Mansalean adalah merupakan salah satu desa yang menjadi tempat pusat pemerintahan dalam ruang lingkup kecamatan. Letak mansalean itu sendiri berada di Propinsi Sulawesi Tengah tepatnya di Kab. Banggai Kepulauan yang sampai saat ini masih menuai kontroversi pro-kontra tentang penempatan ibu kota kabupaten. Dengan diapit oleh pulau-pulau menjadikan mansalean sebagai daerah maritim yang bisa andalkan dan dapat pula dibanggakan. Jika kita melihat peta Indonesia pada umumnya maka kita akan sangat sulit menemukan letak Mansalean, hal itu disebabkan karena memang kawasan Mansalean yang kecil sehingga sulit untuk terdeteksi atau pun teridentifikasi pada pata yang berskala besar, namun hal itu tidak manjadikan Mansalean sebagai salah satu daerah tertinggal baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun dari segi pemahaman masyarakatnya terhadap dunia moderen.
Dalam cerita-cerita rakyat, mansalean pada masa kerajaan merupakan tempat untuk berkumpulnya para petinggi-petinggi kerajaan Banggai untuk mengadakan musyawarah guna mengambil sebuah keputusan, hal itu dibuktikan dengan adanya sebuah rumah panggung yang di jadikan sebagai tempat untuk bermusyawara antara Raja dan petinggi-petinggi kerajaan. Masyarakat mansalean itu sendiri menyebutnya “SABUA”. Selain itu, Mansalean juga mempunyai peninggalan-peninggalan kuno yang mempunyai nilai sejarah diantaranya, sebuah batu yang menyerupai gaja lengkap dengan kedua taringnya. Batu itu terletak di pinggir jalan trans kecamatan yang berjarak kurang lebih 3 KM dari desa mansalean, orang mansalean sendiri menyebutnya “Batu Gaja”. Peningalan berikutnya yaitu sebuah batu yang menyerupai kapal. Batu itu sendiri terletak di tepi pantai yang tak jauh dari Mansalean. Menurut cerita, konon batu itu awalnya sebuah kapal yang sedang berlabu di tepi pantai. Pada saat kapal itu hendak meniggalkan pantai, tiba-tiba kapal itu tidak bisa bergerak sama sekali. Akhirnya kapal itu menjadi karam dan seirirng dengan waktu, kapal itu pun berubah menjadi batu. Buat orang mansalean sendiri menyebutnya “Batu Kapal”. Peninggalan sejarah berikutnya yang juga tak kalah menariknya, yaitu sebuah batu berukuran besar yang terletak tengah kampung. Menurut cerita, Batu itu dijadikan sebagai tempat berlindung orang-orang pada masa dulu dari serangan pihak musuh, hal itu dibuktikan dengan ditemukannya tulang-tulang manusia disekitaran batu tersebut. Orang mansalean sendiri menyebutnya “Batu Balu”. Diantara obyek-obyek peninggalan jaman dulu, peninggalan kerajaan Mansalean yang lebih menarik, namun sayang peniggalan kerajaan mansalean tak dapat dilihat atau pun dinikmati oleh para penduduk atau pun wisatawan yang mungkin akan berkunjung. Hal itu disebabkan peninggalan kerajaan yang berupa Keraton yang sudah tidak terlihat lagi, dan bererapa peniggalan lainnya berupa mahkota Raja, kris pusaka, dan emas peniggalan kerajaan pun terkubur bersama puing-puing reruntuhan Keraton. Akan tetapi sejarah berdirinya kerajaan Mansalean dan eksistensinya pada massa itu sangat diyakini oleh masyarakat setempat bahkan juga diyakini oleh sebagian masyarakat Kabupaten Banggai Kepulauan.
Dalam hal ini, Mansalean membuktikan bahwasanya desa Mansalean juga mempunyai obyek-obyek wisata yang tidak kalah menariknya dengan tempat-tempat lain. Satu hal yang menjadi nilai tambah, obyek wisata yang ditawarkan bagi wisatawan lokal mau pun intenasional adalah tempatnya yang masih orisinil atau belum tersentuh dengan dunia modernisasi seperti tempat-tempat wisata pada umumnya. Artinya, jika hal ini bisa di ekspolitasi dengan sebaik-baiknya maka tidak menutup kemungkinan Mansalean akan menjadi salah satu tempat untuk menghabiskan libur bersama keluarga bagi para wisatawan domestik yang pada gilirannya bisa meningkatkan penghasilan aset daerah (PAD) pada umumnya dan juga perekonomian masyarakat mansalean pada khusunya.
