Mohon tunggu...
Pekik Aulia Rochman
Pekik Aulia Rochman Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Alhamdulillah, Hopefully I am better than yesterday

Seorang opinimaker pemula yang belajar mencurahkan isi hatinya. Semakin kamu banyak menulis, semakin giat kamu membaca dan semakin lebar jendela dunia yang kau buka. Never stop and keep swing.....^_^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kedewasaan Spiritual

26 Juni 2021   07:47 Diperbarui: 26 Juni 2021   08:00 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedewasaan Spiritual

Sedang asyik menemani Si Bungsu nonton kartun mobil dari hape di kamar tidur semalam, tetiba saya teringat saat Jum'atan, kemarin siang. Saya datang ke Masjid dekat kantor pukul 11.50 WIB, Alhamdulillah masih dapat tempat di bagian dalam masjid.

Pelaksanaan sholat Jum'at di jaman pandemi ini sangat berbeda dengan kondisi sebelum pandemi. Barisan dibuat jarak dan harus menggunakan masker. Karena safnya satu isi, satu kosong, ke samping kanan dan kiri diberi jarak, sehingga kita bisa melihat bentuk barisan makmum yang mendiagonal.

Meski saya tidak bisa melihat Khatibnya, namun saya masih bisa mendengar suara khotbahnya dengan jelas melalui speaker. Khotbah pertama diawali dengan bahasa Arab, lalu tibalah nasihatnya yang dalam bahasa Indonesia.

Isi nasihat khotbahnya lumayan menyentuh kalbu keimanan saya. Semoga menjadi berkah dan menambah manisnya iman dalam hati saya yang tumben tidak ngantuk saat mendengarkannya, saat itu.

Sang Khatib menjelaskan bahwa manusia itu tumbuh dan berkembang. Saat dilahirkan kita masih dalam keadaan bayi, kemudian tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dewasa lalu jadi orang tua. Tidak hanya fisiknya saja yang berkembang, namun psikisnya juga makin menunjukan perkembangan.

Psikologi manusia bertambah pintar seiring dengan tumbuh kembang fisiknya. Saat bayi hanya kenal nyaman dan tidak nyaman. Lalu menjadi anak-anak kemudian remaja yang juga makin mengenal berbagai emosi selain kenyamanan dan  ketidaknyamanan, seperti senang, sedih, takut rasa suka terhadap lawan jenis, marah dan lain sebagainya. Apalagi ketika pada masa pernikahan dan berstatus orang tua, makin lengkap perasaan dan emosi yang dimilikinya.

Tumbuh kembangnya manusia itu sudah menjadi Sunahtullah. Tapi, kalau kepala kita tertunduk, seolah-olah khusuk mendengarkan khotbah padahal ngantuk, itu sih sunah hawa nafsu kita saja. Ada satu hal yang begitu menarik perhatian saya dari nasihatnya Sang Khatib. Ia berpesan, bahwa upayakan perkembangan dan pertumbuhan fisik dan psikis manusia dibarengi dengan meningkatnya kualitas spiritualnya.

Kalimat "...meningkatnya kualitas spiritualnya" inilah yang mengilhami tulisan ini. Karena itu saya jadi teringat isi nasihatnya Dr. Fahruddin Faiz, seorang Ahli Filsafat juga seorang Ulama (menurut pandangan pribadi saya) yang saya peroleh dari salah satu kanal Youtube. Beliau juga membahas tentang peningkatan kualitas spiritual atau istilahnya beliau "Kedewasaan Spiritual".

Ada 9 ciri-ciri karakteristik orang yang memiliki kedewasaan spiritual, di antaranya yaitu:
1. Tidak sibuk mengubah orang lain, namun lebih fokus mengubah diri sendiri
2. Menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya
3. Tidak lagi membebankan beragam harapan kepada orang lain dan fokus untuk berbagi/memberi
4. Memahami bahwa apapun yang dilakukan akan dinikmati hasilnya
5. Tidak sibuk memamerkan kepada dunia betapa dirinya benar atau baik
6. Tidak sibuk mengejar persetujuan dan pujian orang lain
7. Tidak lagi membandingkan diri dengan orang lain atau sebaliknya
8. Mampu membedakan kebutuhan dan keinginan, serta mampu mengontrol keinginan
9. Tidak lagi menggantungkan kebahagiaan kepada hal-hal yang material

Demikian sedikit oleh-oleh Jum'atan yang saya peroleh dari Masjid Nurul Barkah yang terletak tidak jauh dari Kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus TPI Soekarno Hatta, pada hari Jum'at, tanggal 25 Juni 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun