[caption id="" align="alignleft" width="300" caption="null"][/caption]
Dunia sudah mengakui bahwa dalam hal keanekaragaman hayati, Indonesia menduduki tempat kedua setelah Brasil. Keanekaragaman hayati juga berbicara mengenai keanekaragaman tanaman obat yang Tuhan ciptakan di Indonesia. Sayangnya, berkah keanekaragaman tanaman obat itu tidak bisa dimanfaatkan oleh Indonesia secara maksimal. Sampai sekarang tanaman obat masih lekat dikonotasikan dengan tradisional. Dalam makna sempitnya, tanaman obat kerap dikonotasikan dengan jamu, yang masih dianggap sebagai produk tradisional tanpa bukti ilimiah.
Kita hari bersyukur bahwa industri jamu masih konsisten menjalankan perannya sebagai produsen jamu dengan resep dan khasiat empiris yang sudah digunakan bertahun-tahun dari generasi ke generasi. Merekalah benteng terdepan dalam kelestarian tanaman obat karena secara bisnis mereka sangat bergantung pada ketersediaan tanaman obat sebagai bahan baku industri mereka. Nah, kalau Anda jeli ketika memasuki pasar atau mall-mall, Anda akan melihat ada kecenderungan baru. Mulai banyak aneka macam jamu yang dibungkus dalam nuansa modern, sesuatu yang dulu sulit untuk ditemui. Sekarang semakin banyak produk seperti minuman sari temulawak, minuman instan jahe merah, sekoteng instan, minuman sari asem instan atau minuman instan STMJ (Susu, telur, madu dan jahe) yang beredar di pasaran. Produk-produk ini juga dikemas dalam kemasan modern dengan desain menarik sehingga jauh dari kesan tradisional. Produk-produk ini bersaing ketat dengan produk-produk dari luar karena diletakkan bersebelahan dengan produk dari Cina, Malaysia atau bahkan Amerika Serikat. Hal ini sangat menggembirakan karena walaupun di satu sisi masyarakat masih agak keberatan dengan diterimanya jamu tradisional dalam pengobatan modern, tapi di sisi lain masyarakat (dan juga dunia pada umumnya) sudah sangat terbuka terhadap suplemen-suplemen dari luar negeri seperti Cina, Malaysia dan Amerika Serikat yang pada dasarnya sama juga, yaitu produk suplemen berbasis jamu. Tampaknya, kita ini memang ditakdirkan sebagai bangsa yang gemar mengkonsumsi barang dari luar ketimbang produksi teman sendiri. Daripada saya membuat teman saya jadi kaya, lebih baik orang lain saja yang kaya walau untuk itu saya beserta teman saya itu tetap miskin he..he... Semoga dengan adanya produk-produk jamu lokal dalam kemasan modern ini, tanaman obat Indonesia bisa semakin dimanfaatkan secara maksimal oleh diri kita sendiri. Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita masih malu mengkonsumsi produk jamu lokal kita sehingga lebih suka pada produk jamu dari Cina, Malaysia atau Amerika Serikat ? Ini bukan iklan dan bukan promosi lho he..he...Sekedar hasil sebuah pengamatan kala mengantar istri tercinta berbelanja barang keperluan bulanan kami. Foto: koleksi pribadi (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 10 April 2010)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H