Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan dalam Puisi

6 Juli 2020   06:04 Diperbarui: 6 Juli 2020   06:00 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi (Hapsa Polanunu)

Di dalam bulat matamu tak mengapa jika aku hanyalah kotak-kotak yang kecil
Di warna matamu yang putih tak apa jika aku cuma hitam yang gersang
Di garis bibirmu yang pecah aku pun mungkin tak lebih baik dari warna gincumu
Di lentik bulu matamu barangkali aku pun lebih singkat dari sebuah kedipan
Dan di jari manismu aku mungkin lebih tak menyenangkan dari karat sebuah cincin
Atau di jilbabmu aku hanyalah benang kusut yang memaksamu segera mencari gunting
         
Begitulah sudah aku padamu
Betapa pun dekatnya tetaplah aku bukan siapa-siapamu
Juga kau padaku
Segilanya aku karenamu kau juga tetap bukan siapa-siapaku
               
Jalan waktu yang kita tempuh sama-sama selalu berakhir dengan pertanyaan
Tentang siapa kita sebenarnya
Ada apa dengan kita
Apa ihwal yang kita sembunyikan di balik jemari masing-masing
             
Kita adalah kita
Kita adalah kebersamaan aku dan dirimu
Kita adalah cerita berbeda pada dua halaman kertas di buku yang sama
Kau dan aku adalah frasa berlainan yang kebetulan bertemu lalu jadi kalimat
Kita adalah sepasang kekasih yang dinikahkan oleh waktu lalu melahirkan anak-anak kenangan
                 
Aku menulis ini dengan bantuan fotomu dan pisau-pisau ingatan yang sungguh menikam
Aku bisa mengalirkan kata demi kata di sini karena kepingan peristiwa yang ada kita di sana
Tentang jajan durian di pantai Losari
Duduk bercerita sampai malam larut di dermaga
Nonton film cinta di bioskop
Bergantian saling menggonceng di motor pada malam yang Jumat
Atau juga perihal bulan Agustus yang sungguh ajaib
           
Di sebuah sore kau pergi dariku
Aku tahu kau membawa serta kenangan-kenangan
Tapi kau mungkin tak tahu betapa aku susah payah menyurutkan genangan rinduku sendiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun