Bojonegoro - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, turun tangan dalam peristiwa jebolnya tanggul Kali Ingas di Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro,
pada Jumat (21/1/2022) Malam. Tanggul sepanjang 10 meter tersebut jebol karena dipicu naiknya permukaan air sungai Bengawan Solo yang meluber ke areal persawahan.
Kondisi tersebut membuat warga dan BPBD Bojonegoro berusaha membendung tanggul yang jebol agar tidak menenggelamkan padi seluas 200 hektare (ha).
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Ardian Orianto, mengatakan, tanggul tersebut jebol pada
Jum'at, 21 Januari 2022 sekira pukul 22.00 WIB
Dia mengatakan, jika dimensi tanggul kali Ingas jebol adalah, Panjang 10 M, Lebar 3 M, Tinggi 1.5 M.
Sementara, tanaman padi  yang siap panen terancam terendam seluas -+ 200 hektar di wilayah Desa Pucangarum, Kadungrejo, Karangdayu, Pomahan, Kauman, Kedungprimpen, dan Temu"Taksir kerugian untuk tanggul Kali Ingas mencapai kurang lebih Rp. 30.000.000, sementara kerugian lahan pertanian masih dalam proses penghitungan,"imbuhnya.
Dia mengungkapkan, kronologi kejadian pada hari Jum'at ( 21/1/2022) adanya peningkatan muka air bengawan solo yang mengakibatkan tanggul kali Ingas jebol yang berdampak ke lahan pertanian di wilayah Desa Pucangarum, Kadungrejo, Karangdayu, Pomahan, Kauman, Kedungprimpen, dan Temu.
"Untuk saat ini sebagian sudah dilakukan penangganan darurat dengan pemberian sak pasir, sesek, bambu dan terpal,"tegasnya.
Dalam upaya penanganan, BPBD melakukan assesment dan berkoordinasi dengan pihak Desa untuk penanganan darurat agar tidak terjadi tanggul jebol yang semakin luas di area persawahan yang siap panen.
Pihaknya menyampaikan, jika telah mengirim dan mendistribuskan 1.600 sak, 7 lembar terpal,16 sesek, dan 20 bongkotan bambu.
Tidak ada yang meninggal dalam peristiwa tersebut meski satu orang sempat terseret arus banjir saat melakukan kerja bakti menutup tanggul. Saat ini, kondisi korban bernama Khoiri asal Desa Karangdayu tengah dirawat di RSUD Sosodoro Djatikusumo.