Mohon tunggu...
Ori Widianto
Ori Widianto Mohon Tunggu... -

Hanya seorang kuli kantor yang bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi multinasional

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pak Presiden, Tinggalah di Istana

13 Oktober 2011   11:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:00 1786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_141446" align="alignnone" width="298" caption="KOMPAS/ALIF ICHWAN"][/caption] Kemarin malam, jam sudah menunjukkan pukul 19.45 malam, saya pun berjalan keluar kantor menuju halte bus Transjakarta di depan Kantor Pusat Jamsostek di Jl. Gatot Subroto, Jakarta. Badan terasa lelah setelah seharian bekerja, sembari berjalan tampak beberapa calon penumpang sudah menunggu di halte. Tunggu punya tunggu, hampir 30 menit belum ada satupun bus Transjakarta yang tiba di halte. Di kejauhan arah pintu tol Semanggi 1, nampak berkelap kelip lampu rotator mobil polisi bewarna biru. Semakin lama semakin dekat, dan kegelapan malam pun diterangi oleh cahaya biru lampu rotator dari sekitar 7-8 kendaraan pengawal. Sudah jelas, rombongan penting akan lewat dan melihat rute perjalanannya, bisa ditebak ini adalah rombongan bapak Presiden yang terhormat hendak pulang ke rumah di Cikeas. Benar saja, setelah rombongan tersebut lewat, tidak berapa lama 5 buah bus Transjakarta langsung tiba beriringan di halte tempat saya menunggu. Sembari berjalan masuk ke bus...dalam hati saya berkata, Pak Presiden..kenapa tidak tinggal saja di istana. Rakyat sudah cukup menderita menghadapi kemacetan dan sistem transportasi umum yang buruk. Jangan ditambah lagi penderitaan mereka dengan harus menunggu lama menantikan rombongan bapak presiden lewat. Bukan kali ini saja rakyat mengeluhkan tentang kebiasaan bapak Presiden yang hobi pulang pergi dari rumahnya di Cikeas ke Istana. Setahun yang lalu seorang rakyat jelata menulis surat pembaca di Harian Kompas, mengeluhkan perlakuan petugas keamanan yang mengawal romobongan presiden.  Namun sepertinya hal tersebut tidak ampuh, bapak presiden kita yang tercinta tetap lebih senang tinggal di rumah pribadinya dibanding tinggal di istana. Masih teringat, beberapa waktu lalu, Pak Presiden menghimbau rakyat untuk melakukan gerakan hemat energi seiring harga minyak dunia yang melonjak, tapi beliau sendiri tidak melakukannya. Hitung saja sendiri...sekali perjalanan, rombongan presiden terdiri atas sekitar 10 -12 mobil, yang semuanya berkapasitas besar. Dengan hitungan orang awam, saya asumsikan konsumsi bahan bakar setiap mobil sekitar 1:8 (1 liter untuk menempuh 8 kilometer). Dengan jarak Cikeas - Istana sekitar 20 kilometer, sekali perjalanan setiap mobil akan menghabiskan 2,5 liter bahan bakar non subsidi yang beharga sekitar Rp. 9000/liter. Berarti untuk 10 kendaraaan saja, dalam sekali perjalanan menghabiskan biaya sekitar Rp. 225 rb, jika pulang pergi berarti sekitar Rp. 450 rb.  Dalam sebulan Rp. 9 jt (asumsi 20 hari kerja) dan dalam setahun sekitar Rp. 108 jt. Jumlah yang tidak terlalu besar jika dibandingkan uang yang dikorupsi oleh Nazarudin. Namun jika pak Presiden tinggal di istana, jumlah uang 108 jt tersebut tentu bisa dialihkan untuk keperluan lain yang lebih berguna, rakyat pun tidak harus terhenti perjalanannya hanya untuk menunggu rombongan presiden lewat, dan saya tidak perlu terjebak selama setengah jam di halte bus menunggu bus saya tiba. Presiden sebelumnya memang juga tinggal di kediaman pribadi, selain Alm. Gus Dur tentunya yang memilih tinggal di istana. Tapi tentu kita ingat, Pak Harto rumahnya di Jl. Cendana yang tidak terlalu jauh dari istana, Pak Habibi pun di Patra Kuningan yang relatif masih dekat, sedangkan Megawati di Jl. Teuku Umar yang juga tidak begitu jauh. Hanya Bapak Presiden sekarang yang memilih pulang pergi ke rumahnya yang sedikit berada di daerah Jakarta coret. Saya tidak melarang Presiden pulang ke rumah pribadinya, tapi tolong dikurangi frekuensinya.. Yah semoga tidak ada yang protes dengan tulisan saya..ini hanya sekedar curahan hati..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun