[caption id="attachment_397832" align="aligncenter" width="360" caption="Gambar : xfactorindonesia.com"][/caption]
Ajang pencarian bakat bernyanyi X Factor Indonesia (XFI) season 2 memang baru akan tayang april mendatang. Tapi selalu menarik membicarakan acara talent show yang akhir-akhir ini seperti tayang maraton di RCTI. Mulai dari X Factor Indonesia (2013), Indonesian Idol (2014), dan Rising Star Indonesia (2014). Tiga edisi terakhir berhasil melahirkan para jawara yang semuanya adalah wanita. Mereka adalah Fatin Shidqia Lubis, Nowela Elizabeth Auparay dan Indah Nevertari. Uniknya, mereka sama-sama berdarah batak.
Yang paling menyita perhatian dan ingatan, tentu fenomena kemunculan Fatin Shidqia dua tahun silam. Fatin mengambil peranan penting dibalik kesuksesan edisi pertama XFI yang kala itu tengah bersaing ketat dengan The Voice secara global. Tak heran bila George Levendis sebagai pimpinan syco TV (salah satu produser the X Factor) tampak antusias menyambut kehadiran Fatin sebagai pusaran magnet untuk acara miliknya.
Secara keseluruhan, X Factor Indonesia masih menjadi acara talent show tersukses hingga kini. Selain bagus dalam rating, XFI juga sukses melahirkan pemenang yang mampu berbicara banyak di Industri musik. Ini sekaligus memecah kebuntuan karir jawara ajang pencarian bakat yang selama ini dirasa bagai kutukan. Tenar sesaat lalu perlahan menghilang. Selain itu, acara ini juga mampu mengawal tujuan utamanya dalam mencari bintang berfaktor X, dengan penekanan karakter sebagai rujukan utama. Dan disaat itulah Fatin Shidqia hadir sebagai jawaban sempurna untuk sebuah ending terbaik XFI edisi perdana.
Beban Kesuksesan Edisi Pertama
Kesuksesan XFI edisi pertama mau tak mau akan menjadi beban tersendiri bagi fremantle dan RCTI sebagai pihak penyelenggara. Jika kita melihat kembali gegap gempitanya edisi terdahulu, rasanya cukup sulit untuk menciptakan atmosfir yang sama. Mulai dari meja mentor yang kerap 'panas' hingga persaingan Fatin dan Novita yang sempat menjadi huru hara dunia maya.
XFI 2 bukan saja diharapkan kembali meraih sukses tapi juga dengan sejumlah perbaikan. Terutama dalam hal menjaring peserta. Jangan sampai terjadi lagi 'peserta yang tertukar' di 13 besar. Sekali lagi, tujuan utama X Factor adalah menemukan peserta berfaktor X, bukan peserta berskill hebat. Selain itu, XFI 2 juga dituntut untuk memberikan informasi dan edukasi musik dalam porsi yang lebih besar bagi pemirsa di rumah.
Menemukan Ikon Baru Penerus Fatin
Ini adalah bagian tersulitnya. Menemukan sosok fenomenal bukanlah hal yang gampang. Harus diakui bahwa juara edisi pertama, Fatin Shidqia Lubis sejauh ini begitu lekat dengan X Factor. Tentu tak mungkin untuk terus mengandalkan Fatin sebagai alat promosi acara ini disaat dia bukan lagi seorang peserta. XFI 2 harus mencari ikon baru atau sosok baru yang punya daya fenomena serupa Fatin, tapi tentu dalam karakter yang berbeda. Jika XFI 2 mampu menemukan 'lawan' yang sepadan untuk Fatin, maka bukan mustahil acara ini akan kembali menuai sukses meski tak lagi sehangat edisi pertama.
Jangan Lagi ada Tantangan dan Pemilihan Lagu Bagi Peserta
Memberikan tema tersendiri disetiap gala show merupakan konsep yang bagus. Tapi sebaiknya tidak ada pemaksaan atau tantangan bagi peserta untuk membawakan lagu tertentu (asal tetap di dalam tema). Di XFI yg lalu kita bisa menunjuk Alex Rudiart sebagai contoh. Penampilan Alex cenderung menurun disetiap gala show karena sering menyanyikan lagu yang tidak sesuai dengan karakternya. Dalam hal ini, Beby Romeo sebagai mentor dituding terlalu senang bereksperimen oleh fans Alex.