Kudeta adalah versi Indonesia dari kata berbahasa Perancis Coup d'etat. Istilah perancis Coup d'etat ini juga digunakan dalam Bahasa Inggris dengan arti harafiahnya adalah "pukulan, tiupan atau goncangan kepada pemerintah atau negara". www.wikipedia.org.id merujuk kepada Roget's International Thesaurus karangan Christopher Orlando dan Sylvester Mawson tahun 1962 mendefinisikan kudeta sebagai sebuah tindakan pembalikan kekuasaan terhadap seseorang yang berwenang dengan cara ilegal dan seringkali bersifat brutal, inkonstitusional berupa pengambilalihan kekuasaan, penggulingan kekuasaan sebuah pemerintahan negara dengan menyerang (strategis, taktis, politis) legitimasi pemerintahan kemudian bermaksud menerima penyerahan kekuasaan dari pemerintahan yang digulingkan. Kudeta akan sukses bila terlebih dahulu dapat melakukan konsolidasi dalam membangun adanya legitimasi sebagai persetujuan dari rakyat serta telah mendapat dukungan atau partisipasi dari pihak non-militer dan militer.Tapi saya tidak bermaksud memberi ceramah tentang ilmu politik atau ilmu militer di sini lho he..he.. wong saya bukan dosen atau pengamat politik dan militer seperti yang di teve-teve itu. Saya hanyalah pemulung data dan fakta sejarah Indonesia yang bertebaran di internet, buku dan surat kabat. Jadi kita fokus ke judul postingan ini ya. [caption id="attachment_201959" align="aligncenter" width="300" caption="Kudeta di Thailand 2006. (sumber: http://www.duplisea.ca/photos/2006/2006-Thailand.html)"][/caption] Ngomong-ngomong tentang kudeta, yang paling hangat di otak kita mungkin adalah kudeta di Thailand saat tanggal 20 September 2006 Angkatan Darat Thailand di bawah komando Jenderal Sonthi Boonyaratglin mengambilalih kekuasaan dari tangan PM Thaksin Sinawatra.Dalam sejarah Thailand paling tidak sudah ada 24 kali kudeta di negeri ini. Bagaimana dengan di Indonesia ? Para pengamat dan ahli politik dan militer juga pemerintah selalu berpendapat bahwa tidak ada tradisi kudeta di negara Indonesia termasuk di dalam tubuh TNI. Mungkin saja benar pendapat para ahli tersebut. Kalau menurut saya, sebagai sebuah institusi memang belum pernah ada dalam sejarah TNI melakukan kudeta, tapi tercatat dalam sejarah sekelompok orang anggota militer pernah melakukan percobaan kudeta. Cuma beda dengan di Thailand yang pemimpin kudetanya berani secara jantan tampil di muka umum, di Indonesia seperti kultur kita yang tidak mau membuka aib di muka umum dan senang memperhalus kata, jarang ada pemimpin percobaan kudeta yang berani menampilkan diri atau paling tidak pemerintah atau pejabat yang berwenang mengumumkannya secara resmi. Hal ini berdampak isu kudeta atau percobaan kudeta di Indonesia hanya sebatas gosip, isu, desas-desus, fitnah walau sebenarnya bisa dirasakan. Tapi kita tidak membicarakan hal itu, biarlah para cerdik pandai saja yang mendiskusikannya he..he... saya akan tampilkan sejarah berulang mengenai kudeta atau percobaan kudeta hasil saya memulung data sejarah yang bisa saya kumpulkan. Dalam bukunya "Detik-detik Yang Menegangkan", Habibie pernah melansir analisa percobaan kudeta yang dilakukan oleh Mayjen Prabowo Subianto tanggal 22 Mei 1998. Dalam bukunya, Habibie mengaku mendapatkan analisa itu setelah mendapat laporan dari Pangab Jenderal Wiranto bahwa terdapat konsentrasi pasukan Kostrad di kediaman Habibie di Kuningan tanpa sepengetahuan Pangab. Prabowo membantah adanya isu kudeta ini walaupun kemudian dia harus dicopot dari jabatannya dan kemudian mengambil pensiun dini dari dinas TNI. Peristiwa Malari 1974, beberapa ahli berpendapat bahwa kerusuhan ini adalah imbas dari kompetisi antara Letjen Ali Murtopo dan Jendral Sumitro yang bisa berakibat pada stabilitas kepemimpinan Soeharto. Karena itu Soeharto bertindak tegas dengan meng"kotak"kan keduanya dan mengangkat perwira baru yang lebih loyal padanya. 11 Maret 1966. Perlu diteliti lebih lanjut, tapi bisa dicatat bahwa beberapa orang menilai kalau Supersemar yang dikeluarkan pada hari itu sebenarnya adalah bentuk halus teknik kudeta merangkak dari Soeharto yang sudah dimulai sejak kegagalan kudeta gerakan G30S setahun sebelumnya dan akan berujung pada tahun 1967 saat Soekarno jatuh karena pertanggungjawabannya ditolak oleh Sidang Istimewa MPRS. 30 September 1965 malam sampai 1 Oktober 1965 sore. Letkol Untung, Komandan Batalion 1 Kawal Resimen Tjakrabirawa (jangan samakan dengan Komandan Tjakrabirawa lho) membawa beberapa kompi anggotanya dibantu oleh Pasukan Batalyon 530 Brawijaya Jawa Timur dan Batalyon 454 Banteng Raider Diponegoro Jawa Tengah (yang diinstruksikan datang di Jakarta oleh Pangkostrad Mayjen Soeharto dengan membawa perlengkapan siap tempur untuk melakukan defile di Acara Hari ABRI 5 Oktober 1965) melakukan usaha kudeta dengan menculik dan membunuh beberapa jenderal TNI AD dan perwira menengah. Menurut sejarah resmi pemerintah kudeta ini diotaki oleh PKI dan berhasil digagalkan oleh Mayjen Soeharto. 30 November 1957. Granat dilemparkan ke arah rombongan Presiden Soekarno yang tengah melakukan kunjungan ke Perguruan Cikini. 9 orang tewas, 104 luka-luka kebanyakan anak-anak sekolah yang berumur di bawah 15 tahun tapi Soekarno selamat walaupun 2 orang ajudannya harus menderita luka parah. Yang menjadi tertuduh adalah Kolonel Zulkifli Lubis tapi yang bersangkutan menolak tuduhan tersebut. Yang mendapatkan vonis mati adalah 3 orang yang didakwa melemparkan granat tersebut. 17 Oktober 1952. Sepasukan tentara di bawah Nasution melakukan demonstrasi dan pengepungan terhadap Istana Merdeka dan gedung Parlemen dengan cara mengarahkan moncong meriam ke arah gedung tersebut. Aksi ini untuk mengintimidasi Presiden Soekarno untuk membubarkan parlemen karena sudah dianggap terlalu ikut campur dalam urusan internal tentara. Tapi aksi ini gagal karena kharisma Soekarno yang mengatakan tidak mau menjadi diktator yang membubarkan parlemen. September 1948. PKI pimpinan Musso dibantu oleh beberapa laskarnya dan beberapa kompi anggota TNI (misal batalyon Sudigdo) melakukan kudeta di Madiun dengan mendirikan Negara Soviet Republik Indonesia. Kudeta ini secara cepat berhasil digagalkan oleh TNI dan beberapa laskar rakyat lain. 3 Juli 1946. Sekelompok anggota TNI pimpinan Mayjen Sudarsono didukung oleh beberapa laskar rakyat dari Persatuan Perjuangan pimpinan Tan Malaka dan beberapa tokoh yang lain menculik PM Sutan Sjahrir, kepala pemerintahan saat itu. Alasan kudeta adalah ketidaksetujuan mereka terhadap strategi kooperatif Sjahrir yang lebih mengutamakan diplomasi ketimbang perjuangan bersenjata. Kudeta gagal dan beberapa pimpinannya dijatuhi hukuman penjara. Beberapa fakta sejarah di atas adalah deretan kudeta (entah gagal atau berhasil, entah diakui sebagai kudeta atau memang kenyataannya adalah mirip kudeta he..he..) yang pernah dicatat dalam sejarah Indonesia setelah merdeka. Saya tidak akan mengulasnya lebih dalam, karena mungkin dalam serial selanjutnya saya akan kembali ke fakta-fakta sejarah di atas. Lalu bagaimana tentang kudeta di Nusantara sebelum kemerdekaan 17 Agustus 1945 ? Wooww banyak sekali. Karena memang saat itu Nusantara terdiri atas kerajaan-kerajaan (besar atau kecil) yang terkadang sejarahnya dibumbui oleh kisah kudeta dan perebutan kekuasaan untuk menjadi raja atau sultan. Bisa dicatat adalah kisah kudeta yang terjadi jaman Kerajaan Mataram Hindu, Kerajaan Kadiri, Singosari, Majapahit bahkan sampai di jaman Kerajaan Mataram Islam. Nah, orang sering menyebut bahwa kudeta pertama di Nusantara adalah saat Ken Arok membunuh Adipati Tunggul Ametung dengan keris buatan Empu Gandring. Kudeta ini berhasil di mana Ken Arok kemudian berhasil merebut Ken Dedes menjadi istrinya dan berhasil mendudukkan Ken Arok sebagai raja pertama Singosari. Tapi benarkah demikian ? Saya berharap Anda sudah membaca serial-23 mengenai Kerajaan pertama yang pernah tercatat di Nusantara, yaitu Kerajaan Salakanagara berdasarkan Naskah Pangeran Wangsakerta. Kerajaan Salakanagara didirikan oleh Raja Dewawarman I yang kemudian bergelar Prabu Dharma Lokapala Aji Raksa Gapura Sagara. Raja ini kemudian menurunkan Dinasti Dewawarman sampai raja ke 9. Raja Dewawarman VI menikah dengan seorang puteri India yang kemudian melahirkannya baginya 3 anak lelaki dan 3 anak perempuan. Anak lelaki sulungnya kemudian menjadi Raja Dewawarman VII dan memindahkan pusat kerajaan dari Rajatapura ke Jasinghapura (mungkin di daerah Jasinga, Banten sekarang). Dia memerintah dari tahun 308 - 340M. Salah satu adik Dewawarman VII yaitu Sang Ghopalajayengrana menikah puteri keluarga Salankayana India dan memiliki seorang putera bernama Khrodamaruta. Kebetulan, pada tahun 340M saat Dewawarman VII meninggal, datanglah Khrodamaruta bersama-sama bala tentaranya dari India. Entah Dewawarman meninggal karena sakit atau tua atau karena serangan Khrodamaruta, tidak dijelaskan dalam Pustaka Rayjarayja I Bhumi Nusanatara. Yang jelas, sebagai pengganti Dewawarman VII seharusnya puterinya yang bernama Sang Rani Spatikarnawa Warmandewi. Demikian adat istiadat dan tata cara Salakanagara yang sudah dipraktekkan sekian lama. Tapi Khrodamaruta tidak setuju, dia merasa bahwa dialah yang lebih berhak menggantikan almarhum pamannya. Karena itu dengan kekuatan bersenjata dia mengkudeta Sang Rani Spatikarnawa dan berhasil menduduki tahta Salakanagara. Saya pikir inilah kudeta pertama yang terjadi di Nusantara itu yaitu terjadi pada tahun 340M he..he... Sejarah berulang. Seperti kudeta di masa sekarang, kudeta di masa lalu pun juga menimbulkan pro dan kontra. Demikianlah walau Khrodamaruta menjadi raja, dia tidak mendapat dukungan seratus persen dari rakyat, saudara maupun penghuni keraton. Ditambah lagi dengan cara memimpin Khrodamaruta yang menerapkan tangan besi dan banyak melakukan penaklukan di wilayah sekitarnya. Pustaka Rayjarayja I Bhumi Nusantara mencatat, 3 bulan setelah memerintah, Khrodamaruta pada suatu hari bermaksud berburu di hutan. Tidak disangka, saat ia melewati gunung atau tebing terjal tiba-tiba ada sebongkah batu besar yang menimpa dirinya dan membuat Khrodamaruta tewas. Sejarah memang membuktikan bahwa seringkali kudeta itu tidak panjang umurnya, entah rejimnya, entah pelakunya, musuhnya juga banyak. Tidak percaya he..he..?! Demikianlah akhirnya Sang Rani Spatikarnawa Warmandewi dapat kembali menduduki tahta yang menjadi haknya tersebut selama 7 tahun sampai kemudian menikah dengan Sang Prabu Dharmawirya Dewawarman Sakalabhuwana (Dewawarman VIII). Pada masa Dewawarman VIII inilah Salakanagara diceritakan mencapai masa keemasannya, ekonominya baik, rakyatnya sejahtera dan hidup rukun. Sayang, semuanya itu akan berakhir. Salah seorang puterinya menikah dengan Jayasinghawarman yang akan menjadi raja pertama dari Kerajaan Tarumanagara. Lalu salah seorang putranya menikahi puteri Raja Kundungga di Kutai sehingga kelak akan menjadi raja Kutai. Sementara Salakanagara meredup karena saat Dewawarman IX memerintah, dia hanyalah menjadi bagian dari wilayah Tarumanagara. Kalau Kisah dalam Pustaka Rayjarayja I Bhumi Nusantara itu benar adanya, demikianlah dongeng saya mengenai kudeta pertama di Nusantara ini. Sampai ketemu di serial berikutnya, saat sejarah mencatat untuk pertama kalinya telah didirikan sebuah pilar atau tugu korban persembahan dalam Agama Hindu. Di India tugu sejenis itu sangat jarang ditemui, tapi di Nusantara tugu seperti itu pernah dicatat dalam sejarah di abad V. Kalau Anda penasaran silakan tunggu serial berikutnya ya ?! Sumber literatur: 1. Bernard H.M. Vlekke, Nusantara: Sejarah Indonesia, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2008. 2. http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Salakanagara 3. http://www.wacananusantara.org/6/15/Salakanagara 4. Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa 5. Habibie, Detik-detik Yang Menentukan, The Habibie Center Mandiri, 2006 6. http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1984/10/13/NAS/mbm.19841013.NAS41522.id.html 7. http://anusapati.com/?p=34 8. http://www.suarapembaruan.com/News/2006/10/12/Editor/edit01.htm 9. http://id.wikipedia.org/wiki/Kudeta (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 22 Juli 2010)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H