Mohon tunggu...
Bene Cilebut
Bene Cilebut Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta. Hobi baca n nulis, makan dan minum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Bergoyang

15 Oktober 2010   00:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:25 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada pada pertemuan lempengan dan deretan gunung berapi aktif. Sudah hal yang biasa kalau Indonesia digoyang gempa.
Namun, apakah ini suatu kebetulan atau tidak. Transisi pemerintahan Indonesia lebih sering digoyang terlebih dahulu agar ada perpindahan kekuasaan. Perpindahan pemerintahan Presiden Soekarno ke Soeharto digoyang dengan isu komunis PKI. Perpindahan Presiden Soeharto ke Habibie harus digoyang terlebih dahulu oleh mahasiswa dengan Reformasi. Perpindahan Presiden Habibie ke Gudur berjalan alot tanpa goyangan kuat. Akan tetapi,  Perpindahan Presiden Gudur ke Megawati goyangan sungguh kuat oleh para anak-anak TK kata beliau yang dilengserkan. Baru-baru ini isu penggoyangan Presiden SBY berembus entah siapa yang mempromosikan isu sehingga menjadi isu hangat.

Kata goyang kini lebih banyak bernuansa negatif dan bencana. Aceh digoyang gempa. Goyangan ini menimbulkan bencana dan memakan banyak korban. Pemerintahan digoyang artinya akan diganti secara paksa. Namun, apapula goyangan yang menimbulkan pro dan kontra. Kita ingat Inul dengan "goyangan ngebornya". Dari sudut pandang pengamat "pantat" (maaf gak nemu kata lain) goyangan ini menimbulkan pemerkosaan atau menimbulkan nafsu birahi kamu lelaki yang berhidung belang maupun tak berbelang. Menurut mereka goyangan ini berbahaya karena dapat merusak moral pe-muda dan pe-tua (orang yang udah tua). Sedangkan pendangan lain mengatakan goyangan itu hanyalah karya seni gerak yang harus mengganggu ketenangan aurat penonton. Menurut mereka para penonton yang merasa mengalami ketenggangan urat dan aurat setelah menonton goyang ngebor karena penonton sebelum menonton sudah mempunyai hobi lebih sering melihat sesuatu dari kaca mata aurat. Insting aurat lebih dominan dari logika.

Semoga saja dikemudian hari kata "goyang" tidak terlalu sering dipakai untuk hal-hal yang negatif. Dan Indonesia tidak sering digoyang dengaN hal-hal negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun