Mohon tunggu...
Dinny Miranti
Dinny Miranti Mohon Tunggu... -

Hello~\r\nSemoga tulisan-tulisan saya bisa bermanfaat ya.\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Galeri Indonesia Kaya

16 Juli 2014   17:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:10 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingin tahu keanekaragaman seni budaya, pariwisata, kuliner, dan alat musik daerah yang berada di Indonesia tanpa berpanas-berpanasan ria dan GRATIS? Galeri Indonesia Kaya tempatnya. Letaknya strategis di jantung kota dan dekat dengan salah satu ikon terkenal kota Jakarta, kolam berbentuk lingkaran dengan air mancur serta Patung Selamat Datang yang berdiri menjulang ditengahnya, Bundaran HI (Hotel Indonesia).

Saya berangkat dari Kelapa Gading menuju Thamrin dengan bis TransJakarta, memakan waktu kira-kira satu jam setengah. Naik bis tujuan Tj. Priok - Pluit dari halte Sunter kemudian transit di Jakarta Kota naik lagi bis yang ke arah Blok M dan turun di halte Tosari. (Karena sejak Januari halte HI ditutup untuk keperluan pembangunan stasiun MRT-www.jpnn.com)

Jalan kaki melewati jalan Kebon Kacang, saya langsung menuju pusat perbelanjaan Grand Indonesia melalui west mall. Tanpa pikir lagi saya tanya letak lift menuju lantai delapan ke pria berkopiah hitam dan dibaju merahnya berselendangkan tulisan “Ask me” yang sedang berdiri disamping pintu masuk GI. Untuk menuju Galeri Indonesia Kaya saya harus ke lantai 5 terlebih dahulu kemudian naik eskalator katanya.

Okay, inilah Galeri Indonesia Kaya.

[caption id="attachment_348022" align="alignleft" width="300" caption="Galeri Indonesia Kaya - Grand Indonesia West Mall"][/caption]

Saya mendekati meja kayu customer service yang berada di pojok kanan gerbang masuk, untuk menyakinkan hati saya langsung tembak tanya biaya masuk ke petugasnya, “gratis, mba. Silakan masuk aja mba, ini jadwal acara selama bulan Juli.” Jawabnya. Dalam hati berbisik-bisik, “beneran ya gratis.. kok bisa ya gratis, di dalam mall lagi tempatnya.”

Melangkahkan kaki pertama kali, tiba-tiba saya disambut dengan salam dan senyum ramah dari pasangan penerima tamu yang berpenampilan seperti abang none Jakarta, dua menit kemudian tampilan panel layar digitalnya berubah menjadi penerima tamu yang mengenakan pakaian-pakaian daerah seperti dari Jawa, Kalimantan, Makasar, dan Sumatera Barat.

[caption id="attachment_348023" align="alignleft" width="300" caption=""Selamat Datang~ Sugeng Rawuh~Wilujeng Sumping~" よこそ!"]

14054781891347173724
14054781891347173724
[/caption]

Saya pandangi persegi panjang seperti cermin seukuran badan orang dewasa yang diatasnya bertuliskan Selaras Pakaian Adat. Pemirsa, ternyata dengan menggerak-gerakkan tangan ke udara mengikuti instruksi dua lingkaran merah yang muncul di cermin digital itu saja, saya bisa gonta-ganti pakai beberapa baju-baju daerah.

[caption id="attachment_348025" align="alignleft" width="300" caption="Selaras Pakaian Adat "]

1405478441393959439
1405478441393959439
[/caption]

Setelah puas mencoba berbagai baju daerah, saya menuju galeri alat musik daerah. Disini kita bisa melihat berbagai macam alat musik tradisional dalam bentuk tiga dimensi dan mendapatkan score setelah memainkan lagu-lagu daerah seperti Gundul Pacul, Cing Cangkeling, dan Kampuang nan jauh memakai talempong1, angklung2, atau kolintang3.(Note: untuk pilihan lagu modern juga ada)

[caption id="attachment_348028" align="alignleft" width="300" caption="Alat musik virtual "]

14054790531691152216
14054790531691152216
[/caption]

Selanjutnya, saya menemukan peta Indonesia dan bisa mengeksplorasi berbagai macam pariwisata, kuliner, budaya di berbagai provinsi melalui layar kaca pintar Indonesia.

Misalnya tari Cendrawasih dan upacara Melasti dari Bali, candi-candi di Yogyakarta sekitarnya, dan juga ragam kuliner dari Nusa Tenggara Timur dengan Jagung Asapnya melalui foto-foto yang ditampilkan secara menarik dan padat informasi.

Nah, kalau kangen dengan mainan congklak ada juga loh versi virtualnya di layar Ceria Anak Indonesia, bisa bermain berdua atau kalau datangnya sendirian, ya main dengan komputer. Di ruangan ini pun ada sebuah piano putih yang bisa kita gunakan.

[caption id="attachment_348032" align="alignleft" width="300" caption="Congklak virtual dan Piano putih "]

14054795472090765886
14054795472090765886
[/caption]

Galeri Indonesia Kaya juga dilengkapi auditorium berkapasitas 150 orang. Auditorium ini sering dipakai untuk pentas tarian daerah, drama tarian daerah, ataupun drama musikal. Semua pertunjukan dan penggunaan fasilitas di Galeri Indonesia Kaya ini gratis loh permirsah. Saya lihat di bagian belakang selebaran jadwal acara Juli 2014, Galeri Indonesia Kaya ini dikelola oleh Apresiasi Budaya Djarum Foundation.

[caption id="attachment_348035" align="alignleft" width="300" caption="Auditorium "]

14054802621579247045
14054802621579247045
[/caption]

Tertarik dengan tulisan yang saya buat ini? Jangan lupa beri nilai ya. Penutup tulisan ini, buktikan dan datang saja langsung ke Galeri Indonesia Kaya. Jangan lupa cek websitenya: www.indonesiakaya.com

Catatan:

1.Talempong : Alat musik pukul tradisional khas suku minangkabau, bentuknya hamper sama dengan instrument bonang dalam perangkat gamelan. (Wikipedia)

2.Angklung : Alat musik yang dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan. (Wikipedia)

3.Kolintang : Alat musik yang terdiri dari barisan gong kecil yang diletakkan mendatar. (Wikipedia)






Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun