Mohon tunggu...
Osa Kurniawan Ilham
Osa Kurniawan Ilham Mohon Tunggu... profesional -

Sebagai seorang musafir di dunia ini, menulis adalah pilihan saya untuk mewariskan ide, pemikiran, pengalaman maupun sekedar pengamatan kepada anak cucu saya. Semoga berguna bagi mereka...dan bagi Anda juga. Beberapa catatan saya juga tercecer di http://balikpapannaa.wordpress.com ataupun di http://living-indonesiacultural.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Brands of Indonesia (5): Kecap Bango

18 Oktober 2010   04:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:20 8242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Saya harus mengaku kepada Anda bahwa hidup saya ternyata sangat dipengaruhi oleh keberadaan kecap. Masih nempel dalam memori saya saat-saat menderita dulu ketika bunda hanya bisa menyediakan nasi putih hangat plus tempe goreng dengan siraman kecap di atasnya. Saat kuliah dulu saya bahkan pernah hanya makan nasi putih plus kecap saja, karena sakit maag saya kambuh gara-gara setiap hari makan mie instan, sementara tidak ada uang untuk membeli lauk pauk lain. Jadi ibaratnya, kecap bisa menjadi penetral asam lambung saya sebelum kemudian digelontor kembali oleh mie instan di hari-hari berikutnya. Dasar mahasiswa Indonesia, gitu kok berharap bisa punya IP tinggi he..he...he.... [caption id="attachment_292647" align="aligncenter" width="300" caption="Kecap Bango (sumber: www.unilever.co.id)"][/caption] Orang-orang tua juga sering menasehati seperti ini, nggak usah ngoyo untuk mengejar penampilan lahiriah yang wah, percaya diri aja, lihatlah kecap, dia hitam tapi manis dan kental. Orang tua kita lupa dengan pengibaratan itu, bahwa selain kecap manis, sebenarnya ada juga kecap asin. Jadi masak kita harus menjadi kecap asin ? Sudah hitam, asin lagi he..he... Dari mana kata kecap berasal ? Kalau menurut Bondan Winarno dalam tulisannya berjudul Kecap Manis: Pusaka Kuliner Nusantara, kecap berasal dari bahasa Amoy, koechiap atau ke-tsiap. Sementara menurut www.kelompoktony.blogspot.com, ada makna berbeda dalam 2 aksara Hanzi yang mewakili kata koechiap. Yang pertama dilafalkan sebagai kiociap atau keijap, berarti terong atau tomat. Kemungkinan kata dalam bahasa Inggris yaitu ketchup, berakar dari kata yang sama. Makna yang kedua adalah saus ikan atau kuah ikan dilafalkan sebagai koe-ciap atau gwai-jap. Saya tidak menguasai Bahasa Mandarin, jadi benar atau salahnya silakan didiskusikan oleh ahlinya he..he.. Menurut Pak Bondan, kecap manis sudah dikenal lama di Indonesia. Raffles pernah menulis tentang kecap dalam bukunya History of Java. Serat Centini juga mencatat adanya fermentasi dari kedelai, merujuk pada tempe atau kecap. Artinya Jawa sudah mengenal kecap di Abad 18, saya tidak tahu bagaimana di tahun-tahun sebelumnya. Tapi ngomong-ngomong tahukah Anda bahwa sebenarnya kecap ini bukanlah produk pangan asli Indonesia ? Kalau menurut Dra. Emma S. Wirakusumah Msc dalam tulisannya yang berjudul Nikmatnya Bersantap dengan Kecap di Majalah Koki, konon kecap sudah dikenal sejak berabad-abad silam sebagai produk fermentasi yang digunakan sebagai penyedap masakan di dapur-dapur Cina, namanya Chiangyu. Kalau di Indonesia kita mengenalnya sebagai kecap, di Jepang dia punya nama Shoyu, di Korea namanya Kanjang, di Filipina namanya Toyo sementara kalau di Thailand namanya See-ieu. Tapi anehnya, hanya di Indonesia-lah terdapat kecap manis. Di Cina sendiri tidak ada, di negara Asia yang lain pun tidak, yang ada hanyalah kecap asin. Karena itu Pak Bondan menggolongkan kecap manis sebagai pusaka kuliner Indonesia. Walaupun bukan asli Indonesia, tapi para pembuat kecap yang datang dari Cina kemungkinan sudah menyesuaikan resepnya dengan lidah kebanyakan orang Jawa yang menyukai rasa manis dan kental. Hal ini dibuktikan oleh Pak Bondan bahwa paling tidak ada 78 merek kecap manis di Indonesia dengan rasa dan kekentalan yang kurang lebih sama. Jadi teman-teman Indonesia, berbanggalah dengan sejarah kecap manis Anda. Tahukah Anda bahwa sebenarnya kecap adalah produk fermentasi bahan nabati atau hewani berprotein tinggi dalam larutan garam ? Kalau bahannya nabati biasanya menggunakan kedelai hitam, kedelai kuning maupun berbahan dasar air kelapa. Sedangkan kalau hewani biasanya menggunakan ikan rucah. Ada 3 proses untuk membuat kecap, yaitu dengan menggunakan proses fermentasi, hidrolisis asam serta kombinasi keduanya. Kalau proses fermentasi yang digunakan maka untuk membuat kecap yang pertama-tama harus dilakukan adalah proses fermentasi padat (tempe atau koji) di mana kedelai difermentasi selama 3-5 hari dengan menggunakan kapang Rhizopus sp dan Aspergillus sp. Hasilnya adalah tempe atau koji. Kemudian tempe atau koji dikeringkan lalu direndam dalam air garam 20-30% selama 14-48 hari dengan menggunakan mikroba Lactobacilus sp, Hansenula sp dan Zygosaccharomeces sp. Hasil fermentasinya disebut cairan moromi. Pertanyaannya kenapa kok warnanya hitam dan rasanya manis (untuk kecap manis) ? Bukan karena kedelai hitamnya tapi karena menggunakan gula merah. Dalam cairan moromi tadi ditambahkanlah gula merah dengan komposisi 500 gram per liter cairan moromi, lalu ditambahkan jahe, lengkuas dan kayu manis serta rempah-rempah lain. Dan jadilah kecap manis itu. Tapi jangan salah, kecap juga punya sisi gelapnya. Kalau proses fermentasinya tidak bersih atau kedelainya sudah berjamur, terkadang kecap yang dihasilkan akan terkontaminasi Aflatoksin, yaitu cairan racun pemicu kanker yang dihasilkan oleh jamur Aspergilus section flavi. Jadi agak pilih-pilihlah kalau Anda menyukai kecap. [caption id="attachment_292642" align="aligncenter" width="106" caption="Logo Kecap Bango (sumber: www.unilever.co.id)"][/caption] Nah, saya ingin perkenalkan salah satu merek kecap yang asli Indonesia. Namanya Kecap Bango. Yang perlu saya apresiasi di sini adalah umurnya yang sudah tua banget itu lho, 82 tahun. Setelah melakukan riset kecil-kecilan di internet saya menemukan sejarah merek ini dalam arsip Majalah Tempo. Pada tahun 1928 (asosiasikan dengan Sumpah Pemuda 1928), Tjoa Pit Boen (Yunus Kartadinata) bersama isterinya Tjoa Eng Nio memulai usaha produksi kecap merek Bango di sebuah tempat di kawasan Cina Benteng, Tangerang. Sayang lokasi aslinya tidak bisa terlacak hingga kini. Kecap yang dibuat di belakang rumah itu dijual mereka di toko kecil yang mereka punyai di garasi rumah. Kemasan kecapnya masih menggunakan botol gelas. Dari mulut ke mulut tersiarlah kabar bahwa bahwa kecap cap Bango ini rasanya enak dan kualitasnya oke, lalu suami isteri ini mulai percaya diri untuk menawarkan kecapnya ke para tuan toko di pasar dan penjual makan tradisional. Semakin lama usahanya berkembang sehingga mereka memutuskan untuk pindah ke Tanah Abang dan mendirikan pabrik kecap di Jalan Asem Lama (sekarang Jalan Wahid Hasyim) Tanah Abang Jakarta. Pemindahan usaha ini membuat Kecap Bango semakin berkembang di Jawa Barat dan Jakarta. Tahun 1982, anaknya yang keempat ;Eppy Kartadinata; dipercaya mengelola manajemen Kecap Bango dengan perusahaan bernama PT Anugrah Indah Pelangi dan PT Anugrah Damai Pratama. Pabriknya berada di areal 8 hektar di Desa Wantilan, Kecamatan Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Tahun 2000, Unilever, sebuah perusahaan multinasional mendekati manajemen Kecap Bango untuk mengajaknya bekerjasama. Unilever memandang bahwa branded Kecap Bango sudah sangat melekat di benak konsumen dan masih bisa dikembangkan melalui strategi pemasaran yang modern ala perusahaan multinasional. Tahun 2001, akhirnya keluarga Kartadinata menerima proposal Unilever. Dibentuklah sebuah perusahaan bernama PT Anugrah Lever dengan komposisi saham 65% oleh Unilever dan 35% saham dikuasai oleh Anugrah Indah Pelangi dan Anugrah Damai Pratama. Terus terang dalam urusan beginian secara subyektif saya merasa kok dunia ini nggak adil ya ? Merek mereka yang ciptakan, resep mereka yang membuat bahkan logo juga mereka yang menciptakan tapi kok segitu ya pembagian sahamnya ? Tapi sudahlah, sebagai orang di luar dapur mereka, saya hanya boleh berkomentar tapi tidak layak untuk menghakimi urusan dapur mereka. Tahun 2007, Unilever mengakuisisi saham milik keluarga Kartadinata. Kecap Bango dengan segala resep dan logonya akhirnya berpindah kepemilikan dari penciptanya. Di tangan Unilever, merek dan kemasan akhirnya dipermak untuk menjadi lebih segar. Tanggal 1 Februari 2008, secara resmi merek "Kecap Bango" berganti menjadi "Bango". Lalu kemasannya dipermak menggunakan warna yang lebih segar. [caption id="attachment_292650" align="aligncenter" width="151" caption="Kecap Bango refill (sumber: www.inabay.com)"][/caption] Lalu bagaimana kecap Bango di tangan Unilever sekarang ? Sebelum tahun 2000, Unilever memang tidak mempunyai produk unggulan untuk kecap. Karena itu bisa dimaklumi kalau kecap ABC di bawah naungan H.J. Heinz Co. (Amerika Serikat) pada masa-masa itu masih memegang dominasi pasar kecap di Indonesia. Setelah kecap Bango di tangan Unilever sedikit demi sedikit terjadi trend kenaikan di pasar domestik. Tentu saja ini tidak lepas dari usaha besar-besaran dalam iklan dan strategi pemasarannya yang menghabiskan milyaran rupiah. Hasil riset pasar oleh Roy Morgan Research pada tahun 2006-2007 menyatakan bahwa terjadi penurunan angka penjualan Kecap ABC, sementara kecap Bango mengalami trend kenaikan yang cukup stabil. Jadi jangan heran kalau televisi kita hari-hari ini akan terus dihiasi oleh perang iklan kedua merek kecap tersebut. Kita lihat saja. Catatan penulis: Saat kami berkunjung ke Gramedia Balikpapan, kami melihat ada tumpukan buku yang ternyata sedang diobral murah. Seperti biasa, insting saya selalu bergerak cepat setiap kali tahu ada obral buku murah he..he... Dan benar, ada sebuah buku yang lumayan bagus. Judulnya Asal-Usul Merek, diterjemahkan dari The Origin of Brands tulisan dari Al dan Laura Ries, konsultan pemasaran terkenal dari Atalanta, Amerika Serikat. Buku ini sangat menarik. Saya yang bukan berlatarbelakang ekonomi saja sangat menikmati buku ini. Saya jadi tahu bagaimana perjuangan dan pasang surutnya sebuah merek dibangun. Selesai membaca buku ini, saya mendapat insipirasi untuk mendokumentasikan merek-merek asli Indonesia yang selama ini sudah berkibar di tanah air. Tidak ada maksud tulisan ini sebagai media iklan sebagaimana yang dilarang di Kompasiana dan saya juga tidak mendapatkan imbalan apapun dari serial tulisan ini. Tulisan ini sekedar sebagai penanda bahwa di tengah gempuran produk-produk asing, kita sebenarnya memiliki produk dengan merek yang sudah lama dibangun. Semoga nasionalisme kita bangkit dengan memilih menggunakan produk dalam negeri. Salam. (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 18 Oktober 2010) Sumber literatur: 1. Dra. Emma. S. Wirakusumah, Msc, Nikmatnya Bersantap dengan Kecap, Majalah Koki edisi 00153, Juli 2009. 2. Bondan Winarno, Kecap Manis: Pusaka Kuliner Nusantara, www.abcculinary academy.com. 3. http://kelompoktony.blogspot.com/2007/10/sejarah-kecap.html 4. http://supermilan.wordpress.com/2009/12/07/merk-%E2%80%9Ctua%E2%80%9D-yang-bertahan-hingga-kini-kecap/ 5. http://dapurmlandhing.dagdigdug.com/2008/10/14/review-buku-80-warisan-kuliner-nusantara/ 6. http://ikutngoceh.blogspot.com/2009/05/kecap-abc-vs-kecap-bango.html 7. http://arrohman.blogspot.com/2008/05/marketing-on-ground-ala-kecap-bango.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun