Kota udang itu sebutan untuk Sidoarjo provinsi Jawa Timur tempat kelahiranku, lambang Sidoarjo ada udang dan tebu adalah gambaran Sidoarjo tanah yang subur. Delta sebutan lainnya ini juga menggambarkan Sidoarjo dikelilingi banyak aliran sungai yang tentu saja bermanfaat bagi irigasi pertanian dan perikanan, ada banyak tambak udang dan bandeng. Karena suburnya tersebut tiga pemimpin Sidoarjo berturut-turut dari mulai mr "W", mr "S" dan yang terbaru mr "M" khilaf terjerat korupsi. Meskipun pemimpin tersebut terjerat kasus korupsi dan dicokok KPK sebagai warga Sidoarjo saya tetap bangga. Bukan bangga karena pemimpin terjerat korupsi akan tetapi bangga karena adanya kasus korupsi tersebut membuktikan Sidoarjo adalah kabupaten yang kaya, ibarat pepatah "ada gula ada semut" dimana "ada uang ada koruptor".
Jangan sampai tiga pemimpin Sidoarjo berturut-turut korupsi ini diibaratkan gunung es budaya korup diinstitusi lain di Sidoarjo. Musti dicari sebab kenapa tidak ada kapoknya hingga 3 orang pemimpin berturut terjerat korupsi, atau mungkin mereka merasa nyaman sebab pejabat lain melakukan hal yang sama namun nasib belum apes ?. Tugas seorang pemimpin adalah memudahkan urusan rakyatnya jangan sampai ada proses pengurusan yang berhubungan dengan kepentingan rakyat, warga Sidoarjo khususnya, jlimet, berbelit dan terkadang uang bermain.
SK Ingus kalimat yang tercantum dalam judul artikel ini, adalah sebuah kritik dan sorotan terhadap kebijakan yang dilakukan oleh mr "M" selaku pemimpin nomor satu di Sidoarjo beberapa waktu lalu. Beliau dimasa akhir jabatannya merombak pegawai dibeberapa institusi mutasi, rotasi hingga promosi. Entah tujuannya apa padahal kalau dalam lomba lari seorang pelari dikatakan ikut lomba jika telah berlari mencapai finish, bukan malah diganti, dimutasi saat 99% masuk garis finish. Pelantikan beberapa asn tersebut akhirnya menimbulkan prasangka buruk muncul isu pelantikan asn dimasa akhir jabatan bupati demi kepentingan politik melanggengkan kekuasaan tapi Tuhan berkehendak lain. Hal ini bukan isapan jempol terlebih beberapa media memuat tentang statement menteri dalam negeri bahwa bupati dilarang merombak asn diinstitusi dibawahnya jelang masa jabatan berakhir. Tak ayal bupati dalam beberapa hari membatalkan pelantikan yang telah dilakukannya.
Tentu saja ratusan asn yang telah dilantik lalu dibatalkan menjadi sangat kecewa dan malu, mereka sudah sembelih ayam hingga kambing tasyakuran mengabarkan kepada tetangga sekampung bahwa dia naik jabatan. Sembelih ayam hingga kambing ini butuh biaya yang tidak sedikit, terlebih rasa malunya. Melihat hal tersebut akhirnya pelantikan yang dibatalkan, kembali diadakan pelantikan secara tertutup dengan dasar rekomendasi mendagri. Dalam prosesi pelantikan pasti disertai sumpah jabatan dan penyerahan SK, sebuah ironi sumpah jabatan yang terdapat kalimat "Demi Allah" "Demi Tuhan" seolah jadi mainan, sebuah sumpah janji agar saat menjabat jujur dan bersih.
Profesional dalam jabatan ini yang dibutuhkan Sidoarjo tercinta untuk mengelola aset yang besar, bukan jabatan karena kedekatan. Bukan rahasia umum terkadang siapa saja yang dapat menyenangkan hati pemimpin suatu daerah maka dia akan dengan cepat naik jabatan walau profesionalnya belum teruji. Seorang pemimpin itu adalah leader agar mampu membaca bawahannya mana yang profesional dan mana yang "ngathok", jika pemimpin mempunyai misi memajukan dan memakmurkan rakyat yang dipimpinnya tentu akan memilih bawahannya mengutamakan yang profesional.
Beberapa bulan kedepan Sidoarjo akan memilih pemimpinnya kembali, dan para kandidat mulai menampakan diri mengenalkan dirinya pada warga. Sebagai warga tentu punya hak dan keinginan agar siapapun yang terpilih nanti tidak seperti 3 pemimpin Sidoarjo sebelumnya yang terjerat korupsi. Selektif dalam memilih calon pemimpin memangnya langkah yang tepat akan tetapi jika pemimpin tersebut terpilih, namun tak ada kontrol kritis dari warga maka akan jatuh kedalam lubang keempat kalinya.
Artikel ini bukan menjugment institusi, pemimpin atau lainnya namun sebuah ungkapan bahwa rakyat jelata berhak bersuara walau sekedar mampu lewat tulisan demi maju, bersih dan makmurnya rakyat dengan pemimpin yang jujur dan amanah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H