Mohon tunggu...
Gugun El Barra
Gugun El Barra Mohon Tunggu... pegawai negeri -

orang awam yang ingin menggapai cita-cita setinggi langit....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pontianak(Indonesia)-Kuching(Malaysia) Road Trip

29 Agustus 2012   03:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:12 6267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan saya ke Kota Kuching pada bulan Agustus (hari ke-5 di bulan syawal) adalah pengalaman saya untuk ke-4 kalinya mengunjungi Kota Kuching, Malaysia. Perjalanan ini adalah perjalanan yang menurut saya paling menarik. Menarik karena untuk pertama kalinya saya mencoba untuk melintasi negara jiran dengan menggunakan mobil saya sendiri bersama istri dan dua orang anak saya. Sebenarnya keinginan untuk berlibur ke Kota Kuching dengan menggunakan private car sudah lama saya rencanakan karena suasana mengemudi disana boleh dibilang cukup unik(berdasarkan pengamatan saya waktu pertama kali kesana dengan menggunakan bis). Keunikannya seperti apa, nanti saya jelaskan di paragraf selanjutnya….hehe….

Perjalanan dari Kota Pontianak menuju ke perbatasan Entikong setidaknya memerlukan waktu kurang lebih 4 jam. Sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi kondisi jalan dengan status ‘Jalan Negara’ membuat kaki saya lumayan pegal karena kondisinya yang bisa dibilang lumayan ancur meskipun tidak semuanya (benar-benar sangat disayangkan disaat negara kita menggembar-gemborkan tentang pembangunan di wilayah perbatasan). Jalan yang rusak juga membuat perjalanan saya terasa cukup lama. Setibanya di perbatasan, saya langsung lapor ke pos Bea Cukai, Departemen Perhubungan, dan Kepolisian untuk mendapatkan surat jalan. Prosesnya ternyata tidak ribet dan lancar. Lalu lanjut ke pos imigrasi untuk menge-cap paspor. Setelah itu lanjut ke pos Bea Cukai dan Dephub Malaysia. Di perbatasan Malaysia saya bayar70RM (±Rp 210.000,00) untuk biaya asuransi mobil saya. Tidak lupa saya tempelkan stiker surat jalan dari instansi Indonesia dan Malaysia di kaca bagian dalam sebelah kiri. Setelah semuanya selesai, langsung saya tancap gas mobil saya. Cuaca cerah berawan tepat pukul 12 waktu Malaysia(di Indonesia masih jam 11, selisih 1 jam)…

Kondisi jalannya benar-benar istimewa!! Seperti melewati jalan tol di Pulau Jawa(kebetulan saya orang Jawa Timur yang lagi bertugas di Kalbar). Mulus, bersih, dan drainase yang tertata cukup rapi disepanjang jalan(tiba-tiba saya teringat dengan kondisi ‘jalan negara’ Indonesia menuju perbatasan Malaysia… menyedihkan!). Memasuki jalan Kuching-Serian, kondisi jalan bagus dan cukup lebar. Nah, keunikan berkendara di Malaysia mulai terlihat. Disepanjang jalan saya hampir tidak dapat menemukan sepeda motor. Saya bilang hampir karena sedikit sekali sepeda motor yang melintas. Keunikan yang lain, saya hampir tidak mendengar suara klakson kendaran yang melintas di sepanjang jalan dan tidak ada kios bensin atau kios penjual rokok di sepanjang jalan... hehe

Dua jam kemudian saya sampai di jantung Kota Kuching. Saya menginap di sebuah hostel yang berada dekat dengan Waterfront (salah satu ikon objek wisata di Kuching). Saya cukup surprised ketika ada ruang untuk parkir mobil saya tepat di depan hostel saya menginap. Sekedar gambaran, karena mayoritas penduduk di Kuching menggunakan mobil (mereka menyebutnya ‘kereta’), memarkir mobil adalah salah satu bagian yang cukup sulit. Setelah berhasil memarkirkan mobil saya, saya langsung check in. Saya langsung bertanya kepada receptionist cara membayar parkir, soalnya tidak ada tukang parkir…hehe. Ternyata saya harus membeli kupon parkir yang dijual di kios penjual kupon parkir yang letaknya tidak jauh dari tempat saya parkir.

Selama 3 hari 2 malam saya berkeliling ke beberapa lokasi wisata di Kuching. Pantai Santubong, Waterfront, Masjid Raya, dan beberapa museum. Secara umum, wisata yang ditawarkan di Kuching tidak begitu menarik. Hanya menjual wisata kota yang bersih dan rapi. Para turis pejalan kaki sangat dimanjakan karena trotoarnya cukup lebar dan para pengendara mobil sangat menghargai para pejalan kaki yang menyeberang jalan. Biaya untuk konsumsi tidak begitu beda dengan di Pontianak, termasuk citra rasanya.

Dihari ke-3, saya meluncur kembali ke Indonesia. Perjalanan yang cukup menyenangkan dan menyisakan mimpi di benak saya. Semua kota di Indonesia pasti akan menjadi kota tujuan wisata yang menarik seandainya dikemas dengan bagus. Minimal jalanan bersih dari sampah dan tata kota yang rapi (tidak semrawut seperti kondisi kebanyakan di kota-kota di Indonesia). Terakhir, meng-copy status FB teman saya, sesama warga perbatasan yang sekarang mutasi ke Jakarta, Andriansyah ‘Encex’ Soenaryo:” Walaupun aspal tetangga lebih halus, walaupun sungai tetangga bersih dan ada kapal pesiarnya, walaupun big mac tetangga lebih murah, walaupun timnas tetangga juara AFF Cup... Jangan sampai kehilangan cinta pada NEGERI ini...”

I LOVE YOU FULL INDONESIA!! ^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun