Mohon tunggu...
Osa Kurniawan Ilham
Osa Kurniawan Ilham Mohon Tunggu... profesional -

Sebagai seorang musafir di dunia ini, menulis adalah pilihan saya untuk mewariskan ide, pemikiran, pengalaman maupun sekedar pengamatan kepada anak cucu saya. Semoga berguna bagi mereka...dan bagi Anda juga. Beberapa catatan saya juga tercecer di http://balikpapannaa.wordpress.com ataupun di http://living-indonesiacultural.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Money

Lenyapnya Batubara Kami (Kita)

18 Juni 2010   04:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:28 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_170326" align="alignleft" width="300" caption="Tug Boat menyeret gunungan batubara. (koleksi pribadi)"][/caption] Saya bukan penduduk asli Kalimantan, tapi dengan tinggal dan berinteraksi hampir 5 tahun di Balikpapan ini membuat saya mulai bisa menyelami perasaan dan pergumulan warga Kalimantan. Inilah Kalimantan. Kami punya segalanya, minyak, gas bumi, batubara, hutan, lahan luas. Hanya ini yang kami nggak punya, air bersih yang tersedia terus menerus, listrik yang tidak byar pet dan lahan pertanian yang subur untuk bertani padi dan sayur mayur.Listrik yang byar pet memang bukan lagi monopoli penyakit di luar Jawa. Jawa sudah mengalaminya pula. Tapi kami yang berlimpah sumber daya energi sudah mengalaminya jauh lebih lama ketimbang teman-teman di Jawa. Bayangkan, di jaman modern seperti ini pembangkit listrik yang dipunyai propinsi kami hanyalah PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel). Hanya sejak Pak Dahlan Iskan membangun perusahaan listrik swastalah akhirnya kami memiliki pula PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas). Syukurlah, ada perbaikan, sudah 2 bulan ini listrik kami tidak byar pet lagi, hanya masih banyak sekali sambungan baru yang masih harus antre apalagi yang mau menaikkan daya listrik terpasang. Kalau Anda menggali tanah Kalimantan, tidak subur memang, tapi Anda bisa menemukan batubara hampir di segala lapisan. Dan beda dengan batubara yang ada di Batu Asam Sumatera atau batubara di Cina di mana Anda harus menggalinya sampai harus membuat terowongan di bawah tanah, di Kalimantan beda. Di sini, Anda tinggal menggalinya, dalam kedalaman hanya 2 meter saja Anda sudah menemukan batubara tua. Secara teknis ada 2 jenis batubara, batubara muda dan batubara tua. Yang ada di permukaan tanah sebenarnya batubara juga sih, tapi batubara muda. Jenis batubara ini masih butuh ribuan tahun lagi untuk dijadikan sumber energi. Kalau Anda menggunakan batubara muda ini, Anda perlu sumber energi lain untuk membakarnya, dan kalau dihitung jumlahnya lebih banyak daripada batubara yang akan Anda bakar. Nah, kalau batubara tua, gampang membakarnya, makanya ini yang bisa dijual. Tambang batubara sudah menjamah hampir seluruh kabupaten di Kalimantan Timur. Hanya satu yang belum terjamah, yaitu Kota Balikpapan. Balikpapan masih berkomitmen untuk tidak mengeluarkan ijin pembukaan tambang batubara. Sebagai gambaran bagi Anda semua, inilah caranya bagaimana batubara di tempat kami ini bisa dirasakan oleh Anda. Seperti yang saya bilang di atas, Anda dengan mudah akan menjumpai tambang batubara di sini. Cirinya, kalau Anda menemukan ada deretan panjang truk yang sedang parkir di sini, 85% bisa dipastikan itu adalah tambang batubara. Dan di sini, tambang batubara begitu mengerikan. Hampir tidak ada yang tidak merusak lingkungan. Bayangkan, hutan lindung saja dijamah. Ngerinya setelah batubara habis, sang penambang akan meninggalkan bekas-bekas tambang berupa danau-danau dengan kandungan kimia tinggi sehingga mikroba saja akan sulit hidup di sana. [caption id="attachment_170330" align="aligncenter" width="300" caption="Tambang batubara dilihat dari helikopter. (koleksi pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_170336" align="aligncenter" width="300" caption="Lihatlah danaunya itu. (koleksi pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_170340" align="aligncenter" width="300" caption="Lihatlah jurang-jurangnya. (koleksi pribadi)"][/caption] Batubara yang sudah ditambang akan diangkut oleh truk ke jetty atau pelabuhan kecil di pinggir Sungai Mahakam. Makanya saya dulu pernah bilang di postingan terdahulu bahwa kalau Anda menyusuri Sungai Mahakam yang Anda lihat dahulu hanyalah deretan hutan nipah, tapi sekarang pemandangan tentang gunung-gunungan batubaralah yang menggantikannya. Gunung-gunung batubara ini kemudian menggunakan ban berjalan akan diarahkan ke kapal-kapal ponton yang banyak parkir di sekitar jetty. Kapal ponton yang berisi penuh dengan batubara ini kemudian akan ditarik oleh Tug Boat ke tengah lautan. Seringkali terjadi ada tindak pidana pencurian saat ada ponton berisi batubara ini ditarik oleh Tug Boat menyusuri Sungai Mahakam. Saya pernah melihat ketika sebuah kapal kecil memepet ponton itu lalu menambatkan kapalnya di samping ponton. Seorang awak kapal kecil itu memindahkan sebagian dari batubara di ponton ke dalam kapalnya sampai kapalnya penuh. Saya yakin, awak kapal Tug Boat yang menariknya sebenarnya tahu adanya kejadian itu, tapi pasti ada alasan lain kenapa mereka berlagak tidak tahu. Demikianlah kapal ponton ini bergerak menyusuri Sungai Mahakam ke arah lautan. Sudah beberapa kali ada kejadian kapal ponton bermuatan batubara ini menabrak Jembatan Samarinda. Nah kalau Anda ada di Selat Makasar, Anda akan menjumpai adanya pemandangan yang luar biasa. Anda akan menemukan daratan baru di sana, yang kalau Anda dekati ternyata daratan itu dibentuk oleh ratusan ponton batubara yang tengah berjejer-jejer di tengah lautan mengelilingi kapal tangker batubara yang mungkin berkapasitas sampai puluhan ribu metrik ton. Seperti dalam foto, deretan ponton batubara ini dilihat dari jauh tampak seperti daratan saja. [caption id="attachment_170343" align="aligncenter" width="300" caption="Gunungan batubara bergerak ke laut. (koleksi pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_170346" align="aligncenter" width="300" caption="Bukan daratan lho, tapi antrean panjang gunungan batubara di Selat Makassar. (koleksi pribadi)"][/caption] Demikian di laut kesibukan itu terus berlanjut. Kapal tangker dengan crane-nya memindahkan batubara dari kapal ponton ke palka-palkanya. Lalu tug boat yang menarik kapal ponton yang sudah kosong, digantikan dengan Tug Boat yang menarik kapal ponton berisi muatan penuh batubara. Pada malam hari, Selat Makasar ini tak ubahnya seperti pasar malam saja. Tampak sinar-sinar lampu yang gemerlap kalau dilihat dari pantai seperti sebuah kota di tengah laut. Setelah kapal tangker penuh dengan muatan, bergeraklah mereka ke tempat tujuan. Sebagian kecil tujuan mereka adalah Tanjung Priok (batubara ini kelak akan menjadi bahan bakar di pembangkit listrik di Muara Angke), Banten (sebagai bahan bakar pabrik semen di Cibinong) atau di Probolinggo (juga menjadi bahan bakar pembangkit listrik di sana). Sebagian besarnya adalah dikirim ke Cina untuk dijadikan sumber bahan bakar bagi pembangkit-pembangkit listrik mereka. Dari pembangkit listrik inilah Cina bisa membangun industri dengan biaya murah, bisa memberikan lampu dengan jumlah tak terbatas selama World Expo 2010, bisa menerangi kota-kotanya tanpa harus mengalami byar pet seperti di Kalimantan, daerah asal batubara itu. Lalu apa positifnya tambang batubara itu di sini ? Banyaklah, begitu kata para penguasa. Angka pengangguran bisa berkurang karena masyarakat sekitar mendapat cipratannya sebagai sopir truk, pekerja tambang, pemilik warung makan maupun warung remang-remang, awak kapal. Duit hasil tambang ini juga menciprat dengan nilai nggak sedikit ke beberapa orang yang saya nggak perlulah ceritakan kepada Anda. Kemudian tambang batubara ini menciptakan orang-orang kaya baru, pengusaha-pengusaha kaya yang bahkan beberapa di antaranya memiliki hobi mengkoleksi artis-artis cantik dari Jakarta. Saya yakin, batubara ini hampir mendekati titik ajalnya meninggalkan lahan-lahan berlubang besar di daratan sebagai asal mula tempat mereka. Saya tidak tahu apakah anak cucu saya nanti masih sempat melihat apa itu batubara. Karena itulah saya ceritakan hal ini kepada Anda secara sederhana, bahwa setiap watt listrik yang Anda dan saya gunakan, siapa tahu itu berasal dari batubara dari pulau kami. Karena itu berhematlah walau belum tentu para penguasa itu mau berhemat seperti Anda. Foto : koleksi pribadi (Osa Kurniawan Ilham, Balikpapan, 18 Juni 2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun