Mohon tunggu...
Orock Kappas
Orock Kappas Mohon Tunggu... -

petualang teater, mencari jati diri di balik peran orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penantian Puisi

13 Agustus 2012   17:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:50 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisiku lahir di kota lain, Bu!
Tumbuh tanpa asi samping
Ayun ambing serta shalawat
Pengantar menjelang tidur putera mu

Puisiku merangkak
meski tak ada tali pengikat
yang selalu kau pegang sambil membuntutiku

Aku sering merasakan sakitnya jatuh
Terseret
Terjepit
Terhimpit
Pun cubitan di tengah berdesakannya
tubuh puisi yang lain
Tapi aku tidak menangis
melihat banyak warna bekas luka pada tubuhku

Tak apa, Bu!
Luka itu abadi, namun menjadi motivasi
Agar kelak aku terbiasa dengan semua itu
Jangan menangis bu!
Biarkan Puisiku tumbuh dewasa
sampai tua renta. Supaya cucu-cucu dari putramu
melahirkan puisi-puisi yang baru
2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun