Puisiku lahir di kota lain, Bu!
Tumbuh tanpa asi samping
Ayun ambing serta shalawat
Pengantar menjelang tidur putera mu
Puisiku merangkak
meski tak ada tali pengikat
yang selalu kau pegang sambil membuntutiku
Aku sering merasakan sakitnya jatuh
Terseret
Terjepit
Terhimpit
Pun cubitan di tengah berdesakannya
tubuh puisi yang lain
Tapi aku tidak menangis
melihat banyak warna bekas luka pada tubuhku
Tak apa, Bu!
Luka itu abadi, namun menjadi motivasi
Agar kelak aku terbiasa dengan semua itu
Jangan menangis bu!
Biarkan Puisiku tumbuh dewasa
sampai tua renta. Supaya cucu-cucu dari putramu
melahirkan puisi-puisi yang baru
2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H