ada namamu yang diam-diam terselip dalam doa,
anak jalanan yang duduk di pinggir trotoar dengan menahan perut yang lapar
ada namamu yang diam-diam terselip dalam doa,
anak kecil penjual koran beserta ibunya yang tadi siang dibawa segerombolan satpol pp
ada namamu yang diam-diam terselip dala doa,
anak-anak didik di perbatasan yang mengenal baca tulis pun tidak, yang selama ini hidup dalam keheningan lampu kota
ada namamu yang diam-diam terselip dalam doa,
bapak ibu tani yang sekarang enggan menanam lagi
ada namamu yang diam-diam terselip dalam doa,
orang-orang yang namanya dimuat di koran ibu kota dengan dugaan korupsi sedangkan disana banyak rakyat miskin kelaparan juga pengungsi
ada namamu yang diam-diam terselip dalam doa,
bapak polisi jalan yang memasang tarif ribuan dan melegalkan kesalahan
ada namamu yang diam-diam terselip dalam doa,
kepada jaksa dan hakim, dimana peradilan diperjualbelikan
bahkan ada namamu yang diam-diam terselip dalam doa-ku,
para pemimpin negeri ini, yang satu persatu tersandung masalah korupsi
sampai kapan berhenti,
sampai kapan lagi akan ada namamu dalam doa-doaku
karena kau tak mau mendengarkan doa-doaku,
dan aku tak kuasa lagi berteriak,
sedangkan aku hanya punya Tuhan untuk mendengarkan
oleh karenanya aku hanya bisa mendoakanmu dalam doa-doaku
“semoga kamu sadar, atau semoga Tuhan menolongmu”
Tapi semakin aku berdoa, aku tak kuasa menahan air mataku
Doaku jatuh, tersungkur dan pilu……………
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI