Mohon tunggu...
Fatimah Ali
Fatimah Ali Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mendambakan perjalanan keliling dunia dengan seekor kucing peliharaan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Masa Depan Seorang Anak

13 Agustus 2024   18:33 Diperbarui: 13 Agustus 2024   18:38 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok pribadi diolah melalui canva

Ketika aku ditugaskan menjadi seorang guru, aku akan memilih mengajar anak Sekolah Dasar. Menurutku, guru SD memiliki peran penting dalam perkembangan anak di usia dini. Guru-guru SD biasanya mengajarkan cara membaca, menulis, dan berhitung, yang merupakan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang berguna sepanjang hidup mereka. Selain itu, anak-anak pada umumnya memiliki pikiran yang terbuka dan rasa ingin tahu yang tinggi. Ini tentu akan sangat membantu dalam dunia pendidikan.

Karena banyak hal yang belum mereka ketahui tentang dunia ini, di sinilah peran guru SD sangat penting, yaitu mengajarkan mereka moral dan etika yang baik. Namun, perlu juga mempertimbangkan tantangan yang muncul dalam mengajar anak-anak SD. Anak-anak SD tentunya masih memiliki emosi yang belum stabil, jadi dibutuhkan banyak kesabaran dalam menghadapi mereka. Kebutuhan mereka terhadap bermain yang relatif tinggi terkadang memperlambat proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru SD harus menemukan cara agar belajar terasa menyenangkan, sehingga pikiran jenuh mereka terhadap belajar bisa berkurang.

Pendekatan yang akan kugunakan dalam mengajar murid SD yaitu pendekatan pengajaran Teacher and Student centered learning. Diibaratkan sebuah gelas yang berisi setengah air, orang akan memiliki dua pandangan berbeda. Pandangan pertama akan mengatakan bahwa gelas itu berisi setengah air, dan pandangan kedua menyatakan bahwa gelas itu setengahnya adalah kosong. Sebagai seorang guru, tentu akan melihat bahwa murid itu ibarat gelas berisi setengah air. Guru akan menilai bahwa setiap anak memiliki potensi yang tertanam dalam dirinya, ini merupakan pendekatan student centered learning. Masih berkaitan dengan proses pendekatan, murid dapat mengeluarkan seratus persen potensinya dengan dorongan dari gurunya, maka dari itu saya juga akan menggunakan pendekatan teacher centered learning. Ibarat gelas yang setengah kosong tadi, kemudian diisi hingga penuh sesuai dengan air yang ada dalam gelasnya. Apabila gelas sudah penuh, maka perlu diganti wadahnya, atau menemukan guru yang lebih hebat agar dia terus berkembang.

Metode pengajaran yang lebih baik untuk mengenalkan aqidah filsafat kepada anak SD adalah metode induksi. Metode ini memulai pembelajaran dengan pengalaman konkret dan contoh nyata, kemudian menarik kesimpulan umum dari pengalaman tersebut. Anak-anak SD cenderung lebih mudah memahami konsep yang abstrak jika mereka diawali dengan hal-hal yang familier. Misalnya, mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan kebijaksanaan melalui cerita-cerita sederhana dan pengalaman sehari-hari akan lebih efektif. Setelah mereka memahami melalui contoh-contoh nyata, barulah mereka diajak untuk menarik kesimpulan tentang prinsip-prinsip aqidah filsafat tersebut. Metode ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan mudah dipahami, tetapi juga membantu anak-anak mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Metode pengajaran yang paling cocok menurutku adalah dengan metode diskusi. Anak-anak suka dengan cerita imajinatif yang menarik, maka dapat mengawali pembelajaran dengan menceritakan soal nilai moral dan etika, contohnya kejujuran. Nantinya mengajak anak-anak untuk berdiskusi tentang suatu tokoh, lalu mengajak mereka bermain peran yang ada dalam cerita itu. Dengan cara ini, anak-anak akan lebih mudah memahami konsep yang abstrak dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

Teknik pengajaran yang mungkin akan kulakukan nantinya seperti membawa alat peraga. Anak-anak otaknya akan lebih mudah menangkap visual gambar, karena daya imajinasi mereka masihlah tinggi. Ini akan mempermudah metode pengajaran diskusi. Aku harus lebih ekspresif dalam mengajar, ini merupakan bentuk pengenalan macam-macam emosi pada anak-anak. Selain itu, bermain kata seperti teka-teki juga akan membantu memperkaya kosa-kata bahasa mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun