LRT) merupakan moda transportasi umum yang menggunakan tenaga listrik. Bergerak dan beroperasi di jalur rel yang menghubungkan kota Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek). Moda transportasi ini masih merupakan sebuah hal yang baru bagi negara kita Indonesia. Pasalnya, LRT pertama baru diresmikan pada tahun 2018 yang menghubungkan  Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dengan kompleks Olahraga Jakabaring.Â
Light Rail Transit (LRT didesain sebagai transportasi massal untuk membuat masyarakat beralih dari penggunaan kendaraan pribadi menjadi transportasi umum. LRT digadang-gadang menjadi salah satu moda transportasi yang memberikan pengalaman bertransportasi yang mudah, cepat, dan anti macet.
Jalur rel yang dibangun sepanjang 44,43 km dengan 18 titik stasiun pemberhentian memakan dana sebesar 32,5 triliun rupiah. Pembangunan LRT melibatkan anak-anak bangsa dan BUMN seperti PT Adhi Karya, PT Len Industri, PT INKA, dan PT Kereta Api Indonesia. Bangunan paling ikonik dari LRT Jabodebek adalah longspan atau rel lengkung yang melintasi persimpangan Jalan HR Rasuna Said dan Jalan Gatot Subroto di Kuningan, Jakarta Selatan.
Longspan LRT didesain oleh anak bangsa dari tim ahli Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dikomandani oleh Arvilla Delitriana. Longspan LRT Kuningan memiliki radius lengkung 115 meter serta menggunakan beton seberat 9.688,8 ton. Konstruksi longspan ini menggunakan teknik cast in situ traveler form box girder.Â
Longspan LRT ini menuai pujian karena kepresisian lengkungnya sehingga mendapat rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) Â sebagai jembatan kereta boks lengkung dengan bentang terpanjang dan radius terkecil di Indonesia, serta pengujian axial static loading test pada pondasi bored pile dengan beban terbesar di Indonesia, dengan beban pengujian hingga 4.440 ton.
Kini setelah tahap pengujian LRT Jabodebek, ditemukan beberapa masalah terutama pada desain longspan di Kuningan. Demi faktor keamanan, LRT yang awalnya melintas dengan kecepatan 70 km/jam harus menurunkan kecepatannya menjadi 20 km/jam saat melewati tikungan tersebut. Setelah ditelusuri, ternyata tikungan tersebut kurang lebar untuk menopang beban dari sudut kemiringan kereta.Â
Meskipun begitu, pembangunan LRT Jabodebek telah  mendapatkan persetujuan dan sertifikasi dari Komite Keselamatan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) Kementerian PUPR. Selain itu, seluruh pekerjaan dari proyek ini juga telah dilakukan pengujian oleh Kemenhub melalui Ditjen Perkeretaapian (DJKA), serta telah mendapatkan penilaian sistem manajemen keselamatan perkeretaapian.
Meskipun ada beberapa kekurangan dalam proses desain dan pembangunan, kita sebagai warga Indonesia sepatutnya bangga akan pencapaian yang telah diraih. Kesalahan dan kekurangan yang ada harus dievaluasi agar pembangunan kedepannya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Harapan saya dan seluruh masyarakat adalah agar Industri Kereta Api Indonesia (KAI) bisa semakin berkembang dengan memberikan pelayanan yang profesional dan kesinambungan akses terhadap wilayah-wilayah di Indonesia.Â
Penggunaan Light Rail Transit (LRT) ini menjadi salah satu solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan polusi dan kemacetan yang sering terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Terobosan ini juga menjadi salah satu pilihan moda transportasi masa depan yang mendukung konsep smart city.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H