Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Begitulah yang dipahami para muslim, saya juga memahaminya demikian. Ramadhan juga bulan penuh waspada. Kejahatan meningkat pesat. Pencurian kendaraan dan isi rumah harus diwaspadai. Orang - orang baik, orang - orang biasa, tiba - tiba saja bisa menjadi jahat karena perlu uang untuk buka puasa dan sahur agar rukun puasa terpenuhi. Padahal, biasanya menahan lapar dan haus bisa dijalani. Orang - orang baik, orang - orang biasa bisa mendadak maling agar bisa membeli baju lebaran dan memasak sedikit lebih istimewa dari biasanya.
Bagi saya, bulan Ramadhan adalah bulan yang menyedihkan. Inilah saatnya hutan - hutan dibabat untuk memenuhi target belanja Lebaran. Inilah saat - saat yang baik untuk berbuat jahat, selain karena petugas juga lagi malas - malasnya bekerja, para petugas juga butuh uang setoran atas kompromi kejahatan.
Fakta lainnya, bagi pejabat dan pegawai pemerintah, Ramadhan adalah bulan yang menjengkelkan. Mereka akan dikejar - kejar oleh para  wartawan dan LSM Bodrex atas nama Tunjangan Hari Raya. Bagi para pengusaha, ini adalah bulan belanja ekstra untuk membayar parsel -parsel Lebaran dan tiket. Bagi negara, ini saatnya pembobolan kas untuk buka puasa bersama.
Sayangnya, banyak orang yang gagal menerima dan mengakui bahwa Ramadhan adalah bulan waspada. Segala sesuatu yang berbau agama tidak boleh diganggu gugat dengan pernyataan lain. Mereka gagal paham, gagal meihat realita. Ini seperti menutup diri dari kebenaran dan kita akan terus mundur menuju era jahiliyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H