Tuhan tidak bermain dadu saat menciptakan dunia ini, begitu kata Einstein. Kalau saya boleh berfilsafat sedikit, tidak ada yang serba kebetulan di dunia ini seperti ada kekuatan yang tidak kelihatan yang berperan mengatur perkara-perkara yang kelihatan ini. Saya pernah mengalaminya saat pergi ke Paris beberapa tahun yang lalu.Kalau Anda terbang dari Singapura ke Paris, seingat saya Anda tidak akan terlalu mengalami jet-lag, rasanya seperti kalau Anda naik kereta api dari Stasiun Gambir Jakarta ke Stasiun Pasar Turi Surabaya. Hal ini terjadi karena jam keberangkatan dari Singapura adalah tengah malam, sementara Anda akan sampai di Bandara De Gaulle Paris sekitar jam 5 pagi waktu setempat. Mirip dengan naik kereta kan ? he..he... Nah saat itu, ketika suasana masih gelap, pesawat Air France yang kami tumpangi pun mendarat pula di Paris. Untuk orang ndeso seperti saya tentu memberi kesan tersendiri bagi saya. Orang dari desa seperti saya kok bisa menjejakkan kaki di kota Paris. Ah, enggak usah terlalu sentimentil sih, kok jadi nyontek Andrea Hirata di novelnya Laskar Pelangi itu he..he... [caption id="attachment_257968" align="aligncenter" width="300" caption="Bienvenue en France CDG (dokumentasi pribadi)"][/caption] Saya mau lanjutkan, saat itu betapa gembiranya kami keluar dari garbarata. Beberapa menit kami menggunakan kesempatan itu untuk berfoto bersama, saya pikir loket pemeriksaan imigrasi pasti sekitar terminal kedatangan itu. Tapi beberapa lama kemudian kami mulai sadar, bahwa sesama penumpang pesawat tadi ternyata sudah meninggalkan kami dan ternyata todak ada loket imigrasi di sekitar itu. Langsung saja kami berlarian mengejar para mantan penumpang satu pesawat tadi (jurus orang Indonesia: daripada bertanya lebih baik ikuti orang lain. Kalau kita salah paling apes pun masih punya teman yang sama-sama salah he..he..). Ternyata kami harus menaiki kereta skytrack untuk meninggalkan terminal kedatangan ke loket imigrasi. Jadi lumayan jauh juga sebenarnya. Akhirnya sampailah juga kami di bagian imigrasi itu. Wah, ruangan itu sudah penuh sesak dengan umat manusia dari segala penjuru dunia. Akhirnya kebingungan menghinggapi kami semua di ruangan yang baru itu. Di mana-mana antrean panjang sekali. Dari jauh, kami melihat ada loket untuk EU dan non EU. Baiklah, kami sudah mulai mengerti sekarang. Akhirnya kami keluarkan paspor kami. Jadi lihatlah sekarang ada 10 orang dari Indonesia sedang memegang paspornya dengan wajah kebingungan mau antre di mana di tengah-tengah penuh sesak orang itu. Di tengah-tengah hiruk pikuk orang itu, kami melihat ada beberapa cewek Perancis berseragam biru-biru tengah mengatur antrean orang dan sesekali menjawab pertanyaan dari mereka. Beberapa teman berbisik, cewek-cewek Paris memang cakep-cakep ya, kayak foto model semua he..he...Mata saya tertumbuk pada seorang wanita cantik dengan tinggi semampai berkulit sawo matang dengan rambut panjang yang diikat ekor kuda. Mirip-mirip dengan artis Anggun-lah he..he.. Dan inilah yang disebut "bukan kebetulan" itu. Tiba-tiba wanita yang sejak tadi saya lihat itu berteriak, "Eh, kalian dari Indonesia ya ?". Haa, ada wanita cakep di Paris yang meneriaki kami dengan bahasa Indonesia ?, begitulah kami terpana tidak percaya. Wanita itu mendekati kami dan mengulangi pertanyaannya. Kami pun mengiyakan. "Dari Indonesia ya Mbak ?" tanya saya. "Iyalah, tapi sudah lama aku tinggal di sini," dengan ramah dia menjawab. Sepertinya dia mengenali kami dari Indonesia, dari paspor hijau bergambar Garuda Pancasila yang kami pegang. "Udah-udah, daripada kalian hanya berdiri saja di sini, udah kalian di barisan itu aja. Tapi antre lho ya," dia mengarahkan kami ke barisan yang tidak terlalu panjang. Dan demikianlah tidak lama kemudian kami mendapatkan stempel untuk boleh memasuki negara-negara di Uni Eropa. Itulah kejutan pertama kami hari itu, orang yang pertama kami kami jumpai dan menolong kami ternyata dari Indonesia. "Ke-tidak kebetulan" yang kedua adalah saat saya pulang dari Paris menuju ke Singapura. Setelah kebingungan hendak check-in di loket mana; karena loket check-in yang sangat banyak tersedia tapi tanpa papan pengumuman yang jelas; dan setelah bertanya ke sana ke mari akhirnya saya diarahkan ke loket check-in yang melayani penumpang ke Singapura. Saya pilih loket yang kosong, kebetulan dilayani oleh seorang wanita Perancis yang berumur 40-an tahun tapi masih terlihat cantik. Akhirnya saya pun dilayani olehnya. Lain daripada yang lain, perempuan Perancis yang melayani saya ini sangat ramah sekali. Dia bertanya-tanya kepada saya ngapain saja saat di Paris, lalu setelah dari Singapura saya akan pergi ke mana lagi. Saya menunjukkan paspor saya, dan betapa senangnya dia saat mengetahui ternyata saya dari Indonesia. Wajahnya tampak semakin cerah dan senyumannya semakin mengembang. Tentu bukan karena wajah saya yang tampan tapi hitam ini lho he..he...Setelah saya tanya-tanya ternyata ada adiknya yang tinggal di Bali. Dan beberapa bulan sebelumnya dia juga baru mengunjungi adik beserta keluarganya di Bali tersebut, jadi kala bertemu saya dia sangat senang sekali. Demikianlah proses check-in saya tersebut berjalan dengan lancar. Boarding pass-pun sudah beres. Sekarang tinggal waktunya menimbang bagasi saya. Wah, gara-gara banyak membawa buku dan oleh-oleh serta titipan dari teman, akhirnya terjadilah kelebihan berat bagasi saya. Kalau enggak salah, saya kelebihan 13 kg saat itu, padahal anggaran dari kantor cuma untuk 10 kg. Akhirnya saya pakai jurus orang Indonesia, pendekatan pribadi he..he...Saya sebenarnya hanya menanyakan kembali berapa kelebihan muatan saya. Lalu setelah senyum-senyum dia berkata, "Okelah, khusus untuk Anda, saya akan catat kelebihan muatannya 10 kg ya." Tentu saja dengan senyum cerah saya menjawab," Mercy boucoup, Madame." Akhirnya selesailah sudah ritual check-in itu. Sang Madame masih sempat berpesan supaya saya hati-hati dalam perjalanan dan juga titip salam untuk keluarga saya. Dalam hati saya bersyukur sambil geleng-geleng kepala. Terkadang aneh benar hidup ini, orang yang pertama dan yang terakhir saya jumpai di Paris ternyata punya hubungan dengan Indonesia. Memang benarlah Einstein, Tuhan tidak bermain dadu saat menciptakan dunia ini he..he... Â Â (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 15 September 2010)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H