Mohon tunggu...
Id.Djoen
Id.Djoen Mohon Tunggu... Wiraswasta - ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Anak Bangsa Yang Ikut Peduli Pada Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kejamnya Ibu Angkat Sekejam Ibu Tiri

29 Juni 2015   17:57 Diperbarui: 29 Juni 2015   17:57 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus tragis gadis kecil Engeline mengingatkan kembali kasus tragis yang sempat mengegerkan bumi Indonesia puluhan tahaun yang lalu yaitu Ari Anggara, kasus Ari yang sempat difilmkan merupakan kisah tragis penderitaan seorang bocah dari kekejaman Ibu Tiri. Ada perbedaan antara Engeline vs Ari Anggara yaitu antara kejamnya Ibu Angkat vs Ibu Tiri.

Kejamnya seorang ibu tiri bisa disebabkan alasan yang cukup dapat dilihat secara kasat mata, selain alasan bukan anak kandung juga alasan kecemburuan karena anak tiri bawaan isteri pertama sang suami. Yang menarik dan sulit dimengerti kekejaman seorang ibu angkat pada anak angkatnya alasan serta motivasinya sulit dimasukkan dalam alam pikiran.

MM yang ditetapkan sebagai tersangka pembunuh Engeline anak angkatnya beberapa jam yang lalu menjadikan sebuah pertanyaan besar apakah Ibu Angkat Sekejam Ibu Tiri. Seorang ibu rumah tangga atau sebuah keluarga mengambil anak angkat biasanya alasan utama mereka adalah tidak dapat, belum diberi karunia seorang anak. Dalam tradisi jawa anak angkat bagi pasangan yang sudah lama menikah tapi belum punya anak adalah sebagai pikat agar kesuburan sang ibu bertambah, walaupun secara ilmiah belum dibuktikan.

Sementara MM mengambil Engeline sebagai anak angkat motivasinya tidak begitu jelas untuk diketahui publik terlebih lagi dia sudah mempunyai dua orang anak perempuan. Yang menarik sejak usia beberapa hari usai Engeline dilahirkan ibu kandung hingga usia 8 tahun, tentulah MM sebagaimana ibu-ibu lainnya membesarkan Engeline dengan penuh kasih sayang sehingga bayi Engeline tumbuh jadi bocah cantik lucu usia 8 tahun. Tak dapat dipungkiri MM telah besarkan bayi Engeline hingga bocah usia 8 tahun.

Akan tetapi kasih sayang tersebut hilang sekejap ketika sebuah kekejaman seorang ibu angkat menelantarkan Engeline hingga tersangka menghilangkan nyawanya. Sebab musabab hilangnya kasih sayang inilah yang mesteri dan dapat terjadi pada siapapun tak terkecuali Ibu Tiri, Ibu Angkat hingga Ibu Kandung.

Ada sebuah kesalahan fatal dalam prosen pengangkatan Engeline, dalam sebuah ajaran agama pengangkatan seorang anak wajib mengetahui siapa Orangtua kandung mereka, dengan mengajak main sibayi kerumah orangtua kandung hingga usia dewasa baru dijelaskan pada sianak siapa orangtua kandungnya.Selama ini bocah kecil Engeline tidak pernah diajak bermain kerumah orangtua kandungnya, bahkan ibu kandungnya sulit untuk bertemu Engeline. Sebuah ironi kurang lengkapnya peraturan proses anak angkat membuat anak-anak semacam Engeline dari tahun ketahun tetap ada.

Apakah kejamnya ibu angkat sekejam ibu tiri ? kejamnya seorang ibu tidak dapat diukur dari status sebagai ibu tri ataupun ibu angkat. Ibu kandungpun terkadang bisa kejam karena lasan tertentu, ini dapat dilihat diberbagi media bayi baru lahir dibuang ditempat sampah, aborsi dan lain-lain. Kalu mencurigai seorang ibu tiri dan ibu angkat selalu bertindak kejam adalah naif sebab masih banyak ibu tiri dan ibu angkat yang meluapkan kasih sayangnya hingga tua.

Kasus Engeline hendaknya jadi cambuk bagi kita semua sebagai orangtua, tetangga dan anggota masayrakat agar senantiasa menjalin ukhuwah pada sesama. Benar apa yang dikatakan kasus Engeline akibat ketidak pedulian kita. Indonesia yang terkenal dengan budaya rasa kekeluargaannya mulai pudar akibat dampak gobalisasi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun