[caption id="attachment_161271" align="alignleft" width="165" caption="Cornelis De Houtman. http://www.asal-usul.com/2009/04/cornelis-de-houtman.html"][/caption] Sudah jamak di negara miskin ini ada segelintir orang yang selalu beruntung hidupnya. Sudah jadi pengusaha, kaya pula, lalu jadi pejabat, masih bisa jadi pemimpin partai pula. Tapi jangan salah, dibalik segelintir orang yang selalu beruntung itu ternyata lebih banyak lagi yang hidupnya dilanda kesialan......yaitu menjadi orang miskin he..he... Demikian pula kalau kita mempelajari sejarah, dalam beberapa kasus Nusantara ternyata tidak selalu mendatangkan keuntungan dari setiap bisnis yang dilakukan. Walaupun Nusantara memberikan keuntungan besar bagi Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris tapi ada satu contoh kasus di mana Nusantara malah mendatangkan kesialan. Adalah Cornelis de Houtman yang dilahirkan di Gouda, Belanda, 2 April 1565 . Dia tercatat dalam sejarah sebagai orang Belanda pertama yang mendarat di Nusantara. Sebenarnya enggak juga sih, beberapa tahun sebelumnya sudah ada orang Belanda yang ke Indonesia. Namanya JH van Linschoten, hanya dia datang bukan sebagai pemimpin armada Belanda, tapi sebagai awak kapal Portugis. Saya akan ceritakan tentang dia kelak dalam postingan berikutnya, sekarang mau mendongeng tentang Cornelis de Houtman dulu. Boleh kan ?! Tanggal 2 April 1595, De Houtman yang berprofesi sebagai pedagang besar itu memimpin sebuah armada ekspedisi perdagangan ke Nusantara. Armadanya terdiri atas 4 kapal, masing-masing bernama Amsterdam, Hollandia, Mauritius dan Duyfken. Kapal Mauritius diawaki oleh 85 orang termasuk De Houtman dengan 200 muatan yang masing-masing beratnya 2 ton. Kapal Hollandia diawaki oleh 85 orang dengan 200 muatan. Lalu Kapal Amsterdam diawaki oleh 59 orang dengan 100 muatan. Dan Kapal Duyfken adalah kapal intai tipe kapal pinas yang cocok untuk perairan dangkal, diawaki oleh 20 orang dengan 25 muatan. Sebuah catatan menulis bahwa keempat kapal ini dipersenjatai dengan 100 meriam. [caption id="attachment_161275" align="aligncenter" width="300" caption="Armada De Houtman. http://ariesaksono.wordpress.com/2007/12/12/de-eerste-expeditie-naar-indie/"][/caption] Armada pertama Belanda ke Nusantara ini dipimpin oleh Cornelis de Houtman bersama Gerrit van Beuningen dengan seorang mualim kepala bernama Keijser. Ekspedisi ini dibiayai oleh sebuah kongsi dagang Belanda yang bernama Companie van Verre (Perusahaan Jarak Jauh) yang memang khusus didirikan pada tahun 1594 untuk mencari jalur rempah-rempah di Nusantara. De Houtman sangat optimis dengan ekspedisi ini karena dia sudah mengumpulkan data pelayaran ke Nusantara melalui data dari JH van Linschoten ataupun mencari sendiri keterangan tambahan di Lisbon pada tahun 1592. Baru beberapa minggu berlayar, wabah sariawan melanda seluruh awak kapal karena kurangnya persediaan makanan. Juga terjadi pertengkaran dan bunuh-bunuhan antar awak kapal sehingga banyak yang tewas atau dihukum mendekam di penjara kapal. Saat berlabuh di Madagaskar tanggal 18 September 1595, armada ini tertahan selama 6 bulan karena adanya wabah yang berakibat pada banyaknya awak yang mati. Konon, kata sebuah sumber di Teluk Madagaskar sekarang terdapat tempat yang dinamakan "Kuburan Belanda". Mungkin di sinilah Belanda-Belanda yang tewas itu dikuburkan. Gara-gara inilah mereka baru meninggalkan Madagaskar pada tanggal 2 Maret 1596. Tanggal 5 Juni 1596, sampailah mereka di Pulau Enggano, Sumatera bagian selatan 450 hari pelayaran akhirnya terlampaui sudah. Ekspedisi tinggal menyisakan hanya separuh dari awak kapalnya. Untunglah tanggal 5 Juni 1596, sampailah mereka di Pulau Enggano, Sumatera bagian selatan lalu pada bulan yang sama Houtman sudah bisa memasuki Selat Sunda. Sebenarnya dia ingin ke pelabuhan Sunda Kelapa, seperti yang tertulis dalam laporan Linschoten, tapi saat bertanya-tanya ke penduduk sekitar selat Sunda mereka tidak tahu letak Sunda Kelapa karena pada saat itu nama pelabuhan Jayakarta atau Jakarta ternyata sudah lebih populer ketimbang Sunda Kelapa. Tanggal 22 Juni 1596 akhirnya De Houtman memutuskan untuk mendarat di pelabuhan Banten. Orang-orang Portugis yang saat itu sudah merasakan enaknya berdagang dengan Banten tentu saja tidak merasa nyaman dengan kedatangan pesaingnya itu. Baru saja Houtman mendarat dia sudah didatangi oleh orang-orang Portugis yang mengintimidasi mereka untuk segera melanjutkan pelayaran. Awak kapal armada Belanda ini sebenarnya diterima dengan baik oleh orang-orang Banten. Tapi karena kelakuan mereka yang kasar dan nggak tahu tata krama, penduduk Banten mulai nggak suka dengan rombongan ini. [caption id="attachment_161276" align="aligncenter" width="300" caption="Pendaratan di Banten. http://e-ducation.net/discoveryandexploration.htm"][/caption] [caption id="attachment_161357" align="aligncenter" width="225" caption="Pendaratan di Banten. http://www.asal-usul.com/2009/04/cornelis-de-houtman.html"][/caption] De Houtman sendiri tidak mengindahkan intimidasi Portugis maupun kebencian penduduk lokal tersebut. Dengan percaya diri dia diiringi oleh 8 pengawalnya menghadap Jayanegara, Bupati Banten saat itu untuk melakukan transaksi dagang. Sebenarnya, saat itu Jayanegara masih berstatus pelaksana tugas bupati, karena Sultan Banten yang sebenarnya, Sultan Muhammad, baru saja tewas tertembak saat peperangan di Palembang. Nah, dalam urusan dagang ini Jayanegara mengajukan syarat-syarat yang cukup tinggi. Houtman diharuskan membayar di muka uang pelabuhan sebanyak 10.000 gulden. Dia tidak boleh bertransaksi langsung dengan penduduk, harus melewati Bupati Jayanegara. Bagaimana, sekarang mengerti kan kenapa dari dulu sampai sekarang menjadi bupati itu enak dan selalu menjadi rebutan banyak orang ? he...he.....Jaman dulu saja sudah kayak gitu mewahnya, apalagi sekarang. Makanya banyak orang rela menghabiskan kekayaannya untuk bertaruh menjadi bupati. Bupati Jayanegara juga membuat aturan bahwa kala memuat barang ke kapal, Houtman juga diwajibkan membayar beberapa ratus gulden ke syahbandar pelabuhan. [caption id="attachment_161279" align="aligncenter" width="300" caption="Pasar Banten 1646. http://ariesaksono.wordpress.com/2007/12/12/de-eerste-expeditie-naar-indie/"][/caption] Nah, inilah awal kesialan yang diderita De Houtman selanjutnya. Dia ternyata cukup congkak untuk bernegoisasi dengan sang bupati. Angkuh dan sombong, membuatnya merendahkan sang Bupati Banten yang sebenarnya sangat berkuasa di daerah pusat perdagangan itu. Dan bisa ditebak, De Houtman tidak mau menerima syarat-syarat yang diajukan Bupati Jayanegara. Penolakannya pun mungkin disampaikan dengan cara-cara angkuh yang dianggap menghina Bupati Banten. Karuan saja sang bupati marah besar lalu memerintahkan De Houtman dan para pengawalnya ditawan. Beberapa hari kemudian, tampaknya para awak kapal yang ditinggalkan baru menyadari kalau De Houtman ditawan oleh Bupati Jayanegara. Mereka pun membentuk formasi penyerangan ke arah pelabuhan Banten. Tanggal 5 September 1596 (sumber lain menulis 7 September 1596) terjadilah pertempuran antara Banten dengan armada Belanda. Saat itu kapal-kapal Belanda dikurung oleh perahu-perahu Banten yang begitu banyak. Peperangan berakhir saat Belanda nekad menembakkan meriam ke arah pelabuhan Banten. Mencegah kerusakan lebih parah, Bupati Jayanegara melepaskan De Houtman setelah armada Belanda membayar tebusan sebesar 4.500 gulden. Lumayanlah, begitu mungkin batin sang bupati, he..he... [caption id="attachment_161278" align="aligncenter" width="300" caption="Pengepungan Armada De Houtman oleh Banten. http://ariesaksono.wordpress.com/2007/12/12/de-eerste-expeditie-naar-indie/"][/caption] Menyadari bahwa berdagang dengan cara seperti itu terlalu berat di ongkos, De Houtman akhirnya menyingkir ke arah timur. Dalam pelayaran meninggalkan Banten, mereka masih sempat dibayang-bayangi oleh kapal-kapal Banten bahkan nyaris terlibat dalam perselisihan antara kapal Banten dengan kapal Portugis, untuk itu mereka menahan diri untuk tidak terlibat lebih jauh. Tanggal 13 November 1596, De Houtman mendarat di pelabuhan Jayakarta. Tanggal 14 November 1596, kapal mereka didatangi syahbandar yang lancar berbahasa Portugis untuk mencari tahu bantuan apa yang bisa diberikan kepada armada kapal Belanda ini. Mereka juga didatangi kapal-kapal penduduk Jakarta yang menawarkan aneka logistik seperti beras, buah, kelapa dan ayam yang tersedia melimpah dengan harga jauh lebih murah daripada di Banten. Mereka juga membeli air minum yang berasal dari Kali Ciliwung yang saat itu dilaporkan sangat bersih dan sehat. Itu Kali Ciliwung jaman dulu, coba minum airnya sekarang. He..he.. Tanggal 16 November 1596, kapal Hollandia dikunjungi oleh Bupati Jayakarta dan keesokan harinya diputuskan untuk melanjutkan pelayaran ke arah timur. Sial, baru 1 jam berlayar di posisi 2 mil dari Jayakarta kapal Amsterdam terkena karang di Teluk Jakarta sehingga berlubang. 2 Desember 1596 dia berlabuh di pelabuhan Sedayu Jawa Timur (salah satu sumber-De eerste Expeditie naar Indie, www.home.planet.nl menyebutkan Sidajoe, Oost Java). Tapi sial sudah terlanjur menghinggapi De Houtman. Di pelabuhan Sedayu ini, armada De Houtman diserang oleh pasukan Bupati Sedayu, yang kemudian memaksanya untuk segera melanjutkan pelayaran ke arah timur tanggal 5 Desember 1596. 28 januari 1597 mereka berlabuh di Bali. Di Bali, De Houtman sebenarnya diterima dengan baik. Tapi dasar apes, awak kapalnya ternayata sudah berkurang banyak sehingga tidak bakalan mampu menangani 4 kapal besar. Akhirnya, Houtman memutuskan untuk membakar 1 kapal yang tingkat kebocorannya sudah parah. Sebuah catatan (De eerste Expeditie naar Indie, www.home.planet.nl) melaporkan bahwa sebelum berlabuh di Bali, pada tanggal 5 Desember 1596 mereka sebenarnya sudah di Pulau Madura. Dasar orang nggak tahu diri, mereka memulai penyerangan di Pulau madura karena takut keduluan diserang seperti saat di Sedayu sebelumnya. Dalam insiden ini kapal Amterdam mengalami rusak parah, mungkin yang kena karang di Jayakarta itu semakin parah kondisinya. Tanggal 11 Januari 1597 akhirnya Amsterdam dibakar. Ada yang mencatat pembakaran ini di Bali, ada yang bilang di Madura tapi ada pula yang melaporkan di Pulau Bawean, entah mana yang benar. Di Bali inilah, Houtman memuati kapalnya dengan sedikit barang. Bersama dengan banyak anak buah yang sedang sakit, De Houtman memutuskan pulang kembali ke Belanda tanggal 26 Februari 1597 melalui pantai selatan Jawa. Sebuah catatan menulis bahwa ada 2 orang yang ditinggal di Bali. Yang pertama adalah Emanuel Rodenburg, yang kemudian dijemput oleh De Houtman pada pelayaran kedua di bulan Juli 1601. Yang kedua adalah Jan Janssen de Roy. Catatan lain menyebutkan ada juga Jacob Claes van Delft yang ditinggal. 11 Agustus 1597, ekspedisi Houtman akhirnya sampai pula di negerinya, Belanda dengan awak kapal yang tersisa hanya berjumlah 90 orang. Tapi pelayaran pulang ini lumayan cepat juga ya, hanya 6 bulan saja. Ekspedisi dagang pertama ini secara bisnis bisa dikatakan gagal dan merugi, tapi secara jangka panjang sangat menguntungkan karena perserikatan dagang sudah punya pengalaman menghadapi pedagang-pedagang di Nusantara. Penasaran karena kegagalan ekspedisi pertama, De Houtman kembali berlayar ke Nusantara didampingi oleh adiknya Frederik De Houtman pada tahun 1598. Tahun 1599, armadanya yang terdiri atas 2 kapal perang bernama de Leeuw dan de Leeuwin berlabuh di Aceh. Pada mulanya armadanya yang membawa 2 kapal itu diterima dengan baik dan diijinkan berdagang di pelabuhan Aceh. Dan tentu saja De Houtman sangat senang dibuatnya. Kayaknya kesialannya akan berakhir nih. [caption id="attachment_161358" align="aligncenter" width="268" caption="Armada De Houtman di Aceh. http://www.asal-usul.com/2009/04/cornelis-de-houtman.html"][/caption] Tapi lagi-lagi sial, saat De Houtman sedang mengadakan acara makan malam bersama di atas kapal, tiba-tiba dia diserang oleh sepasukan kesultanan Aceh yang konon termakan hasutan pihak Portugis untuk mengusir De Houtman. Komandan perang pasukan Aceh ini cewek lho, namanya Laksamana Keumalahayati. Keren ya ?! Demikianlah, De Houtman akhirnya terbunuh secara mengenaskan dalam peristiwa tersebut. 100 orang awak kapal Belanda yang ikut bersamanya juga dibunuh dan beberapa di antaranya ditawan. Tidak hanya itu, 1 kapal dalam armadanya dibakar habis. [caption id="attachment_161360" align="alignleft" width="150" caption="Frederick De Houtman. http://en.wikipedia.org/wiki/Frederick_de_Houtman"][/caption] Itulah cerita tentang De Houtman yang selalu sial sampai di ujung hayatnya. Sekedar informasi, adik Cornelis De Houtman yang bernama Frederick De Houtman itu masih dilaporkan hidup. Dia dijebloskan dalam penjara Aceh selama 2 tahun. Tidak sia-sia si adik ini ditahan dalam penjara. Keluar dari penjara, pada tahun 1603 berhasil menyusun sebuah kamus Bahasa Melayu - Belanda, juga kamus Bahasa Madagaskar - Belanda. Itulah mungkin kamus tertua di Nusantara yang kelak sangat membantu Belanda menjajah Indonesia. Ternyata adik Cornelis De Houtman ini pintar juga dalam urusan astronomi. Dalam pelayaran ke Nusantara dia bersama Pieter Dirkszoon Keyser menemukan konstelasi bintang yang dinamakan Dorado (golden fish), Hydrus (water snake) dan Tucana. Rakyat Belanda mengenang De Houtman bersaudara sebagai orang yang berjasa sehingga untuknya dibuatkan sebuah tugu di Gouda, kota kelahiran mereka. [caption id="attachment_161363" align="aligncenter" width="150" caption="http://en.wikipedia.org/wiki/Frederick_de_Houtman"][/caption] Pesan moral dari dongeng kali ini adalah bahwa calon penjajah memang lebih gigih berusaha dibandingkan calon yang dijajah. Nggak dulu, nggak sekarang, situasinya sama saja, termasuk urusan dana aspirasi yang diajukan DPR itu he..he....Benar nggak ?! Bahan kepustakaan: 1. Capt. RP Suyono, Peperangan Kerajaan di Nusantara, Grasindo, Jakarta, 2003 2. Adolf Heuken SJ, Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta Jilid II, Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2000 3. http://ariesaksono.wordpress.com/2007/12/12/de-eerste-expeditie-naar-indie/ 4. http://chandra.harvard.edu/photo/constellations (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 8 Juni 2010)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H