Beberapa hari ini beredar berita bahwa ISIS adalah bentukan intelijen Israel, AS, dan Inggris. Dan yang terbaru, ada kabar lagi bahwa Abu Bakar Al Baghdadi, pemimpin ISIS, adalah intelijen Israel, bernama asli Emir Daash alias Simon Elliot alias Elliot Shimon. Demikian misalnya merdeka.com mengutip sebuah sumber, yang mengaku dapat bocoran dari Edward Snowden, Minggu (10/8/14), bermodalkan sebuah foto yang terlihat mirip. Benarkah berita itu?
Mengenai ISIS sendiri, ini bukanlah berita baru di Timur Tengah. ISIS bukanlah organisasi bentukan Israel atau AS, seperti rumor yang bertiup. Organisasi ini anakan dari Al Qaeda. Sejak Presiden George W Bush mengerahkan armada perangnya ke Afganistan dan Irak bertahun-tahun lalu, Al Qaeda boleh dikatakan porak poranda.
Ketika Abu Mushab Al Zarqawi, pemimpin Al Qaeda di Irak, tewas terbunuh Juni 2006 lalu, ia diganti oleh Abu Hamzah Al Muhajir, seorang mujahid yang masih berusia muda dan kurang dikenali intelijen Amerika Serikat. Tetapi kemudian, Al Muhajir dan seluruh pengikutnya berbaiat kepada Abu Umar Al Baghdadi, pemimpin pertama ISIS. Abu Umar Al Baghdadi sendiri adalah pemimpin pemberontak Sunni di Irak yang sukar terdeteksi lawan. Orangnya kurang familiar, kecuali namanya saja. ISIS dibentuk pada awalnya untuk menaungi atau mengkoordinir laskar-laskar mujahidin Sunni di Irak. Selama periode itu kita terus menerus mendengar berita insiden bom bunuh diri serta penyerangan-penyerangan pada kawasan-kawasan Syiah yang menelan korban jiwa begitu banyak.
Tahun 2010 lalu, melalui sebuah operasi militer gabungan Pemerintah Irak dan Amerika Serikat, kedua buronan besar AS-Irak ini, yaitu Al Muhajir alias Abu Ayyub Al Masri bersama-sama pemimpinnya, Abu Umar Al Baghdadi, tewas terbunuh.
Mei 2010, Abu Bakar Al Baghdadi diangkat oleh jaringan-jaringan mujahid Irak yang terkoordinasi di bawah naungan ISIS sebagai pengganti Abu Umar. Sejak itu, Abu Bakar Al Baghdadi memperluas ambisinya untuk menguasai Suriah juga. Itulah sebabnya ia memakai nama ISIS sejak tahun 2013. Di masa Abu Umar, namanya ialah ISI, Islam State of Iraq. ISIS bukan lagi sekedar bertujuan menggalang koordinasi jihad Sunni memerangi pemerintah Irak yang sekarang dikuasai Syiah, maupun untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar Al Ashad. ISIS telah dicanangkan sebagai Daulah Islamiyah, Negara Islam Dunia, dimana Abu Bakar Al Baghdadi mengangkat dirinya sebagai Khalifah Islam. ISIS sebelumnya mendapatkan sokongan dana dari Arab Saudi maupun Qatar. Tetapi aksi-aksi perampokan mereka di Irak akhir-akhir ini telah menjadikan orgasnisasi ini sangat kaya.
Siapa Al Baghdadi? Benarkah dia orang Yahudi, agen Mossad, seperti kata berita?
Secara rasional saja, jelas sangat aneh apabila Abu Bakar Al Baghdadi seorang Yahudi, lebih lagi agen Mossad. Israel dan Yahudi adalah musuh bersama kaum radikal di seluruh dunia, lebih lagi di kalangan mujahidin Timur Tengah sendiri. Ada begitu banyak jamaah mujahidin di Irak dan Suriah, yang telah berpengalaman dalam menyusup maupun mengenali penyusup. Mereka akan terlihat begitu bodoh dan konyol jika benar sedang mengagungkan seorang agen Mossad sebagai khalifah Islam. Rumor yang katanya dari Snowden ini, yang ditelan bulat-bulat oleh media-media lokal disini yang terlalu terobsesi dengan Teori Konspirasi Yahudi, telah begitu menganggap sepele kecakapan intelijen kaum jihadis di Timur Tengah. Anda harus tahu bahwa di setiap sudut kota di Timur Tengah, lebih-lebih kawasan konflik, bertebaran mata-mata maupun informan, baik milik kaum mujadihin, maupun musuh-musuh yang mereka hadapi. Kebanyakan orang awam di Indonesia terlalu berlebihan membayangkan kecakapan agen-agen Mossad dalam menyusup maupun berpura-pura, seolah-olah mereka bukan lagi manusia yang masih memiliki rasa takut kehilangan nyawa, sekaligus kita juga menganggap bodoh kecakapan intelijen faksi-faksi mujahidin dalam mengendus “bau-bauan” orang di sekitarnya.
Adhyatmoko, seorang Kompasianer, telah menyingkapkan asal-usul rumor keterlibatan Israel-AS di belakang ISIS tersebut. Dalam sebuah artikel yang patut diperhatikan, disingkapkannya bahwa rumor itu awalnya berasal dari media Timur Tengah sendiri, bukan dari Snowden. Selengkapnya ulasan Adhyatmoko itu bisa dibaca di http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2014/08/03/hoax-kabar-snowden-bocorkan-dokumen-nsa-soal-isis-671301.html.
Jadi siapa Al Baghdadi yang sebenarnya?
Nama aslinya ialah Abu Du’a, alias Ibrahim bin Awad bin Ibrahim Al-Badri ar-Radawi al-Husseini as-Samara’i. Ia diduga lahir tahun 1971 di Samarra. Tahun 2003 ia bergabung di laskar militan Jamaat Jaysh Ahlal Sunnah wal Jamaah. Kelompoknya berbaiat kepada Abu Umar Al Baghdadi pada tahun 2006 dan ia ditempatkan di dalam komite Syariah sebagai pemimpin. Diduga sejak tahun itu juga ia mulai memakai nama Al Baghdadi. Abu Bakar Al Baghdadi memang seorang yang terpelajar untuk ilmu syariah Islam. Ia disebut-sebut bergelar doktor alumni Universitas Islam Bahdad.
Pada awalnya, Al Baghdadi tetap menjalin kerjasama dengan Al Qaeda. Ketika Osama bin Laden tewas, 2 Mei 2011 lalu, Al Baghdadi mengintensifkan penyerangan-penyerangan di Irak untuk membuat balasan.Tetapi ketika ia mendeklarasikan ISIS tahun 2013, terjadi perpecahan dengan Al Qaeda. Pemimpin tertinggi Al Qaeda yang baru, Ayman al-Zawahiri, dari persembunyiannya mendesak ISIS dibubarkan dan agar Al Baghdadi tetap membatasi gerakannya hanya di wilayah Irak. Bentrokan di antara kedua kekuatan teroris radikal ini tak terhindarkan. Sejak Februari 2014 ini, Al Qaeda resmi memutuskan segala hubungannya dengan ISIS dan menyatakannya sebagai musuh.
Setelah perpisahan itu, maka tanggal 29 Juni 2014 lalu, ISIS mengumumkan pengangkatan Al Baghdadi sebagai Khalifah Islam. Seruan untuk bergabung segera digaungkan ke kalangan muslim di seluruh dunia, sambil mereka mempertontonkan pembantaian demi pembantaian seperti yang kita saksikan di media.
Catatan Abu Ahmad
Menarik untuk membaca tulisan seorang tokoh Al Qaeda bernama Abu Ahmad dari Suriah, yang sempat lama bergabung dengan ISIS sebelum kedua faksi itu pecah kongsi. Ia menceritakan awal mula kemunculan ISIS hingga kepada penyebab terpecahnya ISIS dengan Al Qaeda. Ia juga mengungkap rahasia-rahasia kebohongan Al Baghdadi, serta faksi apa yang menguasai ISIS. Ada beberapa hal yang menarik dalam tulisannya itu.
Salah satunya, ia menganggap ada yang aneh ketika tahun 2006 Abu Hamzah al Muhajir, pemimpin Al Qaeda di Irak, bergabung dan berbait kepada Abu Umar Al Baghdadi. Jelas di pikiran Abu Ahmad, Al Qaeda adalah kelompok paling terkemuka, sehingga aneh bila pemimpin Al Qaeda yang berbaiat kepada kelompok lain.
Kedua, ia mengkritik Al Muhajir dan Abu Umar al Baghdadi yang terlalu terbuka dalam merekrut anggota-anggota baru, sehingga memungkinkan penyusup-penyusup untuk masuk. Menurut cara kerja Al Qaeda, selama kepemimpinan Al Zarqawi, rekrutman selalu dilakukan dengan hati-hati dan sangat selektif.
Ketiga, ia mengatakan bahwa karena hal itu, banyak sekali perwira-perwira pelarian Partai Baath, yaitu sisa-sisa pejabat Saddam Hussein, telah menyusup. Mereka saling mendukung dan berhasil menguasai pos-pos penting di ISIS. Abu Ahmad tidak percaya pada pertobatan mereka.
Keempat, ia menyatakan bahwa Abu Du’a yang menamai dirinya Abu Bakar Al Baghdadi, tidak benar seorang Baghdadi (orang Baghdad, melainkan orang Samarra), tidak benar dari suku Quraisy, tidak benar seorang Sayid atau keturunan Nabi, tidak pula berhasil menyelesaikan studi doktornya. Ia menyebut Al Baghdadi sebelumnya tidak menduduki jabatan penting, tetapi telah memperoleh tampuk tertinggi melalui trik yang menipu.
Kelima, ia juga marah dengan cara-cara ISIS yang begitu mudah membantai sesama muslim. Meskipun kelompoknya sendiri melakukan hal yang sama, tetapi menurutnya, ISIS terlalu brutal. Itulah sebabnya ia meninggalkan ISIS dan kembali ke Al Qaeda. Tak lupa ia meninggalkan ancaman untuk ISIS dan Al Baghdadi sendiri.
Dari indikasi-indikasi yang ditunjukkan Abu Ahmad yang berasal dari dalam, maka laporan yang konon katanya dariSnowden bahwa Al Baghdadi seorang agen Mossad bernama Simon Elliot, sama sekali tidak terbukti. Snowden maupun narasumbernya yang terlalu jauh dari lingkaran dalam ISIS yang tentu super ketat, jelas kurang dapat dipercaya dalam hal ini. Jadi dugaan bahwa ISIS dibentuk oleh Israel jelas sangat mentah. Abu Ahmad memastikan bahwa ISIS dikontrol oleh orang-orang pelarian Partai Baath-nya Saddam Hussein.
Baath adalah partai Pan-Arab yang berideologi sosialis, anti Islamisme, diktatoristik dan haus darah. Saddam Hussein, Muamar Khadafi, dan yang tersisa Bashar Al Assad dari Suriah, adalah contoh-contoh nama diktator dari partai ini. Juga, dimanapun Baath berkuasa, selalu berlangsung praktek-praktek penindasan dan pembantaian terhadap komunitas faksi-faksi yang tidak disukai. Perwira-perwira Baath sudah terbiasa dengan keberingasan.
Menurut Abu Ahmad, Presiden Assad mendapatkan keuntungan dari segala sepak terjang ISIS. Abu Ahmad menghubung-hubungkan ISIS dengan upaya Presiden Assad menghancurkan kelompok-kelompok pemberontak Sunni. Ia sama sekali tidak menyebutkan adanya hubungan secuil pun antara ISIS dengan Israel atau Amerika Serikat, musuh besar mereka semua.
Meski demikian, membayangkan ISIS sebagai bentukan intelijen Suriah juga terlalu berlebihan. ISIS boleh-boleh saja seperti menguntungkan Suriah -memecah konsentrasi faksi-faksi jihad yang sedang memberontak-, tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Meski ISIS banyak dimasuki orang-orang Baath Irak, Partai Baath Irak sejak lama bertentangan dengan Baath Suriah. Ketika terjadi Perang Iran-Irak, Suriah bersekutu dengan Iran, bukan dengan Saddam Hussein. Bagaimanapun, kesamaan latar belakang agama pasti bersuara. Rezim Iran dan Suriah sama-sama dikendalikan oleh orang-orang Syiah, sedangkan Saddam Hussein, sekalipun juga seorang Baath (sosialis totaliter), ia seorang Sunni. Di zaman Saddam, Syiah Irak sangat tertekan. ISIS sendiri pada dasarnya berpaham Sunni, sehingga tentu sukar bekerja sama secara ideologis dengan Presiden Assad. Abu Ahmad tidak bisa mengungkapkan adanya hubungan teknis langsung antara Pemerintah Suriah dengan ISIS, selain dari fakta bahwa ISIS membuatlangkah Al Qaeda dan faksi-faksi pemberontak Sunni dalam menggulingkan rezim Assad menjadi lebih terhalangi. Dan ISIS sendiri bertujuan pula untuk menguasai Suriah.
Jadi, yang paling mendekati kebenaran tentulah hipotesa bahwa ISIS benar-benar digerakkan oleh ambisi seorang Abu Bakar Al Baghdadi, ditopang mantan-mantan perwira Saddam Hussein untuk menguasai Dunia Islam. ISIS tidak berjuang untuk rezim Suriah, tidak untuk Amerika Serikat apalagi untuk Israel. Ia berjuang untuk dirinya sendiri, yang hendak menguasai seluruh dunia, dengan menegakkan apa yang mereka sebuat secara sepihak Daulah Islamiyah, Negara Tunggal Islam, dibawah panji-panji sang “khalifah” kaum penjagal manusia, Abu Bakar Al Baghdadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI