Bayangkan bila momen-momen terpenting dalam hidup kita diwarnai dengan listrik padam. Semisal saat perayaan ulang tahun, silaturahmi dengan keluarga saat lebaran, saat presentasi bisnis atau saat akan menyatakan cinta kepada sang pujaan hati. Tentunya sangat mengesalkan bukan? Dan yang pertama kali terucap dalam benak atau lisan kita adalah k****g a**r PLN, sia**n PLN dan kata-kata menusuk lainnya.
Itulah fenomena yang dialami oleh kita semua, saat listrik menyala kita tidak pernah mengingat apa yang telah dikerjakan oleh Perusahaan Listrik milik Negara itu namun ketika padam terjadi secara otomatis kita menyalahkan, menghujat, sampai disebagian tempat melakukan tindakan anarkis kepada kantor dan pegawai PLN.
Mungkin belum banyak yang tahu, disaat kita semua liburan dengan nyaman, menikmati suasana hangat dengan keluarga, disana ada perjuangan pegawai PLN yang dengan rela meninggalkan keluarga, anak dan istri demi melaksanakan tugas melistriki dan menerangi masyarakat. Seperti yang terjadi pada bapak Slamet Mujio (45 tahun), Supervisor Pemeliharaan Boiler PLTU Teluk Sirih (Sumbar), pada saat anak dan istrinya sedang dirawat akibat demam berdarah di RS. Semen Padang, beliau sedang berjuang sekuat tenaga menangani perbaikan tube boiler, dimana pada saat itu Sistem Tengah Sumatera sedang mengalami defisit daya sehingga perlu segera dilaksanakan perbaikan. Atau dalam kisah lain, M. Syafei (52 tahun), mantan Supervisor SDM & Umum Sektor Bukittingi, selama masa tugasnya atau 10 tahun terakhir tidak pernah melewatkan malam takbiran bersama istri dan anaknya karena harus melakukan patroli piket siaga setiap malam takbiran.
[caption caption="Pemeliharaan Bolier PLTU Teluk Sirih (sumber : dok.humas PLN)"][/caption]Pembagian waktu kerja di PLN Pembangkitan meliputi dua bagian. Untuk bagian operasi dilakukan dengan tiga shift dalam sehari, sedangkan untuk bagian administrasi dan pemeliharaan waktu kerjanya normal delapan jam sehari mulai jam 07.30 sampai dengan 16.00. Namun di saat-saat tertentu semisal ada gangguan, pemeliharaan, libur hari raya ataupun event-event khusus para petugas tadi bekerja selama lebih dari jam kerja normalnya, bahkan tidak jarang yang tidak pulang berhari-hari demi terselesaikannya tugas sesuai target waktu. Sudah jamak di lingkungan PLN terutama pembangkit istilah mesin adalah istri pertama sedangkan istri sesungguhnya merupakan istri kedua. Dikarenakan seringnya para pegawai meninggalkan istri dan anak untuk bertugas di unit apalagi di daerah-daerah yang rasio elektrifikasinya masih rendah.
Lebaran bersama teman-teman di unit, menerima kabar kelahiran anak saat melakukan tugas pemeliharaan serta melewatkan banyak momen perkembangan anak merupakan makanan sehari-hari bagi pegawai PLN. Contoh diatas merupakan sekelumit peristiwa yang dialami oleh banyak pegawai PLN, masih banyak Slamet Mujio dan M. Syafei lainnya.
Tidak banyak yang diharapkan dari masyarakat oleh para pegawai PLN dalam usaha melayani kelistrikan di negeri ini. Laporan gangguan yang cepat disampaikan, kedisiplinan dalam membayar tagihan listrik serta doa dan dukungan apabila terjadi gangguan yang mengakibatkan pemadaman akan menjadi pemicu semangat para pejuang kelistrikan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H