Jika kita membuka kembali historikal perjalanan bangsa ini pada saat sebelum atau bahkan masih berstatus Nusantara yang dimana pada saat itu kerajaan-kerajaan masih terbentuk dan tersebar diseluruh Nusantara, maka pada saat itu pula mansalean pun ikut ambil bagian, bahkan eksistensinya dapat dipertahankan sampai masuknya portugis di Nusantara. Bahkan menurut sejarah ketatangegaraan dengan berbagai bukti kongkrit baik lisan maupun tulisan yang bersumber dari historis sejarahnya menyatakan, Mansalean pada massa itu menjadi salah satu pusat komando yang diprakasai oleh orang-orang portugis yang pada saat itu telah menguasai dunia maritim Indonesia. Bahkan mansalean dalam sejarahnya, menjadi salah satu tempat terpenting yang dikenal dengan sebutan “Perebutan Bendera” atau sebagai salah satu tempat pangkalan Angkatan Laut (AL) Indonesia dalam merebut kemerdekaan, dibuktikan dengan ditemukannya Mansalean pada peta yang digunakan Angkatan Laut. Hal ini membuktikan sekaligus menyatakan bahawa mansalean tidak bisa dibasahkan dari sejarah terbentuknya bangsa ini. Namun sayang, pada realitanya, Mansalean hanya dikenal dalam kalangan masyarakat Kabupaten Banggai Kepulauan. Tak ada sepatah kata pun dalam buku-buku sejarah saat ini yang menyatakan keikutsertaan Mansalean dalam merebut kemerdekaan Indonesia, ini adalah sebuah realita peradaban Mansalean yang telah terlupakan seiring dengan perkembangan sejarah saat ini.
Keinginan orang-orang portugis yang memprakasai Mansalean sebagai salah satu pusat komando untuk mendukung tujuan mereka atau pun menjadikan Mansalean sebagai salah satu tempat pangkalan tentara Angkatan Laut Indonesia bukan sebuah keputusan yang tidak beralasan. Selain letak Mansalean yang strategis dalam dunia maritim juga karena disebabkan orang-orang Mansalean yang dikenal dengan militansinya dan ciri khas dalam berfikirnya pada masa jayanya kerajaan Mansalean yang sampai saat ini masih di pertahankan oleh masyarakatnya. Artinya, jika Mansalean bisa ditaklukkan maka daerah-daerah disekitarnya akan muda dikuasai.
Dengan melihat berbagai prolem yang terjadi di daerah atau pun tingkat nasioanal saat ini yang semakin tak terelakan lagi, maka dengan ini mansalean berkeinginan tampil menjadi ibu kota Negara Indonesia yang berwadah demokratis dalam proyeksi fikswal guna menindak lanjuti sebuah problem yang menjadi kaitan inti dari intropeksi dini untuk mengatasi problem bangsa yang sudah sejak lama menggrogoti Ibu Pertiwi. Keinginan Mansalean menggantikan Jakarta sebagai Ibu kota Negara merupakan langkah kongkrit untuk mejawab segala problem yang terjadi saat ini dengan sologan “Mansakai Tano, kekendeke ko Lipu” menjadikan Mansalean sebagai tempat yang sangat strategis untuk menyatukan ranting-ranting keinginan masyarakat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Marauke. Mansalean menilai Jakarta yang sampai saat ini masih tercatat sebagai ibu kota Negara sudah tidak layak lagi. disebabkan karena Jakarta telah menjadi sentral industri yang rawan akan segala peristiwa yang bisa saja terjadi dan juga karena melihat Negara Indonesia adalah Negara kepulauan, maka Ibu kota Negaranya harus berada dalam kawasan dunia maritim yang strategis guna mendukung segala prospek yang bertumpuk pada “The Power Of Maritime” yang akan menjadi sumber pangan yang luar biasa bagi bangsa ini.
Berdasarkan fragmentasi diatas, kekuatan maritim yang dimiliki oleh bangsa ini merupakan sebuah track record tersendiri. Jika hal ini bisa terwujud maka sebuah sistem pemerintahan yang berhikari pada keinginan rakyat akan bisa tercipta dengan sendirinya dan sudah pasti tentunya konstitusi Negara akan lebih kokoh tegak berdiri.
Ini merupakan sebuah opini yang keluar secara instans berdasarkan pemikiran yang sarat akan kebenaran objektif. Hal ini bisa tercapai hanya dengan cara legitimasi massa secara terus menurus tanpa batas waktu karena menilai Mansalean sebagai tempat yang layak untuk menggantikan Jakarta sebagai Ibu kota Negara. Dengan menjadikan Mansalean sebagai Ibu kota Negara kemungkinan terburuknya adalah timbulnya penolakan demi penolakan dari berbagai pihak namun hal itu bisa tepis melalui orientasi berfikir akan sejarah bangsa ini dan kemungkinan terbaiknya adalah Mansalean berpotensi menjadikan bangsa ini sebagai Negara super power bahkan bisa saja mengatikan Amerika sebagai Negara adikusa hanya dengan bertumpuk pada kekuatan maritim yang tidak dimiliki oleh Negara-negara lainnya yang sudah pasti dengan konsep yang terstruktur dan terorganisir secara matang agar kesalahan berfikir tidak selalu terjadi.
Sebagai penutup, sekedar saya mengingatkan bahwa “Keinginan, Impian dan Harapan tidak akan pernah terwujud tanpa diawali dengan sebuah perbuatan”. HIDUP MANSALEAN……. He….he…he…he……!!!
(diambil dari Catatan Krisnohadi pada Mansalean People Comunity)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H