Mohon tunggu...
Remigius Septian
Remigius Septian Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Journalist, Writer, Thinker

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Komando Pasukan Katak Mengincar GAM

18 Desember 2014   18:31 Diperbarui: 4 April 2017   18:07 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empat hari disandera si nahkoda dan KKM akhirnya dibebaskan. Begitu dilepas, Jepang baru curiga kenapa kemenakannya tidak kunjung tiba. Jarak Lhokseumawe ke Perlak agak jauh memang, sekitar 2,5 hingga 3 jam perjalanan darat. Itu pun kalau jalannya mulus. Tapi tentu tak sampai seharian, maka tak heran jika Jepang mulai curiga.

Jepang kemudian membuat laporan orang hilang ke kantor polisi. “Dia bilangnya ada bantuan dari Jakarta untuk membangun jalan. Tapi yang bertugas mengambil uang hilang,” ujar Koptu Totok.

Kebetulan beberapa anggota Tim Kejar di saat yang sama sedang istirahat di sebuah kedai kopi dekat Polsek Perlak. Mereka melihat dengan jelas, lewat mata sendiri kalau si Jepang keluar dari Polsek. Bukannya langsung disergap, tim malah tidak mau gegabah.Tim Kejar berpikir sangat riskan jika melakukan penangkapan di daerah Perlak karena daerah tersebut sudah dikuasai GAM. Apa jadinya jika begitu disergap mereka malah gantian dipentungi oleh masyarakat di sekitar situ yang ternyata anggota GAM.

Tim Kopaska memilih untuk membuntuti incarannya yang pergi ke rumah orang tua Sofyan  di Lhoksumawe. Sampai di rumah kakaknya Jepang belum juga disergap. Tim penyergap dengan sabar membuntuti sasarannya ini ke tujuan berikutnya, bank tempat Sofyan menarik uang.

Pihak bank memperlihatkan bukti pengambilan uang kepada Jepang dan kakaknya yang ikut serta. Merasa uangnya memang sudah dicairkan Jepang akhirnya kembali ke Perlak. Tiba di salah satu perempatan jalan di ujung kota Lhokseumawe Jepang dipaksa berhenti oleh lampu merah. Serombongan orang di sebuah mobil ikut berhenti di sebelahnya. Saling pandang, sama-sama memberi senyum.

Seluruh penumpang mobil turun dengan cepat, langsung menghampiri pengendara motor di sebelahnya. Tak disangka, seisi mobil tersebut adalah anggota Tim Kejar. Tertangkaplah Jepang tanpa perlawanan berarti.

Operasi ini dianggap cukup sulit dilakukan karena alat penyadap yang menjadi kunci keberhasilan operasi ini ada di Jakarta. Tim Kejar harus terus berkoordinasi dengan pihak operator dan tim Kopaska di Jakarta untuk memastikan keberadaan pembajak yang diincar.

*Tulisan ini ada di buku Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun