Mohon tunggu...
Ora Mutu Tenan
Ora Mutu Tenan Mohon Tunggu...

.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Antara Tuhan & Hantu

13 Agustus 2012   16:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:50 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13448483461043365031

Mungkin orang luar yang baru belajar bahasa Indonesia akan sedikit bingung dengan kata Tuhan dan Hantu. Sekilas kedua kata tersebut memiliki sedikit kemiripan, khususnya jika dibalik, padahal kedua kata tersebut memiliki makna yang sangat jauh berbeda, ibarat langit dan bumi. Kali ini saya tidak akan membahas kedua kata tersebut dari segi bahasa, namun saya akan mencoba menelaah kedua kata tersebut secara Subjektif dan Objektif. Pertama, mari kita melihat kedua kata tersebut secara Subjektif, atau dengan kata lain berdasarkan sudut pandang manusia terlepas dari pengalaman, pengetahuan maupun kemampuan berfikir masing-masing, dan dalam hal ini relativitas adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan. Mendengar kata Tuhan, manusia akan terbawa ke alam pikiran hingga masuk ke ruang hati yang terdalam, yaitu imaginasi kebesaran, keindahan, perasaan takjub yang luar biasa akan sesuatu yang bernama Tuhan. Kemudian perasaan takjub dan kagum yang luar biasa ini diekspresikan dengan pemberian atribut-atribut tertentu untuk menggambarkan sekaligus ungkapan rasa penghargaan tertinggi kepada Tuhan, misalnya; Maha Besar, Maha Kudus, Maha Adil, Maha Baik, Maha Penyayang, Maha Pendiam dan seterusnya. Namun sebaliknya, jika kita mendengar kata Hantu, dalam secepat kilat apa yang terlintas dalam pikiran kita adalah hal-hal yang menyeramkan, bahkan sangat menyeramkan. Dalam dunia ‘pengalaman’, biasanya diekspresikan dalam bentuk perasaan takut, ngeri, trauma dan lain-lain. Secara pribadi saya masih bertanya-tanya sejak kapan dua penggambaran atau imaginasi tersebut mulai ada dalam sejarah manusia dan sejak kapan mulai terbentuk di dalam pikiran/ otak kita masing-masing. Selanjutnya, dalam menyikapi Tuhan, manusia juga membuat bangunan-bangunan, kuil-kuil dan taman taman indah sebagai tempat manusia untuk melakukan ritual penghargaannya kepada Tuhan. Bangunan-bangunan ini juga selalu dijaga, dibersihkan, dan dirawat. Biasanya jenis bangunan ini dipandang lebih berharga dari jenis bangunan lainnya, dianggap suci, bahkan juga dianggap sebagai rumah Tuhan. Bagaimana dengan Hantu? Jangankan berpikir akan ada bangunan khusus untuk mereka, bangunan-bangunan lama dan bahkan pohon-pohon yang dianggap sebagai rumah Hantu pun jika bisa dirobohkan semua karena dianggap mengganggu kenyamanan manusia. Kemudian sehubungan dengan Tuhan, mungkin kita pernah mendengar cerita, filem atau kisah-kisah manusia tentang “mencari Tuhan”. Penggunaan kata “mencari” di belakang kata Tuhan menggambarkan kesan yang baik dan positif, mengikuti kesan baik dan positif yang melekat pada objek yang dicari.  Sebagai ilustrasi, misalnya mencari kerja, mencari pendamping hidup, mencari duit dan seterusnya, memiliki kesan yang baik dan positif. Namun sangat berbanding terbalik dengan Hantu, mungkin kita masih ingat beberapa tahun yang lalu, kita pernah disuguhi dengan acara “Pemburu Hantu” di layar televisi kita. Mendengar kata “pemburu/ memburu”, pikiran kita akan terbawa kepada sesuatu yang kesannya buruk, misalnya; penjahat, binatang liar, teroris, dan seterusnya. Hampir mustahil kita mendengar ada kisah atau acara televisi yang berjudul ; “Berburu Tuhan, Pemburuan akan Tuhan” dan lain-lain. Bisa-bisa cerita atau stasiun televisi tersebut akan digugat ke pengadilan karena dianggap pencemaran nama baik. Dan masih banyak lagi pandangan-pandangan subjektif manusia tentang Tuhan dan Hantu. Sekarang mari kita melihat secara Objektif, atau dengan kata lain tidak lagi berdasarkan sudut pandang kita masing-masing, dan dalam hal ini tidak ada yang namanya relativitas. Secara objektif, sepertinya antara Tuhan dan Hantu tidak lagi memiliki perbedaan, namun persamaan, yaitu SAMA-SAMA FIKTIF…!!!! Yo wes, ngono wae yo…wkwkwkwkwwk.. (sumber gambar di sini )

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun