Siapa yang tidak mengenal Laskar Pelangi. Novel ini pertama kali dikenalkan oleh seorang penulis Indonesia asal Pulau Belitung, Andrea Hirata. Diterbitkan pada tahun 2005, karya ini segera menjadi salah satu karya sastra fenomenal di Indonesia.
Laskar Pelangi mengisahkan perjuangan sekelompok anak dari keluarga miskin yang memiliki mimpi besar untuk mengejar pendidikan. Kisah mereka berfokus pada upaya mempertahankan sekolah agar tidak ditutup akibat kekurangan murid. Cerita ini sangat menginspirasi, menyoroti nilai-nilai pendidikan, persahabatan, perjuangan, dan harapan.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Ikal (berdasarkan pengalaman penulis sendiri), Lintang (anak jenius dengan tekad kuat meski hidup serba sulit), dan Mahar (seniman berbakat yang kreatif). Pesan moral yang terkandung dalam cerita ini begitu mendalam, sehingga mampu menggugah hati banyak pembaca. Adaptasi filmnya pada tahun 2008 semakin memperkuat popularitas Laskar Pelangi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Bagi saya, novel ini memiliki makna yang sangat personal. Saya membacanya pada tahun 2012, di sela-sela waktu istirahat setelah bertugas memfoto dan mensidik jari para pemohon paspor di Kantor Imigrasi Kelas II Sukabumi. Kisah-kisah inspiratif dari novel tersebut membangkitkan keberanian saya untuk belajar menulis, sesuatu yang sebelumnya terasa mustahil.
Sejak Sekolah Dasar, saya merasa tidak berbakat dalam menulis. Nilai pelajaran Bahasa Indonesia saya selalu rendah, terutama ketika menghadapi tugas mengarang. Karangan saya sering kali berantakan, penuh pengulangan kata, dan tanpa struktur yang jelas. Namun, Laskar Pelangi menyadarkan saya bahwa dengan belajar, berlatih, dan memiliki tekad kuat, apa yang tampaknya sulit atau bahkan mustahil bisa menjadi mungkin.
Sejak saat itu, saya mulai menulis apa saja di media apa pun. Tidak ada kertas yang terlewatkan dari coretan tangan saya. Menulis menjadi candu, dan saya merasa semakin percaya diri dalam menuangkan gagasan.
Kini, saya telah memiliki kesempatan untuk menyaksikan langsung latar tempat cerita tersebut dikisahkan. Alhamdulillah, pengalaman ini menjadi pengingat bahwa setiap mimpi, sekecil apa pun, layak untuk diperjuangkan. Laskar Pelangi bukan hanya sebuah novel, tetapi juga sebuah pengingat bahwa pendidikan dan tekad adalah kunci untuk mengubah kehidupan.
Tidak hanya itu, saya juga menikmati keindahan alam yang ada di Pulau Belitung. Pantai-pantai dengan pasir putihnya yang halus, bebatuan granit yang megah, dan air laut yang jernih benar-benar memanjakan mata dan jiwa. Mengunjungi Pantai Tanjung Tinggi, yang juga menjadi salah satu lokasi pengambilan gambar film Laskar Pelangi, adalah pengalaman yang luar biasa. Di sana, saya merasa seperti berada di tengah lukisan hidup. Keindahan alam ini seakan melengkapi cerita inspiratif dari novel tersebut, memberikan pengalaman yang tak terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H