Ngejot adalah suatu kegiatan yang di langsungkan untuk memeriahkan hari jadi HMPS Ilmu komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang ke-8 pada tanggal 6 September 2024. Kata perayaan tidak hanya melambangkan kemewahan dan huru-hara. Melalui program kerja yang dilakukan ini, yang merupakan salah satu wujud kepedulian mahasiswa/i terhadap masyarakat yang membutuhkan terkhusus masyarakat Lansia yang kurang mampu. Karena usia yang sudah tidak muda lagi, masyarakat yang tergolong ke dalam kelompok Lansia memiliki berbagai keterbatasan. Kegiatan ini lumayan mempengaruhi ekonimi mereka. Terhadap beberapa Lansia yang bahkan tinggal sendiri, ditengah kondisi yang tidak bugar lagi. Karena keluarga yang sudah memiliki kehidupan masing-masing.
Ngejot kali ini ada 40 sasaran penyaluran bantuan paket sembako, di Desa Petandakan, Desa Padangkeling dan lingkungan/Kelurahan Banyuning , Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Ketua panitia Widya Yeni mengungkapkan, ngejot ini dimulai tahun lalu yang dirangaki dengan kegiatan HUT HMPS Ilmu Komunikasi. Program ini tercetus karena kepedulian mahasiswa/i kepada masyarakat yang masih banyak yang kehidupannya yang di himpit oleh kesulitan ekonomi.
Seluruh panitia melakukan penggalangan dana di dalam kampus. Selain itu juga mengandeng komunitas social, Buleleng Sosial Community (BSC) dan Yayasan Sesama. Target sasaran yang akan dituju pun sudah dikonikasikan terlebih dahulu dengan perangkat desa dan kelurahan. Hal ini untuk memastikan bantuan yang diberikan tepat sasaran dan benar-benar membantu masyarakat yang benar-benar membutuhkan uluran tangan.
"Kami lebih memilih orang lanjut usia yang  hidup sendiri dan  kesulitan  mencari nafkah karena keterbatasannya. Meski bukan bantuan dalam skala besar, kami berharap bantuan ini dapat membantu meringankan beban perbekalan beberapa hari untuk memenuhi kebutuhan pangan," terang Widya.
Menurut Widya, tujuan mendasar lainnya dari dukungan ini adalah untuk menanamkan minat terhadap lingkungan hidup pada generasi pelajar penerus bangsa. Untuk berintegrasi ke dalam masyarakat sebagai seorang intelektual, diperlukan juga  kepekaan sosial  yang tinggi. Widiya juga berharap melalui kegiatan sederhana, ia dapat menginspirasi  orang lain dan menginspirasi mereka untuk peduli terhadap sesama.
Sementara itu tersimpan kisah haru seorang wanita paruh baya bernama Luh Setiari (75) yang tinggal sebatang kara di Desa Padangkeling. Kehidupan Setiari yang sudah ditinggal lama oleh sang suami dan tak memiliki anak ini semakin terasa berat saat pihak panitia kegiatan "Ngejot" HMPS Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja mengunjungi rumahnya, pada Jumat (6/9).
Saat berkunjung, Setiari tampak duduk termenung di teras rumahnya sambil mengusap kaki yang sakit akibat terjatuh di halaman rumahnya. Setiari tidak memiliki pekerjaan, hari-harinya ia jalani hidup dalam keterbatasan ekonomi. Kartu jaminan sosial yang seharusnya menjadi secercah harapan pun tak dapat diperpanjang karena ia tak memiliki siapapun yang dapat membantunya mengurus administrasi.
"Saya sudah lama tinggal sendiri, untuk makan sehari-hari kadang-kadang dibantu oleh keponakan dan tetangga," ucapnya.
 Namun senyuman tipis terukir di wajahnya saat panitia ngejot menghampirinya dengan membawa bingkisan sembako. Ia pun menyampaikan terima kasih atas bantuan yang diberikan.
"Terima kasih banyak dik, saya sangat bersyukur dengan adanya bantuan sembako ini," Â ujar Setiari dengan suara lirih.