kelak menurunkan Mulawarman, raja yang paling besar sampai ke generasi ke 20 pada abad ke 16. Kalau merujuk pada Pustaka ini, terjawablah pertanyaan Bernard H.M. Vlekke dalam bukunya yang mempertanyakan tulisan di salah satu prasasti Muara Kaman bahwa Aswawarmanlah pendiri Dinasti Kutai, bukan Kudungga. Mengapa ? catatan dalam Pustaka karena Kudungga menurunkan anak perempuan sementara Aswawarman menurunkan anak laki-laki. Tapi saya pikir asumsi Pustaka ini terlalu sederhana. Menurut saya, mungkin Kudungga saat itu masih menjalankan kepemimpinan secara adat dalam komunitasnya, mirip seperti komunitas-komunitas purba di Nusantara yang lebih menonjolkan kekeluargaan. Sementara Aswawarman sudah mendapatkan model sebuah kerajaan (sistem, peraturan dan tata cara pemerintahan) dari India ataupun dari Salakanagara. Sehingga model kerajaan seperti itulah yang diadopsinya untuk membangun sebuah dinasti kerajaan di Kutai tersebut. [caption id="attachment_205415" align="aligncenter" width="295" caption="Prasasti Kutai Muara Kaman. (sumber: www.kebudaya.cc.cc)"][/caption] Ngomong-ngomong, apa sih bunyi prasasti pertama di Muara Kaman tersebut ? Saya mengutipnya (sekaligus terjemahannya) dari www.kebudaya.cc.cc sebagai berikut: Crimatah cri-narendrasya, Kundungasya mahatmanah, Putro cvavarmmo vikhyatah, Vancakartta yathancuman, Tasya putra mahatmanah, Trayas traya ivagnayah, Tesan trayanam pravarah, Tapo-bala-damanvitah, Cri mulavarmma rajendro, Yastpa bahusuvarnnakam, Tasya yajnasya yupo yam, Dvijendrais samprakalpitah. ("Sang Maharaja Kudungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aswawarmman namanya, yang seperti sang Angsuman (=dewa matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mulawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (salamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh pra Brahmana.") Ahli sejarah meneliti bahwa prasasti ini menggunakan huruf Pallawa (yang berkembang di Abad-5 M) dan menggunakan Bahasa Sansekerta. Karena itulah Bernard Vlekke menduga bahwa prasasti tersebut hasil karya orang India, atau hasil karya orang asli Muara Kaman yang sangat menguasai Bahasa Sansekerta atau mungkin malah sudah menganut Agama Hindu. Dari sinilah Bernard Vlekke berasumsi bahwa telah terjadi asimilasi gradual dari komunitas asli Nusantara (yang diwakili oleh Aki Tirem di Salakanagara atau oleh Kudungga di Kutai) ke peradaban Hindu (diwakili oleh Dewawarman di Salakanagara atau oleh Aswawarman di Kutai). Salah satu contoh asimilasi budaya itu adalah penyebutan di prasasti akan adanya tugu batu untuk mengorbankan hewan kepada dewa (yang mirip dengan ritual komunitas Nusantara kuno) sementara di India saja sangat jarang dijumpai tugu pengorbanan sejenis. Jadi inilah yang disebut adaptasi budaya asing oleh orang Nusantara sehingga berkembang menjadi budaya khas Nusantara. Sejarah yang sama terulang pada kesenian batik dan wayang, yang mana walaupun diduga berasal dari India tapi orang Nusantara sudah memodifikasinya sedemikian rupa sehingga memunculkan ciri khas budaya Nusantara. Jadi mengertikah Anda sekarang kenapa alam bawah sadar orang Indonesia akan marah kalau ada klaim sepihak dari pihak lain terhadap bentuk budaya Indonesia ? [caption id="attachment_205417" align="aligncenter" width="225" caption="Prasasti/Yupa Muara Kaman Kutai. (sumber: http://www.tenggarongbox.com/tenggarong/berita-terbaru/sejarah-kesultanan-kutai-kartanegara/)"][/caption] Dari sumber yang sama saya mengutip bunyi prasasti berikutnya: Crimad-viraja-kirtteh Rajnah cri-mulavarmmanah punyam Crnantu vipramukhyah Ye canya sadhavah purusah Bahudana-jivadanam Sakalpavrksam sabhumidanan ca Tesam punyagananam Yupo yam stahipito vipraih ("dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang terkemuka, dan sekalian orang baik lain-lainya, tentang kebaikan budi Sang Mulawarmman, raja besar yang sangat mulia. Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan atau semata-mata pohon Kalpa (yang memberi segala keinginan), dengan sedekah tanah (yang dihadiahkan). Berhubungan dengan semua kebaikan itulah tugu in didirikan oleh para Brahmana (sebagai peringatan).") Diceritakan di situ bahwa Raja Mulawarman sangat baik hatinya dan sering memberikan sedekah. Prasasti berikutnya adalah: Sri-mulavarmmana rajna Yad dattan tila-patvvatam Sa-dipamalaya sarddham Yupo yam likhitas tayoh "Tugu ini ditulis untuk (peringatan) dua (perkara) yang telah disedekahkan oleh Sang Raja Mulawarmman, yakni segunung minyak (kental), dengan lampu serta malai bunga." Lihatlah, Raja Mulawarman sudah mendirikan PLN (Perusahaan Listrik Negara) lho, walaupun masih berbentuk pelita dengan BBM (bahan bakar minyak)-nya he..he.... Sementara sampai sekarang mayoritas pembangkit listrik di Kalimantan Timur masih menggunakan solar lho (bukan gas bumi), jadi masih sama dengan PLN jaman Mulawarman, 1600 tahun yang lalu. Prasasti yang keempat (dari sumber kutipan yang sama): Srimato nrpamukhyasya Rajnah sri muavarmmanah Danam punyatame ksetre Yad dattam vaprakesvare Dvijatibhyo gnikalpebhyah Vinsatir nggosahasrikam Tasya punyasya yupo yam Krto viprair ihagataih ("Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahman yang seperti api, (bertempat) di tanah yang sangat suci (bernama) Waprakeswara. Untuk (peringatan) akan kebaikan budi yang raja itu, tugu ini telah dibuat oleh para brahmana yang datang di tempat ini".) Ini yang membuat saya geleng-geleng kepala. Tahun 400-an Masehi, Raja Mulawarman sudah bisa mempersembahkan 20.000 ekor sapi. Sementara di tahun 2010 ini, Gubernur Kalimantan Timur mengumumkan bahwa populasi sapi di Kalimantan Timur adalah 94.000 ekor (menurut berita di http://ramayamakmur.wordpress.com/2010/02/02/kaltim-pacu-populasi-sapi-potong/). Bandingkan, selama 1600 tahun di daerah yang sama terjadi kenaikan sapi hanya sebesar 500 %, padahal yang saya bandingkan hanyalah sapi persembahan Raja Mulawarman saja. Sekedar info, di tahun 2007 kita mengimpor 496.000 ekor sapi dari Australia. Dan ironisnya Kepala Bulog pernah juga tersandung urusan impor sapi fiktif ini. Artinya apa ? Tolong ditafsirkan sendiri ya he..he.... Berikut ini adalah prasasti kelima (dari sumber kutipan yang sama): Sri-mulavarmma rajendra (h) sama vijitya parttya (van) Karadam nrpatimms cakre yatha raja yudhisthirah Catvarimsat sahasrani sa dadau vapprakesvare Ba ... trimsat sahasrani punar ddadau Malam sa punar jivadanam pritagvidham Akasadipam dharmmatma parttivendra (h) svake pure ... ... ... ... ... ... ... mahatmana Yupo yam sth (apito) viprair nnana desad iha (gataih//) ("Raja Mulawarman yang tersohor telah mengalahkan raja-raja di medan perang, dan menjadikan mereka bawahannya seperti yang dilakukan oleh raja Yudisthira. Di Waprakeswara Raja Mulawarman menghadiahkan (sesuatu) 40 ribu, lalu 30 ribu lagi. Raja yang saleh tersebut juga memberikan Jivadana dan cahaya terang (?) di kotanya. Yupa ini didirikan oleh para Brahmana yang datang ke sini dari pelbagai tempat".) Bisa kita lihat di sini, Raja Mulawarman tidak hanya memekarkan wilayah saja tapi juga menyejahterakan wilayahnya. Termasuk urusan listrik, Raja Mulawarman sangat peduli untuk menyediakannya di seluruh wilayah kekuasaannya. Bandingkan dengan kondisi sekarang di mana terjadi krisis listrik di Kalimantan Timur dan menurut data PLN di tahun 2000, hanya 52% rumah tangga di Indonesia yang dapat mengakses listrik. Pada abad ke-13, Kerajaan Kutai (atau Kutai Martadipura) mendapatkan saingan baru yang sama-sama berada di tepi Sungai Mahakam, hanya lebih dekar ke muara. Namanya Kerajaan Kutai Kartanegara dengan rajanya Aji Betara Agung Dewa Sakti yang memerintah tahun 1300 - 1325 M. Kerajaan baru ini pada saat diperintah oleh Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa di abad ke-16 malah bisa menguasai Kerajaan Kutai Martadipura dan membentuk kerajaan baru bernama Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. [caption id="attachment_205418" align="aligncenter" width="300" caption="Antara Kutai Martadipura dan Kutai Kartanagara. (sumber: http://kesultanan.kutaikartanegara.com/)"][/caption] Sejak abad ke-17, Islam masuk ke sini dimulailah kesultanan Kutai Kartanegara dengan Sultan Aji Muhammad Idris sebagai sultan pertamanya (1735-1778). Demikianlah seterusnya sampai kemudian di tahun 1999 terbentuklah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Daerah Tingkat II Kutai. Bagaimana Kutai sekarang ? Sejak otonomi daerah, Kutai Kartanegara dikenal sebagai kabupaten terkaya dengan APBD sampai 3 triliun rupiah. Menurut saya wajar, karena di sini batubara sudah dieksploitasi besar-besaran dan di sini pula cadangan minyak dan gas bumi terbesar di Indonesia dieksploitasi. Tapi apakah kekayaan daerah ini berbanding lurus dengan kemakmuran rakyatnya ? Silakan baca sendiri berita-berita mengenai Kutai Kartanegara di surat kabar maupun di internet. Sebagai catatan, KPK beberapa tahun ini sangat senang menjalankan operasi anti korupsi di wilayah ini sehingga pernah mulai bupati, wakil bupati, beberapa jajaran DPRD, kepala dinas dan camat ada dalam tahanan. Untungnya, sekarang kabupaten ini sudah memiliki bupati sendiri. Dari hasil pilkada tahun ini, rakyat Kutai Kartanegara baru saja memilih puteri sang bupati sebelumnya untuk menjadi bupati masa jabatan 2010 - 2015. Vox Populi, Vox Dei. Sumber literatur: 1. Bernard H.M. Vlekke, Nusantara: Sejarah Indonesia, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2008. 2. http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kutai 3. http://kesultanan.kutaikartanegara.com/ 4. Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa 5. http://www.indonesiapusaka.org/mt3/archives/news/index.html 6. http://www.kebudaya.cc.cc/s1p_Prasasti_Kutai_atau_tiang_batu_Yupa_252066 7. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=12&dn=20070820120124 8. Bappeda Kutai Kartanegara, Monografi Kabupaten Kutai Kartanegara, 2008 (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 27 Juli 2010)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H