Sudah lama kita kerap mendengar berbagai produk kesehatan yang lahir dari dunia ilmu pengetahuan yang diklaim bisa membantu manusia dalam  menjaga tubuh supaya tetap terlihat segar di usia yang tidak muda lagi. Pada arti sederhananya, produk-produk ini dinamakan obat awet muda atau apalah itu. Penjualnya pun datang dari berbagai latar belakang yang saling berbeda. Ada yang memang seorang dokter atau spesialis di bidang perawatan dan kecantikan, ada malah yang sama sekali tak paham dunia kecantikan tapi justru terlibat aktif dalam pemasaran produk-produk awet muda semacamnya.
Lain lagi produk kecantikan dan awet muda, lain lagi produk kesehatan yang katanya bisa membantu seseorang supaya panjang umur. Ini sebenarnya agak risi kedengarannya. Semuanya memang punya kajian. Tetapi akan aneh rasanya ketika itu disampaikan kepada yang awam. Kita mungkin paham maksudnya bahwa ada produk kesehatan yang bisa membantu orang-orang supaya bisa menjaga kondisi kesehatan tubuh hingga usia tua dan dengan begitu seseorang dikatakan tidak rentan terhadap penyakit yang menjadi penyebab terbesar kematian.
Tapi tunggu dulu, dalam kasus-kasus kematian seorang manusia, penyakit adalah alarm pertanda saja. Tak lebih. Atau kita sebut pengingat. Kematian bisa tiba sendirinya tanpa ada alarm-alarm peringatan di awal. Dan di sini, menjaga kesehatan sebaik mungkin pun menjadi tak ada gunanya bila ternyata jarak kematian tak lebih setahun kalender. Toh kita lihat banyak sekali orang yang sehat luar biasa bugar tapi mati juga. Penyebabnya pun macam-macam.
      Â
Tak berhenti pada obat-obatan dan produk kesehatan saja. Banyak dokter serta instruktur kesehatan yang kerap muncul di televisi membagikan kiat-kiat hidup sehat agar bisa umur panjang. Semua pembicara membagi trik yang nyaris sama. Dan pada akhirnya kita percaya itu hingga ikut-ikutan menerapkan. Kita tersenyum bahagia dan merasa terbantu. Lalu bersyukur telah menjalani langkah-langkah awal yang disebutkan dokter-dokter itu. Semua memang ada benarnya. Lagi tak ada salahnya. Lagipula selama itu atas dasar ilmu pengetahuan maka kita wajib memercayainya.
      Â
Setelah semua itu kita pun luput untuk tahu bahwa ada hal lain yang lebih bisa membuat diri kita menjadi panjang umur. Bahkan lebih panjang berkali-kali daripada apa yang ditawarkan seperti di awal tadi.
Apa itu? Seperti judul: "Menulislah!"
Ya, menulis. Percayalah Anda akan lebih berumur panjang jika menulis. Pembaca pasti mengerti bagian ini tanpa perlu dijelaskan lebih jauh lagi. Kita setuju bahwa apa yang kita tulis menjadi bagian dari diri kita yang akan terus hidup sampai waktu yang lama. Tak muluk-muluk, sebutkan saja angka seabad. Tak perlu saya sebutkan nama-nama orang yang sudah melakukannya dengan baik. Kita semua tahu pasti tahu siapa orang-orangnya.
    Â
Di era di mana teknologi informasi menjadi kebutuhan primer seperti hari ini dan media sosial menjadi rumah kedua manusia, rasanya menulis menjadi harta yang lain bagi manusia itu sendiri. Kita bisa menyimpan tulisan-tulisan kita di media sosial. Tulisan apa saja. Baik buruk, panjang pendek, semua akan dibaca kelak. Dan akan hidup selamanya di media sosial jika memang tak mengandung hal-hal yang berseberangan dengan ketentuan media bersangkutan atau orang banyak.
Saat kita memposting tulisan di media online berbasis berita maupun opini, maka dengan sendirinya tulisan itu akan menjadi kehidupan kita yang lain. Orang akan tahu kita dari situ. Dan tentu saja tulisan itu akan terus dibaca sampai waktu yang tak ditentukan.
   Â
Menulis tak bisa dipungkiri membuat seseorang menjadi lebih berharga daripada hanya menjadi manusia sekadarnya. Orang akan menyerap informasi dan pengetahuan baru dari tulisan-tulisan. Orang akan menatap serius sebuah tulisan seakan ada cengkerama antara tulisan dan pembaca. Tulisan yang kita buat adalah bagian dari diri kita yang memiliki kehidupannya sendiri. Kita mungkin akan mati setelah ini. Entah kapan. Tapi tulisan kita masih punya ruang untuk bertahan hidup dan terus menceritakan banyak hal kepada orang lain. Dari itu orang akan tahu kita. Akan mencari tahu kita. Dan akan tahu kita mati atau masih hidup.
Maka menulislah! Tak ada dusta di antara jemari dan huruf-huruf. Percayalah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H